PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Channel youtube berbagi kumpulan shalawat nabi dan dzikir serta kisah islami

SHALAWAT NAJIYATUL QUBUR

Sholawat penyelamat dari siksa kubur ijazah Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid Simtudduror, diamalkan dibaca satu kali ketika ziarah kubur dan buat yang masih hidup bisa dibaca satu kali setiap hari.

SHALAWAT DARI AL-ARIF BILLAH KH. IMAM KHOLIL BIN SYEKH SYU'AIB BIN ABDUL ROZAQ SARANG REMBANG

Keutamaannya jika dibaca satu kali sebanding dengan membaca kitab Sholawat Dalail Al-Khoirot seratus ribu kali dan membebaskan dari sentuhan api neraka.

FILM-FILM LAWAS INDONESIA

Koleksi berbagai film lawas indonesia era 70 hingga 90an, baik film laga dan komedi

Ijazah Membuka Sesuatu yang tertutup

Ijazah amalan dari Habib Syech untuk membuka sesuatu yang tertutup

KEUTAMAAN DAN BERKAH MANDI DI WAKTU FAJAR

keistimewaan mandi fajar yaitu mandi pada pagi hari sebelum adzan subuh yang sebagian orang tidak mengetahuinya.

HAJAT TERKABUL DENGAN ISTIQOMAH SHALAT TASBIH

Memohon hajat yang sulit agar terkabul dengan barokah melaksanakan shalat tasbih

Kamis, 21 Desember 2023

Khasiat Dzikir Yaa Karimu Yaa Wahhab Yaa Dzat Thouli Yaa Allah

Khasiat Dzikir Yaa Karimu Yaa Wahhab Yaa Dzat Thouli Yaa Allah
Dzikir adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan cara mengingat segala keagungan Allah SWT. Dzikir berarti mengucap dan menyebut nama Allah atau menjaganya dalam ingatan. Kita bisa melakukan dzikir dengan menggunakan beberapa macam doa yang sudah ada, atau bisa juga menggunakan kalimat yang mengandung permohonan dan pujian yang ditujukan kepada Allah SWT.

Seperti contohnya, Alhamdulillah, Subhanallah, dan Lailahaillallah. Dzikir juga bisa dilakukan dengan menggunakan Asmaul husna. Dzikir menggunakan Asmaul Husna berarti berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah SWT. Asmaul Husna adalah nama-nama Allah SWT yang indah dan baik. Asmaul husna yang diketahui oleh umat Islam berjumlah 99.

Dalam Asmaul Husna terkandung keagungan, kesempurnaan, dan kemuliaan Allah SWT. Salah satu bacaan dzikir Asmaul Husna yang bisa digunakan yaitu Ya Fattah Ya Razzaq. Ya Fattah Ya Razzaq memiliki artinya sendiri.

Selain berusaha dan berdoa, berzikir dan witir dengan Asmaul Husna juga merupakan salah satu ikhtiar untuk memperlancar rezeki. Wirid dan zikir dengan Asmaul Husna adalah salah satu cara untuk memperlancar rezeki. Dalam Surat Al-A’raf ayat 180, Allah SWT berfirman mengenai keutamaan membaca zikir dengan wasilah (perantara) dari Asmaul Husna.
“Dan Allah memiliki Asma'ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

Sementara itu, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barang siapa yang menghitung atau menghafalnya, maka ia masuk surga." (HR. Bukhari).

Adapun dari 99 asma Allah SWT, ada dua nama yang dijadikan sebagai wirid dan zikir untuk memperlancar rezeki. Dua asma Allah SWT itu adalah Ya Fattah, dan Ya Rozzaq.
Ya Fattah, Ya Rozzaq memiliki arti, "Wahai yang Maha Pembuka Kebaikan, Wahai Maha Pemberi Rezeki.

Ya Fattah merupakan cara untuk membuka segalanya, ‘mengetuk’ pintu langit melalui perantara (wasilah) dari asmaul husna. Sementara Ya Rozzaq merupakan perantara untuk melancarkan rezeki, memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dalam mencapai rezeki yang halal.

Cara mengamalkan dua Asmaul Husna tersebut sebagai wirid dan zikir adalah dengan membacakannya sebanyak kelipatan ganjil, misalkan 33 kali atau 99 kali.

Hal itu disarankan sebab Allah SWT menyukai hal yang ganjil. Kendati demikian, Anda bisa mengamalkan zikir dan wirid sebanyak mungkin. Sedangkan waktu melantunkan zikir tersebut disarankan di waktu-waktu mujarab seperti seusai salat Tahajud atau seusai salat Subuh.

Adapun khasiat dan kegunaan Dzikir Yaa Karimu Yaa Wahhab Yaa Dzat Thouli Yaa Allah banyak sekali, diantaranya :

Barang siapa yang berdzikir dengan nama tersebut, maka Allah akan.
a. Memberinya rizqi banyak tanpa susah payah tak pernah tersentuh kefaqiran dan selalu mendapatkan kegembiraan dengan cara yang paling mudah dan ringan.
قال الامام احمد بن علي البوني رضي الله عنه في منبع اصول الحكمة ص.205
 واما اسمه تعالى كريم : فمن لازم على ذكره اعطاه الله رزقه من غير تعب ولا تمسه فاقة الا ويعقبها الفرج على اسهل ما يكون
واذا اضيف اليه الوهاب وذوالطول كان من العجائب.
Artinya: Al-Imam Ahmad bin Ali al-buni dalam kitab Mambau Usulil Hikmah berkata:
Adapun asma Allah ya karim itu barang siapa yang melanggengkan dzikir dengan asma tersebut maka Allah akan memberinya rizqi banyak tanpa susah payah tak pernah tersentuh kesulitan, kefakiran dan selalu mendapatkan kegembiraan dengan cara yang paling mudah dan ringan, apa lagi kalau asma AL KARIM di gabung dengan Al WAHHAB DZATH THOULLI YA ALLAH itu merupakan keajaiban yang luar biasa.

 واعلم ان اسمه الكريم والوهاب وذالطول اسماء جليلة فان استدام ذكرها من قتر عليه رزق سهل الله له من حيث لايشعر
Artinya: Dan ketahuilah bahwa asma Allah Al-Karim Al-wahab Dzat thauli adalah asma-asma yang agung. Bila orang yang lambat rizqinya berdzikir dengan asma-asma tersebut maka Allah memudahkan baginya rizqi banyak tanpa terasa.

b. Memberinya kenikmatan zhohir dan bathin dalam segala hal diatas kebutuhannya (turahmaturah dalam segala hal).
وقال شمس العلماء ابو عبد الله الكوفي رحمه الله تعالى ذاكر الاسم يجد الزيادة في جميع احواله وبوسع الله عليه نعمه ظاهرة وباطنة. منبع اصول الحكمة ص.206
Artinya: Mataharinya Ulama Syekh Abu Abdillah Al Kufi berkata : Orang yang berdzikir dengan nama tersebut (al-Karim, al-wahab, dzat thauli) akan mendapatkan kelebihan dalam segala hal dan Allah akan memperluas / memperbanyak kenikmatan zhohir dan bathin kepadanya.

c. Mendapatkan keberkahan yang tiada tara, ilmu yang banyak, rizqi yang melimpah-limpah diatas kebutuhan yang tidak dapat terbayangkan oleh benak siapapun.
وقال الامام احمد بن على البونى رضي الله عنه
واما اسمه تعالى الكريم والوهاب وذواالطول فلا يذكرهم احد الا اتاه الله مالم يخطر على باله. من وسع الرزق والعلم. ولايدرى الطالب من اين اتاه ولا كيف رزقه. ومن نقشهم فى كيس ووضع فيه دراهم بغير وزن ولاعدد وانفق منه لم تنفذ تلك الدراهم ولو مر على ذلك ايام واعوام.
اهـ منبع اصول الحكمة. ص. 43
Artinya: Imam Ahmad bin ali Al-Buni penulis kitab syamsul Ma`arif berkata: “Adapun Asma Allah Al-karim, Al-wahhab, Dzutthouli itu, tak ada seorangpun yang mengucapkannya ( berdzikir dengan Asma-asma tersebut ) keculi Allah memberikan kepadanya keluasan rizqi dan ilmu yang tidak dapat terbayabgkan oleh benaknya (saking luasnya dan banyaknya) dan orang itu tidak tahu darimana Allah memberinya dan bagaimana Allah mencurahkan rizqin.Dan barang siapa yang menulis nya dalam kantong uang atau dompet lalu meletak kan uang didalamnya tanpa mengukur atau menghitungnya kemudian membelanjakannya, maka uang itu tak akan habis walau belanja berjalan berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Hikayah dari Imam Hasan Basri murid sahabat Nabi Sayyidina Ali Ra.
Beliau berkata: Ada seorang sahabat Nabi yang selalu melanggengkan dzikir Asma-asma tersebut (YA KARIM YA WAHHAB YA DZATTHOULI YA ALLAH), lalu ia didoakan oleh Rosulullah SAW dengan doa barokah sehingga ia bersama empat istri dan keluarganya bisa hidup dalam keadaan serba kecukupan. Ketika ia mati, dibongkarlah peti uang tersebut dengan kapak, kemudian diambil uangnya untuk menafkahi 4 istrinya dan semua anak-anaknya, ternyata peti itu berisi uang, kemudian di bagikan pada semua keluargnya dan masing-masing mendapatkan 80 ribu dirham dari peti itu.

Keinginan dunia dan akhirat menjadi maqbul dengan amalan ini

Keinginan dunia dan akhirat menjadi maqbul dengan amalan ini

Semangat Muslim . Manusia hidup di muka bumi pada dasarnya tidak bisa lepas dari sebuah keinginan agar kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Berbagai upaya dan ikhtiar pun dilakukan agar keinginan tersebut cepat terwujud dan tercapai, mulai dengan ikhtiar usaha semaksimal mungkin hingga mengamalkan beberapa amalan dan doa pun dilakukan agar keinginan cepat terkabul. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْ بِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" . (QS. Al-Ghafir:60)

Didalam kitab I'anatut Thalibin bi syarh Fathul Mu'in ada satu amalan yang jika diamalkan maka semua permintaan dunia hingga akhirat akan cepat terkabul. Amalan yang dimaksud adalah membaca:
يَا اللهُ يَا رَحْمٰنُ 
Yaa Allah Yaa Rohman 
Bacaan tersebut dibaca setiap hari Jum'at mulai dari setelah Ashar hingga terbenamnya matahari saat waktu Maghrib dengan menghadap ke Qiblat. Maka dengan izin dan kehendak Allah SWT segala keinginan dan permintaan yang berhubungan dengan kehidupan dunia maupun akhirat akan cepat terwujud.

Minggu, 17 Desember 2023

Doa Seekor Semut

Doa Seekor Semut
Siang itu Nabi Sulaiman a.s sedang berpatroli menyusuri kerajaannya yang sedang mengalami musim kemarau berkepanjangan. Sudah berbulan bulan para petani mengalami gagal panen. Sumur sumur sebagai sumber air sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari sehari untuk minum, memasak dan untuk membersihkan badan. Hewan hewan ternak sudah tinggal kulit dan tulang dan kalaupun dipotong maka sudah tidak bisa didapatkan daging sebagai bahan makanan. Anak anak kecil pada lari bertelanjang karena bahan baku kapas untuk membuat pakaian sudah sulit didapatkan.

Nabi Sulaiman a.s. mulai didatangi oleh ummatnya untuk dimintai pertolongan dan memintanya memohon kepada Allah s.w.t. agar menurunkan hujan untuk membasahi kebun-kebun,sawah sawah, sungai-sungai dan sumur sumur mereka. Maka kemudian Nabi Sulaiaman a.s mengeluarkan perintah untuk semua rakyatnya yang terdiri dari bangsa jin dan manusia untuk berkumpul di lapangan yang terletak ditengah kota untuk berdo’a memohon kepada Allah s.w.t. agar musim kering segera berakhir dan hujan segera turun.

Keesokan pagi harinya lapangan besar yang terletak ditengah kota telah dipenuhi oleh rakyat Nabi Sulaiman a.s, mereka sudah siap bermunajat dibawah pimpinan Nabi Sulaiman a.s untuk segera memohon kepada Allah agar musim paceklik bisa segera berakhir. Sesampainya Nabi Sulaiman a.s. di hadapan rakyatnya dia melihat seekor semut kecil berada di atas sebuah batu. 

Semut itu dalam keadaan hampir sekarat karena haus dan menahan lapar. Nabi Sulaiman a.s. kemudian mendengar sang semut mulai berdoa memohon kepada Allah s.w.t. Zat yang menunaikan segala hajat seluruh makhluk-Nya. “Ya Allah pemilik segala kekayaan, aku berhajat sepenuhnya kepada-Mu, Aku berhajat akan air-Mu, tanpa air-Mu ya Allah aku akan kehausan dan kami semua kekeringan. Ya Allah aku berhajat sepenuhnya pada-Mu akan air-Mu, kabulkanlah permohonanku”, demikian do’a sang semut kepada Allah s.w.t. 

Mendengar doa si semut maka Nabi Sulaiman a.s.kemudian segera memerintahkan rakyatnya untuk kembali pulang ke rumah masing masing dan berkata kepada rombongan kerajaan “Kita segera pulang, sebentar lagi Allah s.w.t. akan menurunkan hujan-Nya kepada kalian. Allah s.w.t. telah mengabulkan permohonan seekor semut”. Kemudian Nabi Sulaiman dan rombongannya pulang kembali ke kerajaan.

Di lain hari saat Nabi Sulaiman a.s. sedang berjalan-jalan mengecek keadaan rakyatnya Ia melihat seekor semut sedang berjalan sambil mengangkat sebutir buah kurma. Nabi Sulaiman a.s terus mengikutinya dan kemudian beliau memanggil si semut dan menanyainya: “Hai semut kecil untuk apa kurma yang kau bawa itu?. Si semut menjawab,” Ini adalah kurma yang Allah s.w.t. berikan kepada ku sebagai makananku selama satu tahun.” Nabi Sulaiman a.s. kemudian mengambil sebuah botol lalu ia berkata kepada si semut, “Wahai semut kemarilah engkau, masuklah ke dalam botol ini, dan aku telah membagi dua kurma ini dan akan aku berikan separuhnya padamu sebagai makananmu selama satu tahun. Tahun depan aku akan datang lagi untuk melihat keadaanmu”. Si semut taat pada perintah Nabi Sulaiman a.s.. Setahun telah berlalu. Nabi Sulaiman a.s. datang melihat keadaan si semut. Ia melihat kurma yang diberikan kepada si semut itu tidak banyak berkurang. 

Nabi Sulaiman a.s. bertanya kepada si semut, “Hai semut mengapa engkau tidak menghabiskan kurmamu?”. Si semut menjawab “Wahai Nabiyullah, aku selama ini hanya menghisap air nya dan aku banyak berpuasa. Selama ini Allah s.w.t. yang memberikan kepadaku sebutir kurma setiap tahunnya, akan tetapi kali ini engkau memberiku separuh buah kurma. Aku takut tahun depan engkau tidak memberiku kurma lagi karana engkau bukan Allah Pemberi Rizki (Ar-Rozak), jawab si semut. “

Allah khaliq, Allah malik, Allah Raziq…Allah yang menciptakan, Allah yang memelihara, Allah yang memberi rezeki. Allah yang Kuasa,makhluk tak kuasa, Allah yang menciptakan suasana dan keadaan dan Allah maha berkehendak.

Islam Melarang Bunuh Diri, Pelakunya Kekal di Neraka

Islam Melarang Bunuh Diri, Pelakunya Kekal di Neraka
Bunuh Diri Dosa Besar
Setiap orang yang hidup di dunia sudah barang tentu akan mengalami masalah dalam kehidupannya. Ada yang ringan ada pula yang berat. Yang menjadi persoalan adalah ketika manusia menghadapi suatu masalah yang dianggapnya berat sehingga acapkali merasa tidak kuat memikul beban tersebut. Akhirnya mengambil tindakan keliru dengan cara bunuh diri karena menganggap bunuh diri sebagai solusi terbaik untuk melepaskan impitan masalah yang menimpanya.

Tindakan bunuh diri jelas tidak dengan serta merta menyelesaikan masalah. Dalam pandangan Islam tindakan tersebut adalah tindakan yang diharamkan dan masuk kategori dosa besar. Logika sederhana pelarangan ini adalah bahwa nyawa adalah milik Allah sehingga kita tidak memiliki hak apapun atas nyawa.

Sedangkan dosa orang yang melakukan bunuh diri lebih besar dibandingkan membunuh orang lain, sebagaimana yang dipahami dari keterangan yang terdapat dalam kitab Al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah.
  إِنَّ مَنْ قَتَل نَفْسَهُ كَانَ إِثْمُهُ أَكْثَرَ مِمَّنْ قَتَل غَيْرَهُ
Artinya: Sungguh orang yang melakukan bunuh diri dosanya lebih besar dibanding orang yang membunuh orang lain. (Lihat Al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Darus Salasil, juz III, halaman 239).
 
Kekal di Neraka?
Lantas jika dosa membunuh orang lain dikategorikan sebagai dosa besar, sedangkan dosa membunuh diri sendiri dianggap lebih besar lagi, apakah orang yang mati bunuh diri akan kekal di neraka?  Untuk menjawab pertanyaan ini, maka perhatikan salah satu hadits Nabi saw riwayat Muslim berikut ini. 

 مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ شَرِبَ سَمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
Artinya: Barang siapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka Jahanam secara terus-menerus dan ia kekal di dalamnya. Barang siapa yang bunuh diri dengan cara meminum racun maka ia akan selalu menghirupnya di neraka jahannam dan ia kekal di dalamnya. Barang siapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka jahanam dan dia kekal di dalamnya. (HR Muslim).
 
Secara tekstualis hadits di atas jelas menyatakan bahwa orang yang mati karena melakukan bunuh diri akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Hal ini sebagai balasan atas tindakan bodohnya. Tetapi apakah maksud hadits ini sesuai dengan makna tersuratnya atau tekstualisnya? Muhyiddin Syaraf An-Nawawi dalam kitab Syarah Muslim-nya menghadirkan beberapa pandangan yang mencoba untuk menjelaskan maksud dari sabda Rasulullah SAW tentang kekekalan di neraka bagi orang mati karena bunuh diri.
 
1. Bahwa maksud dari ia (orang yang mati karena bunuh diri) kekal di dalam neraka adalah apabila ia menganggap bahwa melakukan tindakan bunuh diri tersebut adalah halal padahal ia tahu bahwa bunuh diri itu adalah haram. Karena itu maka tindakan menganggap halal bunuh diri menyebabkan ia menjadi kafir. 
 وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَهُوَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا فَقِيلَ فِيهِ أَقْوَالُ أَحَدِهَا أَنَّهُ مَحْمُولٌ عَلَى مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ مُسْتَحِلًّا مَعَ عِلْمِهِ بِالتَّحْرِيمِ فَهَذَا كَافِرٌ وَهَذِهِ عُقُوبَتُهُ
Artinya: Adapun sabda Rasulullah SAW; Maka ia kekal selama-lamanya di dalam neraka jahanam’, maka dalam hal ini dikatakan ada beberapa pandangan. Pertama, sabda ini mesti dipahami dalam konteks orang yang mati karena bunuh diri dan menganggap bahwa tindakan bunuh diri adalah halal padahal ia tahu bahwa bunuh diri itu haram. Maka hal ini menjadikannya kafir dan kekal di dalam neraka sebagai siksaan baginya (karena melakukan tindakan bunuh diri). (Lihat: Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Beirut, Daru Ihya`it Turats Al-‘Arabiy, cet ke-2, 1392, juz II, halaman: 125).
 
2. Yang dimaksud dengan kekal di dalam neraka adalah ia menghuni neraka dalam waktu yang cukup lama dan panjang. Pandangan ini mengandaikan bahwa ia kekal di neraka bukan diartikan secara hakiki sebagai kekal selamanya di neraka, tetapi dalam pengertian yang bersifat majazi. Hal ini seperti pernyataan, ‘khalladallahu mulkas sulthan’, (Semoga Allah kekalkan kekuasaan sultan). 

 وَالثَّانِىُّ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْخُلُودِ طُولُ الْمُدَّةِ وَالْاِقَامَةُ الْمُتَطَاوَلَةُ لَا حَقِيقَةَ الدَّوَامِ كَمَا يُقَالُ خَلَّدَ اللهُ مُلْكَ السُّلْطَانِ
Artinya: Kedua, apa yang dimaksud dengan kekal di dalam neraka adalah durasi waktu menetap di dalam neraka, bukan kekal dalam arti sesungguhnya, sebagaimana dikatakan ‘khalladallahu mulkas sulthan’ (Semoga Allah kekalkan kekuasaan sultan). (Lihat Muhyiddin Syaraf Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz II, halaman 125).
 
3. Kekekalan di dalam neraka adalah sebagai balasan bagi orang yang mati karena bunuh diri, tetapi Allah SWT bermurah hati sehingga kemudian memberi tahu bahwa orang yang mati dalam keadaan sebagai Muslim tidak kekal di dalam neraka. 

 وَالثَّالِثُ أَنَّ هَذَا جَزَاؤُهُ وَلَكِنْ تَكَرَّم سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَأَخْبَرَ أَنَّهُ لَا يَخْلُدُ فِى النَّارِ مَنْ مَاتَ مُسْلِمًا
Artinya: Ketiga, bahwa kekekalan di dalam neraka adalah balasan atas perbuatannya, akan tetapi Allah SWT bermurah hati sehingga kemudian Dia mengabarkan bahwa sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan sebagai Muslim tidak kekal di dalam neraka,” (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz II, halaman 125).
 
Dari ketiga pandangan tersebut, maka selama orang yang bunuh diri tersebut masih sebagai orang Muslim maka ia tidak kekal di neraka, tetapi kendati demikian ia akan mendekam dalam neraka dalam waktu yang sangat panjang. Lain halnya, apabila ia melakukan bunuh dirinya karena menghalalkannya padahal ia tahu bahwa hal itu diharamkan maka ia kekal di dalam neraka. Sebab, konsekuensi dari menghalalkan yang haram (bunuh diri) menyebabkan ia menjadi kafir sebagaimana yang dipahami dari pandangan pertama yang dihadirkan oleh An-Nawawi di atas.

Di luar penjelasan di atas, semoga kita dan keluarga senantiasa dijauhkan dari melakukan bunuh diri. Bahwa memang manusia akan selalu berhadapan dengan aneka masalah hidup, akan tetapi penyelesaian beragam problem itu bukan dengan mengakhiri hidup lewat bunuh diri. Tentu masih banyak solusi terbaik yang bisa dipilih agar bisa keluar dari masalah yang tengah dihadapi. Wallahu a'lam.

Ketika Ali bin Abi Thalib Menjawab Pertanyaan Kaum Yahudi

Ketika Ali bin Abi Thalib Menjawab Pertanyaan Kaum Yahudi
Ali bin Abi Thalib terkenal dengan kedalaman ilmu yang beliau miliki, hal tersebut terbukti, ketika Ali bin Abi Thalib menghadapi kaum Yahudi yang mengajukan beberapa pertanyaan tingkat tinggi sekaligus menentang umat Islam, yang pada waktu itu dipimpin oleh khalifah Umar ibnu al-Khattab.

Beberapa pertanyaan yang dilayangkan oleh kaum Yahudi juga merupakan pertaruhan nasib agama Islam pada waktu itu, bahwa ketika umat Islam tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan menohok yang disuguhkan, maka agama Islam dicap sebagai agama yang bathil (tidak benar), namun sebaliknya, jika beberapa pertanyaan yang dilayangkan mampu terpecahkan, maka kaum Yahudi akan mengakui agama Islam sebagai agama yang haq (benar).
لما ولى أمير المؤمنين عمر بن الخطاب الخلافة أتاه قوم من أحبار اليهود فقالوا له: يا عمر أنت ولي الأمر بعد محمد وصاحبه وإنا نريد أن نسألك عن خصال إن أخبرتنا بها علمنا أن الإسلام حق وأن محمدا كان نبيا، وإن لم تخبرنا بها علمنا أن الإسلام باطل، وأن محمدا لم يكن نبيا

Artinya: Ketika Umar bin al-Khattab menjadi khalifah (pemimpin umat Islam), beliau pernah didatangi oleh beberapa cendekiawan dari kaum Yahudi, yang kemudian berkata kepada Umar bin Khattab: Wahai Umar, kamu pemimpin Islam setelah Muhammad dan sahabatnya (Abu Bakar), kami ingin bertanya beberapa hal kepadamu, jika kamu mampu menjawabnya, maka kami mengakui bahwa Islam adalah benar dan Muhammad adalah seorang Nabi, namun jika kamu tidak mampu menjawab, maka kami akan mengatakan bahwa Islam bukan agama yang benar dan Muhammad bukan Nabi. (Abi Ishaq Ahmad bin Muhammad ibn Ibrahim an-Naisaburi At-tsa’labi, Qasas al-Anbiya’, Maktabah al-Jumhuriyah al-‘Arabiyah:tt, Halaman 466)

Umar menerima tantangan tersebut, sekalipun konsekuensinya sangat fatal, yaitu: agama Islam yang tidak akan diakui oleh kaum Yahudi sebagai agama yang benar, jika beberapa pertanyaan yang dilayangkan tidak mampu terjawab.

Sekurangnya ada 11 pertanyaan yang diajukan kaum Yahudi kepada Umar bin Khattab dan rata-rata kurang masuk akal, sebagaimana dalam keterangan berikut:
“Umar berkata: bertanyalah sesuka hati kalian! Kemudian kaum Yahudi bertanya beberapa hal:

1. Beri tahu kami tentang kunci penutup langit, 
2. Beri tahu kami tentang kunci pembuka langit, 
3. Beri tahu kami tentang sebuah kuburan yang bisa berjalan sendiri bersama mayyitnya, 
4. Beri tahu kami tentang makhluk yang memperingatkan kaumnya, namun ia bukan dari bangsa jin dan manusia, 
5. Beri tahu kami tentang lima makhluk yang berada di bumi namun tidak terlahir dari rahim seorang ibu, 
6. Beri tahu kami tentang apa yang diucapkan sebuah burung dalam pekikannya, 
7. Beri tahu kami tentang apa yang dikatakan ayam jago dalam lengkingannya, 
8. Beri tahu kami tentang apa yang dikatakan kuda dalam ringkikannya, 
9. Beri tahu kami tentang apa yang diucapkan keledai dalam ringkikannya, 
10. Beri tahu kami tentang apa yang yang dikatakan katak dalam suaranya, 
11. Beri tahu kami tentang apa yang dikatakan sejenis dalam siulannya”. (Sayyid Murtadho al-Fairuzabadi, Fadhoil al-Khomsah min as-Shihah as-Sittah, Mansyurot Fairuzabadi:1424, Juz 2, Halaman 326)

Umar bin Khattab kewalahan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan oleh kaum Yahudi tersebut, hingga beliau memegang kepalanya karena sangat sulitnya mencari jawaban. Dengan bijak Umar mengatakan secara jujur bahwa beliau tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dari kaum Yahudi. Sebagai konsekuensinya, kaum Yahudi seketika ‘menerkam’ Umar dengan mengatakan: “kalau begitu, kami bersaksi bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi dan Islam bukanlah agama yang benar”.

Pada waktu itu para sahabat yang membersamai Umar tidak terima dengan pernyataan yang disampaikan oleh kaum Yahudi. Akhirnya, salah satu sahabat yang bernama Salman al-Farisi meminta waktu kepada Yahudi untuk memanggil Ali, agar beberapa pertanyaan-pertanyaannya mampu dipecahkan.

​​​​​​​Syahdan, datanglah Ali yang seketika itu langsung dipeluk oleh Umar dengan mengatakan: “Wahai Abu Hasan, engkau yang dalam setiap keadaan penuh dilema dan sangat genting selalu menjadi penolong”.

Seketika itu, dengan kedalaman ilmu yang dimiliki sayyidina ‘Ali, beliau langsung menantang kaum Yahudi dan menjawab dengan lugas pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dari kaum Yahudi dengan syarat, jika beliau bisa menjawab pertanyaan kaum Yahudi dengan referensi kitab Taurat, maka mereka harus masuk Islam dan harus beriman. Kaum Yahudi menerima tantangan Ali bin Abi Thalib.

Berikut semua jawaban dari Ali bin Abi Thalib:
"1. Kunci penutup langit adalah syirik kepada Allah, dengan alasan jika seorang hamba menyekutukan Allah, maka amalnya tidak akan terangkat ke langit (tidak diterima), 
2. Kunci pembuka langit adalah dua kalimat syahadat, 
3. Kuburan yang bisa berjalan sendiri beserta mayyitnya ialah merupakan sebuah ikan paus yang menelan Nabi Yunus, yang kemudian berjalan menuju laut yang tujuh, 
4. Makhluk yang memperingatkan kaumnya dan ia bukan dari bangsa jin dan manusia adalah raja semut di masa Nabi Sulaiman, 
5. Lima makhluk yang bisa berjalan di atas bumi namun tidak terlahir dari sebuah rahim ibu adalah Nabi Adam, ibu Hawa, unta betina di masa Nabi Saleh, kambing di masa Nabi Ibrahim dan tongkatnya Nabi Musa, 
6. Yang diucapkan sebuah burung dalam pekikannya adalah: al-rahman ala al-‘arsyi istawa, 
7. Yang dikatakan ayam jago dalam lengkingannya ialah: udzkuru Allah ya Ghafilin, 
8. Yang dikatakan kuda dalam ringkikannya adalah: idza masya al-mukminuna ila al-kafirin - allahumma unshur ibadaka al-mu’minin ala al-kafirin, 
9. Yang diucapkan keledai dalam ringkikannya ialah: la’ana Allah al-ussyar wa yanhaqu fi a’yuni as-syayathin, 
10. Yang dikatakan katak dalam suaranya adalah: subhana rabbi al-ma’bud al-musabbah fi lujaj al-bihar, 
11. Yang dikatakan sejenis burung dalam siulannya ialah: allahumma Il’an mubghidhi Muhammad wa ali Muhammad." (Abi Ishaq Ahmad bin Muhammad ibn Ibrahim an-Naisaburi At-tsa’labi, Qasas al-Anbiya’, Maktabah al-Jumhuriyah al-‘Arabiyah:tt, Halaman 467)

Seketika para cendekiawan kaum Yahudi, yang beranggotakan 3 orang, takjub akan kecerdasan Ali bin Abi Thalib dengan jawaban-jawaban jenius yang disuguhkan. Sebagai konsekuensinya, maka mereka mengucapkan kalimat syahadat dan seketika mereka beriman dan masuk Islam.

Kisah Sahabat Miskin yang Diberi Amalan Rasulullah sehingga Kaya

Kisah Sahabat Miskin yang Diberi Amalan Rasulullah sehingga Kaya
Suatu ketika seorang sahabat datang menghadap Rasulullah SAW. Kepadanya, sahabat itu mengeluhkan perihal kefakiran dan kesulitan hidup yang dihadapinya. Kiranya dengan mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah ia berharap akan mendapat jalan keluar agar ekonomi keluarganya dapat lebih baik di kemudian hari.

Mendengar aduan seperti itu Rasulullah lalu menyarankan kepada sahabatnya untuk melakukan satu amalan. “Ketika engkau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam bila di dalamnya ada orang. Bila tak ada maka ucapkanlah salam untuk dirimu sendiri. Setelah itu bacalah surat Al-Ikhlas satu kali.”

Mendapat amalan demikian sahabat ini melakukannya dengan penuh semangat. Setiap kali ia memasuki rumahnya ia mengucapkan salam lalu membaca surat Al-Ikhlas satu kali. Demikian ia lakukan terus menerus.

Pada akhirnya Allah melimpahkan banyak harta kepadanya. Sahabat itu kini terbebas dari kefakiran. Keluarganya kini hidup dalam gelimang harta. Begitu banyaknya harta yang dianugerahkan oleh Allah. Tidak hanya keluarganya, tetangga di sekitar rumahnya juga ikut menikmati kelebihannya.

Kisah di atas banyak ditulis oleh para ulama dalam berbagai kitabnya, di antaranya oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitab Tafsir Marâh Labîd atau lebih dikenal dengan nama Tasîr Al-Munîr. Dalam penafsiran surat Al-Ikhlas Syekh Nawawi menuturkan kisah tersebut sebagai berikut:
 
 عن سهل بن سعد جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم وشكا إليه الفقر فقال: «إذا دخلت بيتك فسلم إن كان فيه أحد وإن لم يكن فيه أحد فسلم على نفسك واقرأ قل هو الله أحد مرة واحدة. ففعل الرجل فأدر الله عليه رزقا حتى أفاض على جيرانه
 
Artinya: Dari Sahl bin Sa’d, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengadu kepadanya perihal kefakiran. Rasul bersabda: Bila engkau memasuki rumahmu, ucapkanlah salam bila di dalamnya ada seseorang. Bila tidak ada seorang di dalamnya, maka bersalamlah untuk dirimu dan bacalah surat qul huwallâhu ahad sekali.’ Lelaki itu mengamalkannya. Allah melimpahkan kepadanya rezeki hingga meluber kepada para tetangganya.

Ucapan salam kepada penghuni rumah sudah maklum. Setiap muslim pasti bisa mengucapkannya. Lalu bagaimana mengucapkan salam kepada diri sendiri saat penghuni rumah sedang tidak ada? Apa yang disampaikan oleh Syekh Nawawi dalam penafsiran ayat ke-61 surat An-Nur menjadi jawabannya. Dalam kitab tersebut ia menuturkan ajaran dari Ibnu Abbas dan Qatadah sebagai berikut:
 
 وقال ابن عباس: إن لم يكن في البيت أحد فليقل: السلام علينا من قبل ربنا
 
Artinya: Ibnu Abbas berkata: Bila tak ada siapapun di dalam rumah, maka ucapkanlah ‘assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ’ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami).
 
وقال قتادة: إذا دخلت بيتك فسلم على أهلك فهم أحق بالسلام ممن سلمت عليهم، وإذا دخلت بيتا لا أحد فيه فقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين
 
Artinya: Qatadah berkata: Bila engkau memasuki rumahmu, maka ucapkanlah salam kepada keluargamu. Mereka lebih berhak mendapatkan salam daripada orang lain yang engkau salami. Bila engkau memasuki sebuah rumah yang tak ada seorang pun di dalamnya, ucapkanlah: assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn (keselamatan bagiku dan bagi hamba-hamba Allah yang saleh).

Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kita bisa mengucapkan salam bagi diri sendiri salah satunya dengan kalimat: Assalâmu ‘alainâ min qibali rabbinâ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami) atau Assalâmu ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâhis shâlihîn (keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba yang saleh).
 
Artikel diambil dari: Resep Rasulullah, Cara Mudah Menjadi Kaya
 
Silakan amalan di atas untuk dibiasakan dalam keseharian. Tentu saja bukan semata kekayaan berlimpah yang diharapkan, namun yang paling mengemuka adalah segala amalan diniatkan mengikuti anjuran Rasulullah yang diharapkan akan berujung pahala. Wallahu a'lam.

Sempatkan Membaca Sayyidul Istighfar

Sempatkan Membaca Sayyidul Istighfar
Untuk dapat menikmati akhir pekan, sejumlah agenda telah disiapkan jauh-jauh hari. Karena waktu yang tersedia demikian terbatas, maka diupayakan dapat mengisi hari libur sebaik mungkin. Bayangan akan melewati waktu seharian dengan penuh keceriaan.

Namun, di tengah kondisi tersebut sebaiknya tetap ingat terhadap potensi kesalahan dan dosa yang dilakukan selama menikmati liburan. Jangan sampai, aneka kenikmatan yang diterima selama berlibur ternyata melupakan kesalahan yang dilakukan.

Salah satu cara mengurangi potensi dosa dan menyadari bahwa diri sarat dengan kesalahan adalah dengan memperbanyak membaca istighfar atau kalimat meminta ampunan. Di antara bacaan yang direkomendasikan adalah sayyidul istighfar.

Perlu diketahui bahwa sayyidul istighfar merupakan lafal istighfar yang paling utama dari sekian bentuk istighfar. Sayyidul istighfar memuat pengakuan nikmat dan dosa. Lafal istighfar terbaik ini juga mengandung pengakuan status penciptaan. Ini yang membuat sayyidul istighfar lebih utama dari bentuk-bentuk istighfar lainnya.

Lafadz sayyidul istighfar adalah sebagai berikut:
 
 اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
 
Allâhumma anta rabbî, lâ ilâha illâ anta khalaqtanî. Wa anâ ‘abduka, wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa‘dika mastatha‘tu. A‘ûdzu bika min syarri mâ shana‘tu. Abû’u laka bini‘matika ‘alayya. Wa abû’u bidzanbî. Faghfirlî. Fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta.

Artinya: Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau. 

Ganjaran Khusus
Sayyidul istighfar mengandung keutamaan yang luar biasa. Keindahan dan bobot lafal pengakuan di dalamnya memberikan nilai khusus bagi pembacanya di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW menyebut ganjaran khusus bagi mereka yang mengamalkan sayyidul istighfar pagi dan sore.

Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Syaddad bin Aus bahwa Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang membaca sayyidul istighfar di sore hari, lalu ia meninggal di malam itu, niscaya ia termasuk penghuni surga. Demikian juga berlaku bagi mereka yang membaca sayyidul istighfar di pagi hari, lalu wafat di hari itu juga, niscaya ia termasuk penghuni surga.

Keterangan ini disebutkan Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar. Dalam karyanya itu Imam Nawawi memasukkan sayyidul istighfar ke dalam doa harian yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan sore hari.

Karenanya, meski sedang berada di akhir pekan usahakan tetap melazimkan bacaan sayyidul istighfar ini. Apalagi dijanjikan masuk surga karena saat pagi dan sore menyempatkan diri untuk membacanya. Wallahu a‘lam.

Umar bin Khattab sebagai Pemimpin yang Berintegritas

 KISAH UMAR BIN KHATTAB SEBAGAI PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

Umar bin Khattab merupakan khulafaur rasyidin kedua setelah Abu Bakar As-Shiddiq. Selain dikenal tegas, selama memimpin umat Islam ia disebut sebagai pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Karena itu, ia layak bila dijadikan contoh atau teladan bagi pemimpin masa kini.
Umar bin Khattab sebagai Pemimpin yang Berintegritas
 
Dalam sebuah riwayat disebutkan, di suatu malam datanglah utusan dari Azerbaijan ke kota Madinah untuk menjumpai Umar bin Khattab. Namun, karena hari sudah larut malam, utusan itu memutuskan untuk tidur di Masjid Nabawi, agar keesokan harinya bisa segera menghadap Umar. Namun, ketika hendak tidur utusan itu dikejutkan oleh suara tangisan di keheningan malam, memohon kepada Allah SWT.
 
“Ya Tuhanku, aku sedang berdiri di depan pintu-Mu. Apakah Engkau menerima taubatku supaya aku bisa mengucap selamat kepada diriku, atau Engkau menolaknya supaya aku menyampaikan ungkapan duka cita kepada diriku.”

Utusan dari Azerbaijan tersebut tertarik dengan kalimat yang ia dengar. Perlahan ia mendekat dan bertanya. “Wahai saudaraku, jika aku boleh tahu siapakah dirimu?” Di tengah heningnya malam orang tersebut menjawab, “Aku Umar bin Khattab”. Utusan Azerbaijan tersebut terkejut bukan kepalang. Ia tidak menyangka bahwa orang yang dijumpainya adalah Amirul Mukminin. Segera utusan itu memperkenalkan diri kepada Umar. (Baca Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab)
 
“Semoga Allah merahmatimu, Aku takut kalau aku tidur semalam suntuk akan menghilangkan diriku di hadapan Allah dan jika aku tidur sepanjang siang hari berarti menghilangkan diriku di hadapan rakyat,” jawab Khalifah Umar.

Seusai shalat fajar, Umar mengajak tamunya itu singgah di rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, “Wahai Ummu Kultsum, sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari Azerbaijan.”
 
“Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam,” jawab istri Umar. “Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya mereka berdua makan roti dengan garam.

“Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,” kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah bungkusan.
 
“Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah Umar. Setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula. “Ini adalah gula-gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan. “Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya Umar.

Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian menjawab, “Oh tidak Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin”. Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin.
 
“Barang ini haram masuk ke dalam perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga,” kata Umar dengan nada agak marah. “Dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya!”
 
Azerbaijan adalah sebuah wilayah di Iran. Kaum Muslim pertama kali memasuki wilayah tersebut antara 19-23 H/639-643 M. Gubernur pertamanya Hudzaifah bin Al-Yaman, lalu Umar mengangkat Utbah bin Farqad sebagai gubernur wilayah Tabriz/Azerbaijan, menggantikan Hudzaifah.

Kepemimpinan Umar bin Khattab yang menekankan kepentingan orang banyak juga terlihat ketika rumah gubuk seorang Yahudi berusaha digusur oleh Gubernur Mesir, Amr bin Ash.
 
Saat itu, Amr bin Ash berencana akan membangun sebuat masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggillah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat.
 
Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut.
 
KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan (1989) menjelaskan, si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai airmatanya, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab.
 
Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istanya khalifahnya? Kalau gubernunya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?”
 
Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon Kurma, dia hampiri dan bertanya, bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tau, Di mana Istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu.
 
Pakaian kebesarannya malu dan taqwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya dimana pak? Ya dihadapan tuan sekarang. Gemetar yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa didepannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir.
 
Sayiddina umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah didekat situ.
 
Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut.
 
Sesampai di Mesir, Yahudi inipun langsung menyampaikan pesan sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemeter dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk yahudi tadi.
 
Amr bin Ash berkata kepada Yahudi itu, ini nasihat pahit buat saya dari amirul mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang ‘hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini.

Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis diatas tulang ini. Lurus, adil, jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok maka nanti aku yang akan luruskan dengan pedangku.