Oleh: H. Rizqi Dzulqornain Al-Batawiy
Amanah adalah salah satu sifat
kepujian yang dimiliki orang bertaqwa. Seorang disebut al-Amin adalah orang
yang melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, jujur dan ikhlash.
Lawanan sifat amanah adalah khianat. Berkhianat adalah sifat mazmumah (tercela dan hina) yang tidak mungkin kepangku pada diri orang beriman. Allah Taala berfirman:
Lawanan sifat amanah adalah khianat. Berkhianat adalah sifat mazmumah (tercela dan hina) yang tidak mungkin kepangku pada diri orang beriman. Allah Taala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(٢٧)
Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. (QS. Surat al-Anfal ayat; 27)
Pada suatu hari istri Sayyidina Umar Bin Khatthab Radhiyallahu anhu menerima kiriman hadiah berupa minyak wangi. Ketika ia memberi tahukan suaminya, langsung saja sayyidina Umar radhiyallahu anhu mengambilnya dan berkata; Aku akan hadiahkan minyak wangi ini ke Baitul Mal. Sang istri protes; wahai suamiku, itu minyak wangi hadiah untukku, kenapa kau mengambilnya dan ingin menyerahkannya ke baitul mal? Sayyidina Umar Radhiyallahu anhu menjawab sambil tersenyum: Wahai istriku ketahuilah, seandainya kau bukan istri seorang pemimpin kira-kira adakah orang yang akan memberikan minyak wangi sebagus ini?
Subhanallah, Pemimpin yang arif billah, mendapat keridhaan Allah, penuh hikmah, adil, dan amanah sehingga memiliki kesadaran penuh bahwa dirinya adalah pelayan rakyat atau masyarakat. Bukan yang selalu minta dilayani.
Pemimpin yang dilaknat adalah pemimpin yang menjadikan rakyat atau bawahannya sebagai sapi perahan. Pemimpin yang mengeksploitasi kekayaan alam dan uang rakyat untuk menumpuk kekayaan pribadi dan golongan. Uang rakyat dijadikan fasilitas kebutuhan keluarga, anak istri hidup mewah gila hormat. Mereka merasakan itu semua karena suami atau bapak mereka jadi pejabat, seandainya bukan pejabat pasti juga tidak seperti itu, mungkin jadi tukang gado-gado, atau kuli cuci dan sebagainya.
Imam Malik bin Dinar rahimahullah berkata; Jika orang sebelum jadi pejabat badannya kurus, setelah ia jadi badannya gemuk ketahuilah orang itu adalah pengkhianat rakyat dan Tuhannya.
Pada suatu hari istri Sayyidina Umar Bin Khatthab Radhiyallahu anhu menerima kiriman hadiah berupa minyak wangi. Ketika ia memberi tahukan suaminya, langsung saja sayyidina Umar radhiyallahu anhu mengambilnya dan berkata; Aku akan hadiahkan minyak wangi ini ke Baitul Mal. Sang istri protes; wahai suamiku, itu minyak wangi hadiah untukku, kenapa kau mengambilnya dan ingin menyerahkannya ke baitul mal? Sayyidina Umar Radhiyallahu anhu menjawab sambil tersenyum: Wahai istriku ketahuilah, seandainya kau bukan istri seorang pemimpin kira-kira adakah orang yang akan memberikan minyak wangi sebagus ini?
Subhanallah, Pemimpin yang arif billah, mendapat keridhaan Allah, penuh hikmah, adil, dan amanah sehingga memiliki kesadaran penuh bahwa dirinya adalah pelayan rakyat atau masyarakat. Bukan yang selalu minta dilayani.
Pemimpin yang dilaknat adalah pemimpin yang menjadikan rakyat atau bawahannya sebagai sapi perahan. Pemimpin yang mengeksploitasi kekayaan alam dan uang rakyat untuk menumpuk kekayaan pribadi dan golongan. Uang rakyat dijadikan fasilitas kebutuhan keluarga, anak istri hidup mewah gila hormat. Mereka merasakan itu semua karena suami atau bapak mereka jadi pejabat, seandainya bukan pejabat pasti juga tidak seperti itu, mungkin jadi tukang gado-gado, atau kuli cuci dan sebagainya.
Imam Malik bin Dinar rahimahullah berkata; Jika orang sebelum jadi pejabat badannya kurus, setelah ia jadi badannya gemuk ketahuilah orang itu adalah pengkhianat rakyat dan Tuhannya.
اللهم اهدنا بهداك واجعلنا ممن يسارع في رضاك
Ya Allah, berikan kami hidayah dan jadikan kami orang yang berjalan di jalan keridhaanMu.
Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 27.
0 komentar:
Posting Komentar