PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Channel youtube berbagi kumpulan shalawat nabi dan dzikir serta kisah islami

SHALAWAT NAJIYATUL QUBUR

Sholawat penyelamat dari siksa kubur ijazah Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid Simtudduror, diamalkan dibaca satu kali ketika ziarah kubur dan buat yang masih hidup bisa dibaca satu kali setiap hari.

SHALAWAT DARI AL-ARIF BILLAH KH. IMAM KHOLIL BIN SYEKH SYU'AIB BIN ABDUL ROZAQ SARANG REMBANG

Keutamaannya jika dibaca satu kali sebanding dengan membaca kitab Sholawat Dalail Al-Khoirot seratus ribu kali dan membebaskan dari sentuhan api neraka.

FILM-FILM LAWAS INDONESIA

Koleksi berbagai film lawas indonesia era 70 hingga 90an, baik film laga dan komedi

Ijazah Membuka Sesuatu yang tertutup

Ijazah amalan dari Habib Syech untuk membuka sesuatu yang tertutup

KEUTAMAAN DAN BERKAH MANDI DI WAKTU FAJAR

keistimewaan mandi fajar yaitu mandi pada pagi hari sebelum adzan subuh yang sebagian orang tidak mengetahuinya.

HAJAT TERKABUL DENGAN ISTIQOMAH SHALAT TASBIH

Memohon hajat yang sulit agar terkabul dengan barokah melaksanakan shalat tasbih

Sabtu, 26 November 2022

Makna Sholawat Mahalul Qiyam saat peringatan maulid Nabi

Sholawat Mahalul Qiyam dibaca saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Saat membaca kisah dan sirah nabawiyyah dengan membaca misal Al-Barzanji, Simtud-durar, dan lain sebagainya sebagian kita terbiasa untuk berdiri saat menyebut kehadiran Muhammad SAW. Tradisi ini dikenal dengan mahallul qiyam. 

Mengapa kebiasaan ini muncul? Menurut Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, berdiri saat Mahallul Qiyam merupakan kebiasaan sebagian ulama di antaranya Imam As-Subki. 

“Namun saya pun tidak menampik adanya keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang dianugerahi berjumpa dengan Nabi dalam keadaan terjaga,” ujar dia dalam keterangannya,  

Dia menjelaskan, tradisi tersebut telah dilakukan sejak Abad Pertengahan Islam yang dilakukan seorang ulama yang bertaraf Mujtahid di lingkungan Madzhab Syafiiyah, yaitu Imam As-Subki. Sebagaimana disampaikan ulama ahli sejarah Syekh Ali Al-Halabi dalam kitabnya "Insan al-Uyun Fi Sirat Al-Amin Al-Ma'mun":

ﻭﻗﺪ ﻭﺟﺪ اﻟﻘﻴﺎﻡ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ اﺳﻤﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻋﺎﻟﻢ اﻷﻣﺔ ﻭﻣﻘﺘﺪﻱ اﻷﺋﻤﺔ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﻭﺭﻋﺎ اﻹﻣﺎﻡ ﺗﻘﻲ اﻟﺪﻳﻦ اﻟﺴﺒﻜﻲ، ﻭﺗﺎﺑﻌﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﺸﺎﻳﺦ اﻹﺳﻼﻡ ﻓﻲ ﻋﺼﺮﻩ، ﻓﻘﺪ ﺣﻜﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻥ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺴﺒﻜﻲ اﺟﺘﻤﻊ ﻋﻨﺪﻩ ﺟﻤﻊ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎء ﻋﺼﺮﻩ ﻓﺄﻧﺸﺪ ﻣﻨﺸﺪ ﻗﻮﻝ اﻟﺼﺮﺻﺮﻱ ﻓﻲ ﻣﺪﺣﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ:

"Bentuk berdiri semacam ini ketika menyebut nama Nabi SAW (mahallul qiyam) sungguh telah ditemukan dari ulamanya umat Islam dan panutan para imam, dari segi agamisnya dan kewara'annya (menjauhi hal-hal yang haram dan syubhat) yaitu Imam As-Subki dan diikuti para ulama di masanya. Sebagian ulama menceritakan bahwa Imam Subki dan para ulama berkumpul, lalu seorang penyair melantunkan syair pujian karya Ash-Sharshari untuk Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama [bahr thawil] :

ﻗﻠﻴﻞ ﻟﻤﺪﺡ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ اﻟﺨﻂ ﺑﺎﻟﺬﻫﺐ ... ﻋﻠﻰ ﻭﺭﻕ ﻣﻦ ﺧﻂ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ

ﻭﺃﻥ ﺗﻨﻬﺾ اﻷﺷﺮاﻑ ﻋﻨﺪ ﺳﻤﺎﻋﻪ ... ﻗﻴﺎﻣﺎ ﺻﻔﻮﻓﺎ ﺃﻭ ﺟﺜﻴﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻛﺐ

"Sedikit sekali tulisan yang memuji Nabi pilihan dengan tinta emas di atas lembaran perak dalam tulisan terbaik. Hendaklah orang-orang mulia berdiri ketika mendengarnya, berdiri bershaf-shaf, atau berlutut diatas kendaraan."

ﻓﻌﻨﺪ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻡ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺴﺒﻜﻲ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻤﻴﻊ ﻣﻦ ﻓﻲ اﻟﻤﺠﻠﺲ، ﻓﺤﺼﻞ ﺃﻧﺲ ﻛﺒﻴﺮ ﺑﺬﻟﻚ اﻟﻤﺠﻠﺲ، ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻣﺜﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ اﻻﻗﺘﺪاء.

Saat itulah Imam As-Subki berdiri bersama orang yang hadir dalam majelis. Keharuan yang besar terdapat dalam majelis tersebut. Hal semacam ini sudah cukup [boleh] untuk diikuti" (As-Sirah Al-Halabiyah, 1/123 Dikutip banyak para ulama termasuk pengarang kitab Ianah Ath-Thalibin)

Ruh orang tua mengharapkan kiriman doa anaknya

Setiap anak utang budi sangat besar pada orang tuanya. Ibu merupakan makhluk Allah yang diciptakan untuk bisa mengandung, melahirkan, dan menumbuh kembangkan anaknya masing-masing. Cinta ibu melebihi kecintaannya kepada pribadinya sendiri. Bagi ibu, ibarat tidak makan tidak masalah yang penting anaknya bisa makan karena saking cintanya seorang ibu kepada anak. Setelah ibu, ada orang lain yang juga mempunyai kasih sayang besar kepada seorang anak, yaitu sosok ayah walaupun levelnya masih di bawah ibu.  

Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari kakeknya Bahz, ia memerintahkan untuk menghormati ibu sebanyak tiga kali lipat dibanding ayah. Hadits ini tidak berarti ayah tidak terhormat. Hormat kepada ayah tetap wajib, sedangkan kewajiban hormat kepada ibu tiga kali lipat daripada hormat kepada ayah, baru kemudian kerabat paling dekat, dekat, dan mulai yang lebih jauh.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا بَهْزٌ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: " أُمَّكَ "، قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: " أُمَّكَ "، قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: " أُمَّكَ، ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ 

Artinya: “Saya tanya kepada Rasulullah ﷺ, ‘Ya Rasul, siapa yang paling berhak saya sikapi dengan sebaik mungkin?’ Jawab Rasul, ‘Ibumu’, ‘Lalu siapa lagi, Ya Rasul?’ ‘Ibumu’, ‘Siapa lagi, Ya Rasul?’ ‘Ibumu’. 'Lalu siapa lagi?' ‘Baru kemudian bapakmu, keluarga terdekat, dekat, dan seterusnya’.” (Musnad Ahmad: 20048) 

Sebagai balas budi anak kepada kedua orang tua, bagaimana sikap anak kepada orang tua ketika mereka sudah meninggal dunia? Abu Usaid pernah menceritakan sebuah hadits berikut:

 بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ عَلَيَّ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ بَعْدَ مَوْتِهِمَا أَبَرُّهُمَا بِهِ؟ قَالَ: " نَعَمْ خِصَالٌ أَرْبَعَةٌ: الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنْ قِبَلِهِمَا، فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيْكَ مِنْ بِرِّهِمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا    
 Artinya: “Suatu ketika saya sedang duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari sahabat Anshar sowan. Ia bertanya kepada Rasul, ‘Ya Rasul, apakah saya bisa berbaik budi kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal?’ Rasul lalu menjawab, ‘Iya, ada empat hal, yaitu (1) mendoakan mereka, (2) memohonkan ampunan untuk keduanya, (3) menunaikan janji mereka dan memuliakan teman mereka, dan (4) menjalin silaturahim dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu kecuali melalui perantara ayah-ibumu. Itulah budi baik yang harus kamu lakukan setelah mereka meninggal’.” (Musnad Ahmad: 16059)

Rabu, 23 November 2022

Al-Qur'an Imam Kita

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh !

Saudara-saudara, kaum muslimin rohimakumulullah. Setiap penganut agama di dunia ini mempunyai sebuah kitab yang dianggapnya sebagai kitab suci. Orang Hindu mempunyai Kitab Wedha. Orang Budha mempunyai Kitab Tripitaka. Orang Yahudi mempunyai Kitab Taurat. Orang Nasrani memiliki Kitab Injil. Penganut Konghucu mempunyai Kitab Tautehking. Orang Majusi mempunyai Kitab Zen Avesta. Orang Kebatinan mempunyai Kitab Serat Centani, Hidayat Jati, Darmo Gandul atau Gatolojo. Sementara kita, orang Islam diberikan Kitab Al-Quran Al-Karim oleh Allah.

Mengapa kita yakini bahwa Al-Qur'an ini sebagai kitab suci? Pertama, dia bebas dari intervensi dan investasi manusia. Ia sepenuhnya, baik isi maupun redaksi adalah produk dari Allah Subhanahu Wata'ala. Kita meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci karena sampai hari ini belum ada pun yang mampu membuat seperti itu. Suatu kitab hanya dinamakan suci jika dia bersih dari investasi dan campur tangan manusia. Al-Qur'an ini, sejak turunnya 14 abad yang lalu telah menantang, “ Apabila kamu ragu-ragu terhadap kebenaran Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami, Muhammad, atau kamu mengira bahwa Al-Qur'an itu hanya karangan Muhammad saja maka cobalah kamu buat sebuah surat semacam Al-Qur'an. Apabila Anda tidak mampu melakukannya sendiri maka ajaklah seluruh teman Anda .”

Kedua, kita meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci karena isi dan ajarannya sesuai dengan fitrah manusia. Suatu kitab dinamakan suci jika ajarannya sejalan dengan fitrah manusia. Misalnya, laki-laki memiliki nafsu terhadap perempuan dan perempuan suka terhadap laki-laki. Hal ini adalah fitrahnya sebagai manusia. Jika ada kitab suci yang melarang manusia untuk menikah maka kesucian kitab itu perlu disaring. Al-Qur'an adalah kitab suci yang sejalan dengan fitrah manusia maka ia menyarankan manusia yang mampu melangsungkan pernikahan.

Contoh lain adalah secara fitrah manusia perlu makan. Jika ada kitab suci yang menyuruh manusia berpuasa terus menerus dari pagi sampai siang kemudian sore sampai malam lalu puasa lagi sampai pagi hari maka hal itu sama saja menyuruh manusia untuk mati. Al-Qur'an sesuai dengan fitrah manusia maka Islam melarang puasa wishol atau puasa ngableng atau puasa nyambung artinya seseorang puasa dari mulai pagi hari sampai pagi kembali dan tidak berbuka pada saat magrib. Puasa seperti ini bukan hanya tidak boleh tetapi hukum melakukannya adalah haram. Kenapa? Karena hal itu bertentangan dengan fitrah manusia.

Ketiga, kita meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci karena isi Al-Qur'an tidak kontroversi artinya isinya tidak saling bertentangan satu sama lain. Dalam ayat manapun Al-Qur'an melarang bahwa Allah itu esa. Contoh lainnya, jika satu kali Al-Qur'an menjelaskan sesuatu itu haram maka ia akan tetap berkata bahwa sesuatu itu haram. Jika sebuah kitab suci memiliki kontroversi, misalnya di satu ayat melarang bahwa Tuhan itu satu tetapi di ayat lainnya melarang bahwa Tuhan itu ada tiga, di ayat lain melarang bahwa Tuhan itu ada empat maka nama kitab itu adalah kitab yang pecah. Bagaimana suatu kitab disebut suci kalau kontroversi isinya satu dengan yang lain?

Dari kriteria ketiga inilah kita meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci. Masalah yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah bagaimana sikap kita terhadap Al-Qur'anulkarim sebagai kitab suci.

Berangkat dari sebuah hadits, dimana Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassallam pernah memberikan tawaran. Dia pernah memikirkan, “Siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an sebagai imam maka Al-Qur'an akan membimbing dia ke dalam surga tetapi siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an sebagai makmum maka Al-Qur'an akan mendorong dia ke dalam neraka.”

Pilihan itu terserah kita. Siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an sebagai imam, ditempatkannya Al-Qur'an di depan, dia mengikuti petunjuk dan ajaran Al-Qur'an maka Al-Qur'an akan membimbingnya ke dalam surga. Baik surga dunia maupun surga akhirat. Tetapi sebaliknya, siapa saja yang menempatkan Al-Qur'an di belakang, di belakang Al-Qur'an, di belakang ajaran-ajaran dan perintah Al-Qur'an, dia menuruti hawa nafsunya dalam kehidupan maka Al-Qur'an akan mendorong ia ke dalam neraka. Baik neraka dunia maupun neraka akhirat. Pilihan itu terserah kita.

Saya mau bertanya, kira-kira Al-Qur'an dalam hidup kita itu sebagai imam atau sebagai makmum? Kalau Al-Qur'an sebagai imam, artinya kita sebagai umat islam jadi makmum. Resiko dan logikanya adalah makmum harus mengikuti imam. Imam takbir, makmum takbir. Imam ruku', makmum ruku'. Imam sujud, makmum sujud. Imam tahiyat, makmum tahiyat. Itu namanya Al-Qur'an menjadi imam dan kita menjadi makmum. Artinya dalam kehidupan adalah kita mengikuti ajaran Al-Qur'an. Jika Al-Qur'an mengatakan merah maka kita juga mengatakan merah. Hijau kata Al-Qur'an, hijau kita bilang. Ke barat kata Al-Qur'an, ke barat kita pergi. Ke timur kata Al-Qur'an, ke timur kita berangkat. Halal kata Al-Qur'an, halal kata kita. Haram kata Al-Qur'an, haram kita bilang. Artinya Al-Qur'an sebagai imam dan kita sebagai makmum. Tetapi kenyataannya kadang-kadang kontras. Nyatanya kadang-kadang paradok. Merah kata Al-Qur'an,hijau dong kata kita. Halal kata Al-Qur'an, ah.. remang-remang kita bilang. Ke barat kata Al-Qur'an, ke timur kita pergi. Dalam praktek kita mau menjadi makmum tetapi kita menyuruh Al-Qur'an sebagai imam. Kita sesuaikan Al-Qur'an dengan selera kita. Mana ayat yang menguntungkan, mana ayat-ayat yang sesuai dengan keinginan kita. Itu yang kita baca kuat-kuat, itu yang kita canangkan ke tengah masyarakat ramai. Tapi manakala Al-Qur'an itu bertentangan dengan nafsu kita, bertentangan dengan gaya dan kepribadian kita maka kita menyembunyikan itu Al-Qur'an. Kadang-kadang kita tuduh Al-Qur'an itu ketinggalan jaman, kita anggap Al-Qur'an tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi. Kalau sudah begitu, maka kita sudah menyebrang terlalu jauh.

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah ! Inilah makna hadits nabi yang diriwayatkan dari Imam Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an lalu memperhatikannya kemudian menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga (surga dunia dan surga akhirat).”

Apabila kita renungi hadits ini maka untuk berimam kepada Al-Qur’an ada tiga jalan utama yang harus kita laksanakan. Pertama dari kata Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an artinya siapa saja yang ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai imam di dalam kehidupan maka jalan pertama yang harus ia tempuh adalah menanamkan kegemaran membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an akan menjadi asing, Al-Qur’an akan menjadi aneh kalau terletak di tengah rumah orang islam yang tidak suka membaca Al-Qur’an. Jadi langkah pertama adalah tanamkanlah kegemaran membaca Al-Qur’an.

Saya tidak menyalahkan kalau remaja kita gandrung kepada Stevie Wonder, senang kepada suara emasnya Michael Jackson, atau suaranya Madonna. Tapi kalau sampai harus mengalahkan kecintaan mereka kepada membaca Al-Qur’an maka ini adalah sebuah ironi. Sebagai orang tua, kalau anak-anak kita buta huruf latin, katanya menghambat pembangunan. Bahkan pemerintah Indonesia menggalakan bebas buta aksara agar rakyat bisa membaca huruf latin. Kalau anak-anak kita buta huruf latin disebut sebagai penghambat pembangunan, lalu bagaimana dengan anak-anak kita yang buta akan huruf Al-Qur’an ? Itu jelas menghambat proses kesadaran dan kebangkitan dari dunia islam itu sendiri.

Satu contoh ringan, dulu sebelum pembangunan merata, listrik belum masuk desa, kampung gelap dan rumah memakai lampu minyak. Kalau kita masuk kampung maka terasa banyak orang islam. Kenapa? Di rumah sebelah sana kita mendengar ada anak muda yang sedang latihan membaca rawi, di sebelah sini ibu-ibu sedang sholawatan dan di rumah sana ada remaja yang sedang membaca Al-Qur’an. Kemudian pembangunan pun maju dan listrik masuk desa tetapi justru terjadi proses pergeseran nilai. Setelah listrik masuk desa maka ini yang terjadi : orang-orang meyetel volume radionya dengan keras dan berlomba-lomba membeli televisi yang paling besar. Sedangkan membaca Al-Qur’an sudah menjadi barang yang aneh dan langka. Lihatlah sekarang di kampung-kampung, ada remaja yang sedang membaca Al-Qur’an, rasanya kok aneh, tidak umum. Sesuatu yang baik malah menjadi nilai-nilai keanehan.

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah ! Tanamkanlah kegemaran membaca Al-Qur’an. Dalam sebuah hadits nabi berpesan, “Sinarilah rumah tanggamu dengan bacaan Al-Qur’an.” Sebab listrik ini hanya bisa menerangi gelap tapi tidak akan sanggup menerangi hati manusia. Al-Qur’an adalah produk Allah. Selalu tepat dan pantas dibaca dalam setiap keadaan. Lihat saja orang yang sedih kemudian membaca Al-Quran, ia menjadi terhibur. Orang gembira membaca Al-Qur’an, ia menjadi tidak lupa diri. Di rumah mewah ada yang membaca Al-Qur’an, itu bagus. Di gubuk reot di pinggir sungai ada yang membaca A-Qur’an,  itu cocok. Orang menikah dibacakan Al-Qur’an, itu bagus. Orang mati dibacakan Al-Qur’an, tidak jelek. Dalam segala keadaan, in all season Al-Qur’an pantas dibaca. Bahkan orang sakit gigi pun jika dibacakan Al-Qur’an ia tidak akan marah.

Abu Jahal dan Abu Lahab pernah rapat.  Abu Jahal berkata, “Abu Lahab, setelah diperhatikan mengapa orang-orang Quraisy ikut kepada ajaran Muhammad, salah satu diantaranya adalah karena mereka terpesona setelah mendengar keindahan Al-Qur’an. Kita blokir saja !” Abu Lahab bertanya, “Bagaimana caranya?” Abu Jahal meneruskan idenya, “Berikanlah larangan kepada kaum Quraisy untuk tidak boleh mendengarkan Muhammad membaca Al-Qur’an. Kamu juga tidak boleh, Abu Lahab ! Begitu pun dengan saya.” Abu Lahab menganggukkan kepala, “Kita berjanji, kita tidak akan pernah mendengar Muhammad membaca Al-Qur’an.” Kemudian kedua petinggi kaum Quraisy itu bersalaman dan pulang ke rumah masing-masing.

Dalam jangka satu hari, Abu Jahal tahan untuk tidak mendengar Al-Qur’an. Hari kedua pun sama. Dia masih kukuh akan pendiriannya. Namun setelah seminggu ke atas Abu Jahal merasakan rindu untuk mendengarkan ayat Al-Qur’an. Karena secara pribadi dia mengakui keindahan gaya bahasa Al-Qur’an itu jauh lebih tinggi daripada kemampuan para penyair Quraisy dan isi dan ajarannya sangat dalam dan menyentuh segi-segi kehidupan manusia. Abu Jahal sudah tidak tahan lagi. Maka pada suatu malam ia keluar dari rumahnya secara sembunyi-sembunyi dan pergi ke rumah Nabi Muhammad. Ia ingin mendengar Nabi Muhammad membaca Al-Qur’an. Dan ternyata Abu Lahab pun melakukan hal yang sama. Abu Jahal berpikir bahwa Abu Lahab tidak akan keluar rumah untuk mendengarkan ayat Al-Qur’an dan Abu Lahab juga berpikiran sama tentang Abu Jahal. Mereka berdua sama-sama keluar dari rumah tapi bedanya Abu Jahal mengendap-endap dari sisi sebelah barat rumah nabi sedangkan Abu Lahab dari sisi sebelah timur. Mereka bergeser sedikit demi sedikit mencari posisi untuk mendengarkan ayat Al-Qur’an yang lebih baik dan keduanya ternyata bertemu di satu sudut yang sama. Spontan mereka berdua kaget bukan kepalang. Mereka berdua sama-sama malu karena tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Dan akhirnya mereka berdua mengakui bahwa Al-Qur’an memiliki daya pikat dan pesona yang kuat bagi orang yang mendengarkannya. Itu baru dari segi bacaan belum dari segi isi ataupun ajarannya. Tanamkanlah kegemaran membaca Al-Qur’an. Bahkan Nabi bersabda, “Orang yang dari tenggorokannya belum pernah keluar satu huruf Al-Qur’an, belum pernah membaca satu pun ayat Al-Qur’an maka orang itu seperti rumah yang kosong.”

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah ! Dalam satu percontohan Nabi mengatakan, “Orang mukmin yang suka membaca Al-Qur’an adalah ibarat buah utrujah. Baunya wangi serta rasanya lezat. Orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur’an adalah ibarat buah kurma. Rasanya memang manis tetapi tidak ada baunya. Orang Munafik yang suka membaca Al-Qur’an adalah ibarat buah roihanah. Baunya wangi tetapi rasanya pahit. Orang munafik yang tidak suka membaca Al-qur’an adalah ibarat buah hanzolah. Tidak ada baunya dan rasanya pahit.”

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah !  Tanamkanlah kegemaran membaca Al-Qur’an karena hal itu merupakan ibadah yang besar. Bahkan Nabi bersabda, “Nilai ibadah yang paling baik dari hambaku adalah ibadah membaca Al-Qur’an.” Membaca Al-Qur’an dalam sholat memiliki nilai ibadah yang lebih besar daripada di luar sholat. Membaca Al-Qur’an dengan berwudhu lebih besar pahalanya daripada tanpa wudhu. Mengerti Al-Qur’an lebih besar pahalanya daripada tidak mengerti. Tapi tidak mengerti pun dan ia mendengarkan ayat Al-Qur’an maka ia mendapatkan pahala mendengar Al-Qur’an. Itulah penjelasan pertama dari makna hadits diatas yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa kita harus senantiasa menanamkan kegemaran membaca Al-Qur’an.

Dalam hadits diatas berbunyi Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an lalu memperhatikannya, maka makna selanjutnya dalam hadits ini adalah kita harus memperhatikan Al-Qur’an setelah membacanya. Pahamilah isi Al-Qur’an. Jangan seperti monyet yang memakai mahkota. Dia tertawa girang dan cengengesan tetapi dia tidak mengerti arti dari kebesaran mahkota yang disandangnya. Kita bangga akan Al-Qur’an tetapi tidak mengerti kandungan arti di dalamnya.

Bagaiamana caranya untuk memahami Al-Qur’an? Mudah saja. Contoh, jika kita ingin mengerti cara membuat tahu maka jangan bertanya kepada montir mobil. Montir mobil sangat ahli dalam urusan mesin tetapi jika urusan tahu maka tanyakanlah kepada ahli pembuat tahu. Untuk mengerti rahasia dan seluk-beluk Al-Qur’an maka kita harus bertanya kepada orang yang mengerti arti dan seluk-beluk Al-Qur’an yaitu para ulama, para kyai dan para ustadz yang kita tahu kualitas keilmuannya dan kita yakini loyalitas dan integritasnya kepada islam. Kenapa? Ayat-ayat Al-Qur’an itu elastis. Dia dibawa kemana saja dia mau. Bisa ditafsirkan menurut kemauan orang. Yang paling celaka adalah, orang yang belajar tidak mempunyai dasar dan orang yang mengajar memiliki maksud yang lain. Hal ini sesat dan menyesatkan. Orang yang ngajar mempunyai nafsu dan ambisi dan orang yang belajar menjadi tikus budeg, yang memang tidak mempunyai dasar apa-apa. Sekali belajar, langsung menafsirkan ayat. Cara wudhu yang baik saja belum mengerti, cara ruku’ dan sujud yang baik saja belum bisa dan tidak tahu apa saja yang membatalkan sholat. Belajar menafsirkan Al-Qur’an itu tidak jelek tetapi alangkah lebih baiknya jika orang yang mau belajar itu memiliki dasar penunjang dari nilai-nilai keilmuan islam untuk pembelajarannya nanti.

Di sinilah perlunya menghidupkan majlis-majlis ta’lim. Sebab jika Al-Qur’an dipahami dan diotak-atik menurut kemauan rasio saja -sedangkan kekuatan rasio manusia itu terbatas-, saya akan khawatir nantinya akan timbul pendapat-pendapat dimana Al-Qur’an disesuaikan dengan otak. Bukan otak yang mengikuti Al-Qur’an tetapi Al-Qur’an yang disuruh mengikuti otak.

Contoh, jika Saudara mengukur kayu menggunakan meteran, apakah meteran itu ikut kayu atau kayu yang mengikuti meteran? Jika meteran mengikuti kayu maka tidak ada meteran yang benar di dunia ini. Jika kayunya terlalu pendek maka meterannya yang dipotong. Yang benar adalah kayu yang harus mengikuti meteran. Otak harus ikut wahyu jangan wahyu yang disuruh untuk mengikuti otak. Manusia ikut Al-Qur’an, jangan sebaliknya.

Kaum orientalis, orang barat yang non-muslim yang mempelajari dan mendalami Islam untuk mencari kelemahan umat islam dan untuk menghantam umat islam, mereka sengaja mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka kumpulkan untuk menghancurkan umat islam. Supaya umat islam sendiri meragukan Al-Qur’an dan meninggalkan Al-Qur’an. Timbullah pendapat ada ayat Al-Qur’an yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi sekarang. Seolah-olah otak manusia sudah jauh lebih pintar daripada Al-Qur’anulkarim.

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah !  Untuk memahami Al-Qur’an, kita harus bertanya kepada orang yang ahli dalam Al-Qur’an dan menghidupkan  majlis-majlis ta’lim. Jangan sampai Al-Qur’an menjadi awam di tengah masyarakat islam itu sendiri. Ini adalah jalan yang kedua dalam menjadikan Al-Qur’an sebagai imam kita yaitu dengan memahami isinya. Sehingga demikian manakala Al-Qur’an dibacakan oleh orang, kita tidak lagi terpusat kepada kemerduan suara orang yang melantunkan ayat suci Al-Qur’an itu tetapi tertuju kepada isi yang dikandungnya. Sehingga dalam kondisi semacam itu, boleh jadi setiap kali dibacakan Al-Qur’an, nilai iman kita semakin bertambah.

Kita mendengar orang membacakan ayat dari surat Al-Fil, alam taro kaifa fa’ala robbuk biashaabil fil maka kita membayangkan bagaimana Raja Abrahah akan menghancurkan Ka’bah dengan pasukan gajah. Allah cukup mengirimkan burung Ababil dan hancurlah raja besar itu beserta dengan seluruh pasukan gajahnya. Hancur berantakan, berkeping-keping, berserakan. Allah Maha Besar, Allah Maha Kuasa. Dengan mendengar dan mengerti arti dari ayat itu maka bertambahlah iman di dada kita.

 Jika kita tidak memahami Al-Qur’an maka seperti mayoritas terjadi di masyarakat, misalnya ketika Al-Qur’an menceritakan adzab (siksa), kita malah merasa senang. Contoh kita mendengar ayat Walakum adzabun alim artinya Dan kamu akan mendapat siksa yang pedih, kita yang mendengar di sudut majlis berteriak Toyyib, Toyyib ! artinya baik, baik. Allah, Allah ! Alhamdulillah ! Al-Qur’an sedang menceritakan adzab malah berteriak bahwa itu adalah hal yang baik. Kita menyukai bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan oleh Qori/Qori’ah dengan suara mereka yang merdu, itu adalah hal yang baik, Alhamdulillah. Tetapi akan lebih baik lagi apabila kita mengerti arti dari ayat Al-Qur’an yang kita dengarkan. Sebab perintah membaca (iqra) Al-Qur’an, tersirat perintah untuk memahami Al-Qur’an. Perintah memahami, tersirat makna untuk mengamalkan. Dengan kata lain, kita hanya bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan baik apabila kita mengerti isinya. Kita hanya bisa mengerti isinya apabila kita rajin membacanya, baik membaca yang tersirat maupun yang tersurat dengan petunjuk dari para alim ulama, para kyai dan orang-orang yang ahli di bidang Al-Qur’an.

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah ! Inilah jalan kedua. Upayakanlah memahami isi Al-Qur’an. Hidupkan kajian-kajian agama. Hidupkan majlis-majlis ta’lim. Jangan sampai Al-Qur’an menjadi asing di hati kita sendiri. Jangan sampai kita awam terhadap makna dan kandungan Al-Qur’an, sementara kita yakini bahwa Al-Qur’an siap  membimbing kita sejak dari dunia hingga akhirat nanti.

Langkah selanjutnya untuk berimam kepada Al-Qur'an setelah menanamkan kegemaran membaca lalu memahami pemahaman isinya adalah mengamalkannya dalam kehidupan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Al-Qur'an tidak akan membawa berkah apabila ajaran yang terkandung di dalamnya, kita baca tetapi kemudian kita menginjak-injaknya dalam praktek kehidupan. Al-Qur'an mengatakan riba dan haram, tetapi dalam praktek kehidupan kita lebih senang kepada riba dan haram. Al-Qur'an melarang untuk menjaga persatuan dan kesatuan dan persatuan dan ukhuwah islamiyah tetapi praktek yang kita lakukan malah centang-perenang, malah saling bertolak belakang, malah kadang menjegal kawan seiring, menggunting dalam lipatan, saling ribut sesama manusia, lalu kelemahan pun menjadi kenyataan dimana-mana. Kemudian lagi, Al-Qur'an tidak akan membawa berkah apabila Al-Qur'an yang kita baca malah kita injak-injak (artinya tidak kita amalkan).

Tentang pengamalan Al-Qur'an ini, Allah berfirman, “ Kemudian kami wariskan Al-Qur'an ini kepada hamba-hamba Kami yang Kami pilih . Di antara mereka ada yang dzolim kepada diri mereka sendiri , kemudian ada yang muqtasid (setengah-setengah) dan ada yang berlomba-lomba mengamalkannya atas izin Allah. ”

Jadi tiga cara untuk berimam kepada Al-Qur'an adalah gemar membaca Al-Qur'an, memahami isi dan ajaran Al-Qur'an dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Cintailah Al-Qur'an, Saudaraku. Bacalah dan jadikan ia sebagai petunjuk dan petunjuk dalam kehidupan.

Silakan unduh tausyiah selengkapnya tentang penjelasan Al-Qur'an dari KH Zainudin MZ ini. Semoga bermanfaat !

Subscribe

Minggu, 20 November 2022

Lagu Ilahana Ma A'dalak

Lirik Lagu Ilahana Ma A'dalak - Ai Khodijah (Arab, Latin & Terjemahan)

Judul asli: Labbaika Innal Hamdalak

Penyanyi: Ai Khodijah (dipopulerkan oleh Anil Althaf)

Kategori: Sholawat Populer tahun 2022

Labbaika Innal Hamdalak adalah sebuah lagu Sholawat yang populer pada tahun 2022 lagu tersebut dinyanyikan oleh Anil Althaf. Pada tanggal 1 April 2022 dinyanyikan kembali oleh Ai Khodijah. Anda dapat menonton video sholawat Innal Hamdalak (Ilahana Ma Adalak) melalui kanal Youtube Ai Khodijah official.

"Lirik Ilahana ma a'da lak Malika kulli man malak" adalah bagian lirik lagu Labbaika Innal Hamdalak. Baca di bawah ini lirik lengkap tulisan Arab Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia serta video.

Tulisan Arab Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia

Labbaika Innal Hamdalak artinya adalah Aku datang untuk memujiMU, sementara Ilahana Ma A'dalak artinya Ya Tuhan Kami yang maha Adil. Makna Sholawat ini adalah puja puji kepad tuhan Alloh SWT. Simak di bawah ini Terjemahan sholawat Labbaika Innal Hamdalak (Ilahana Ma Adalak) lengkap tulisan Bahasa Indonesia Arab teks Latin.

إِلَهَنا مَا أَعْدَلَك

Ilahana ma a'da la

(Ya Tuhan kami, betapa maha adilnya Engkau)

مَلِيْكَ كُلِّ مَنْ مَلَك

Malika kulli man malak

(Yang merajai sekalian makhluk yang pernah memiliki sesuatu)

لَبَّيْكَ قَدْ لَبَّيْتُ لَك

Labbaika qad labbaitu lak

(Kami kepadaMu, untuk memenuhi panggilanMu)

وَكُلُّ مَن أَهَلَّ لَك

Wa kullu man ahallalak

(Dan semua orang yang mengingatMu)

*

لَبَّيكَ إِنَّ الْحَمْدَ لَك

Labbaika innal hamda lak

(Kami kepadaMu, semata-mata hanya untuk memujiMu)

وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَك

Wal mulka la syarika lak

(Dan Engkaulah raja yang Maha Esa).

وَالْلَيْلَ لَمَّا أَنْ حَلِك

Wal lailu lamma an halak

(Dan disaat malam semakin kelam)

وَالسَّابِحَاتُ فِي الْفَلَك

Was sabihatu fil falak

(Serta bintang-bintang bertabur di angkasa)

*

عَلَى مَجَارِي الْمُنْسَلَك

'ala majaril munsalak

(Bergerak di atas rotasi di galaksi)

مَا خَابَ عَبْدٌ سَأَلَك

Makhaba 'abdun ammalak

(Tidak ada seorang hamba pun yang pernah Engkau kecewakan)

أَنْتَ لَهُ حَيْثُ سَلَك

Anta lahu haitsu salak

(Engkau selalu ada kemana pun hamba berjalan)

لَولَاكَ يَا رَبُّ هَلَك

Laulaka ya rabbi halak

(Jika bukan karenaMu Ya Tuhan, niscaya hamba binasa)

*

يَا مُخْطِئَا مَّا أَغْفَلَك

Ya mukhtiamma agfalak

(Wahai pendosa, betapa lalainya dirimu)

عَجِلْ وَبَادِرْأَجَلَك

'ajil wa badir ajalak

(Segeralah perbuatan baik sebelum ajal menghampirimu)

وَاخْتِمْ بِخَيْرٍ عَمَلَك

Wakhtim bikhairin 'amalak

(Dan selesaikan dengan sebaik-baik amalan)

لَبَّيْكَ إِينَّالْعِزَ الَق

Labbaika innal 'izzalak

(Kami kepadaMu, sesungguhnya kemuliaan itu adalah milikMu)

Subscribe

Keutaman Surah Al-Qomar

 Al-Qamar artinya “bulan”. Surat ini terdiri atas 55 ayat, termasuk dalam golongan surat Makkiyyah, dan diturunkan sesudah surat Ath-Thur. Ia dimberi nama Surat Al-Qamar karena merujuk pada lafaz al-qamar yang terdapat pada ayat pertama. Pada ayat ini menjelaskan tentang terbelahnya bulan sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw.

Pokok Kandungan Surat Al-Qamar

Adapun pokok kandungan dari Surat Al-Qamar adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan bahwa semua yang ada di alam semesta ini sudah menjadi ketetapan (takdir) Allah;

2. Menegaskan bahwa kehendak Allah pasti terjadi;

3. Apapun yang diperbuat oleh makhluk dicatat oleh malaikat;

4. Orang-orang kafir akan dikumpulkan di akhirat dalam keadaan terhina dan akan menerima balasan setimpal;

5. Menjelaskan hinaan terhadap orang-orang yang tidak memperhatikan Al-Qur’an:

6. Menceritakan kisah-kisah kaum yang mendustakan para rasul di masa lalu, seperti kaum Nabi Nuh, kaum Tsamud, dan Firaun.

Keutamaan dan Manfaat Surat Al-Qamar

Surat Al-Qamar berisikan 55 ayat dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah karena diturunkan di kota Makkah. Al-Qamar berarti bulan dan diturunkan setelah surat At-Tur.

Surat yang memiliki nama lain Iqtarabat ini termasuk dalam juz 27. Berikut bacaan arab surat Al-Qamar beserta arti, kandungan, dan keutamaannya.

Adapun fadhilah dan khasiat dari Surat Al-Qamar adalah sebagai berikut:

Pertama, termasuk dalam Al-Mufashshal yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai tambahan, sehingga beliau diberi keutamaan dibanding nabi-nabi yang lain.

Kedua, pembacanya akan keluar dari kubur dengan menaiki unta dari surga.

Rasulullah Saw. telah bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat iqtarabatis-sa’ah (Al-Qamar), maka Allah akan mengeluarkannya dari kuburnya dengan menaiki unta dari surga.” (Tsawabul A’mal: 145)

Ketiga, pembacanya akan bangkit dengan wajah seperti bulan purnama di hari kiamat.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Al-Qamar), maka Allah akan membangkitkannya di hari kiamat dengan wajah laksana bulan di malam purnama, berpancar di muka para makhluk. Barangsiapa yang membaca setiap malam, maka itu lebih utama dan barangsiapa yang menulisnya di hari Jumat waktu salat Zuhur (salat Jumat), lalu meletakannya di sorbannya, atau menjadikannya kalung, maka tujuan dan apa pun yang diinginkannya dapat tercapai.” (Tafsirul Burhan, Juz 7: 367)

Keempat, dapat menjadi wasilah atau doa agar menjadi pusat perhatian dan dicintai oleh masyarakat.

Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang menulisnya ( Surat Al-Qamar) di hari Jumat ketika waktu zuhur dan menggantungkan di sorbannya, atau mengalungkannya, maka ia akan diperhatikan dan dicintai orang lain.” (Tafsirul Burhan, Juz 7: 367)

Demikianlah pembahasan singkat mengenai pokok kandungan, keutamaan, serta manfaat dari Surat Al-Qamar. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam.



Rabu, 16 November 2022

Sejarah daerah Bambu Apus dan Makam Keramat

Sejarah daerah Bambu Apus dan Makam Keramat
Kelurahan Bambu Apus merupakan salah satu dari 8 Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cipayung Kota Administrasi Jakarta Timur, dan secara demografis berada di wilayah Timur DKI Jakarta
.
 
Kawasan itu berbatasan langsung dengan Kelurahan Lubang Buaya di sebelah utara, Kelurahan Ceger di barat, Kelurahan Setu di timur, dan Kelurahan Cipayung di sebelah selatan.
 
Zaenuddin HM, menjelaskan dalam buku karyanya 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe, setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada 2012, bahwa Bambu Apus diambil dari nama jenis pohon bambu. Konon, di daerah tersebut dulu banyak tumbuh jenis pohon bambu yang dinamai Bambu Apus, dengan ciri-ciri batangnya lurus, tidak berduri, dan daunnya agak besar. 
 
Dari berbagai orang ada yang berpendapat karena daerah tersebut banyak di tumbuhi bambu tali atau bambu apus, sementara pendapat lain bersumber pada cerita legenda tentang seorang pemuda ahli ibadah yang memiliki kekuatan penyembuhan anehnya ketika mandi di bantaran sungai anehnya pemuda tersebut tiba-tiba menghilang dan dalam bahasa setempat disebut Mupus, hanya pakaiannya saja yang masih tersisa tergeletak di tepi sungai.
 
Kawasan bambu Apus dahulunya memang terkenal dengan kawasan yang angker dan sepi, infrastrukurnya masih terbatas dengan jalan seadanya, Bambu Apus bukanlah nama tempat baru melainkan sudah ada sejak ada pada zaman kolonial Belanda, hanya saja lokasinya yang ditempat yang terpencil dan tidak tercantum pada peta kolonial Belanda maka Bambu apus kurang dikenal. Saking angkernya daerah hutan bambu yang dekat dengan sungai ini dikenal dengan Jin buang anak.
 
Sebagai daerah pinggiran yang sepi dan menyeramkan kawasan bambu apus terkenal angker dan rawan kejahatan, entah berapa banyak korban yang tewas karena ganasnya begal dan rampok di Bambu Apus.
 
Bambu Apus lantas di jauhi, pasukan kolonial Belanda bahkan tak berani berlama-lama di daerah tersebut, sampai akhirnya pendatang dari Banten dan Cirebon yang terkenal dengan ilmu kanuraganNya datang untuk berdagang di Batavia, sebagian memutuskan untuk membangun pemukiman di daerah Bambu Apus, untuk memimpin masyarakat di pilihlah seorang kepala desa yang disebut Mandor, keturunan bangsawan Banten bernama Raden Abdul Wahab, lalu di angkat menjadi kepala desa Bambu Apus yang pertama.
 
Menurut penuturan Bapak Sudirman, silsilah dari Raden Abdul Wahab orangtuanya bernama Raden Abdul Hanan Hidayah Jonggol Jawa Barat, kemudian ditelusuri lagi yang saat itu telah dibantu dari struktur Dinas kebudayaan Banten, ada referensi ternyata Raden Abdul Hanan mempunyai orangtua bernama Syaikh Maulana Malik Saifuddin di Pandeglang Banten, kemudian orangtua dari Syaikh Maulana Malik Saifuddin yaitu Pangeran Muzaki di Citeurep Bogor. Dimana Pangeran Muzaki sebenarnya memiliki 4 (empat) sebutan nama dimana diantaranya yaitu Pangeran Muzaki dan Eyang  Sake, arti Eyang Sake ada panggilan Eyang bagi orang tua dan Sake adalah tempat minum yang terbuat dari bambu.
 
Dibawah kepemimpinan Raden Abdul Wahab yang berilmu tinggi kawasan Bambu Apus dan sepi berangsur-angsur mulai ramai penduduk, untuk mata pencaharian mereka menggarap sawah dan membudi dayakan ikan mas, dan para penjahat yang kerap beraksi di Bambu Apus tak berani lagi menampakan diri, mereka tak mau berurusan dengan para jawara Banten yang dipimpin Mandor Abdul Wahab.
 
Masyarakat Bambu Apus makin kerasan tinggal didaerah yang dekat dengan sungat itu, apalagi sebagai kepala desa Raden Abdul Wahab sangat peduli dengan warganya, beliau bahkan kerap sekali membantu melunasi pajak yang di tagih oleh pemerintah Belanda.
 
Al-kisah Raden Abdul Wahab memiliki kebiasaan unik dengan warganya, dia suka mengenakan wangian yang bersumber dari Bunga sedap malam, sesekali dia meminta izin untuk mengambil bunga sedap malam, entah dari mana mendapatkannya ketika kembali Raden Abdul Wahab sudah membawa bunga sedap malam yang harum dan wangi, padahal di kampung Bambu Apus tidak ada yang menanam bunga sedap malam.
 
Makam leluhur dari masyarakat kampung bambu apus ini berlokasi di Gang Mandor Abdul Wahab Bambu Apus Jakarta Timur, berada tepat dibawah pohon beringin tua usia ratusan tahun yang ditanam atas perintah Raden Abdul Wahab, menurut cerita turun temurun dibawah pohon beringin tersebut Raden Abdul Wahab sering berteduh melakukan tafakur untuk mengasah kepekaan batin, Anehnya akar-akar dari pohon beringin tak ada yang sedikitpun merusak makam Raden Abdul Wahab, padahal makam-makam sekitarnya pernah jebol terkena akar pohon beringin.

Meski makam dari Raden Abdul Wahab tidak terlalu dikenal luas oleh masyarakat kalangan peziarah, akan tetapi banyak peziarah yang berkunjung ke makam ini dengan tujuannya masing-masing, banyak keanehan yang sering terjadi di sekitar makam Raden Abdul Wahab baik melihat seekor Harimau yang mengelilingi areal makam, bahkan ada yang pernah melihat penampakan dari sosok Raden Abdul Wahab, tentunya hal ini membawa pengalaman yang berbeda-beda bagi para peziarah.


Sejarah Pembangunan Ancol

Logo lama dan Logo terbaru Ancol

Berawal dari Soekarno yang ingin Indonesia memiliki sebuah taman hiburan. Proyek Ancol mewujudkannya dengan mengubah kawasan rawa dan semak belukar.

Presiden Sukarno dan Guntur Sukarnoputra naik Dumbo di Disneyland, Amerika Serikat, 4 Juni 1956
Presiden Sukarno dan Guntur Sukarnoputra naik Dumbo di Disneyland, Amerika Serikat, 4 Juni 1956

Foto di atas milik gettyimages.com tanggal 4 Juni 1956 memperlihatkan Presiden Soekarno dan Guntur Soekarno Putra, yang saat itu berusia 12 tahun, mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.

Soekarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Soekarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemak belukar sebagai kawasan industri, Soekarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun kawasan itu sebagai objek wisata.

Menurut Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dalam Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol, sejak abad ke-17 Ancol sudah menjadi daerah wisata. Saat itu Ancol merupakan kawasan pantai yang indah dan bersih. Di sana berdiri banyak rumah peristirahatan kaum elite Belanda. Bahkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-25 Adrian Valckenier (1737-1741) memiliki rumah peristirahatan yang besar dengan taman luas.

Situasinya berubah ketika malaria melanda Batavia pada awal abad ke-19. Ancol tak luput dari serangan malaria. Orang-orang Belanda pun tak berani berkunjung, apalagi tinggal, di sana.

Ahli sejarah Jakarta, Alwi Shahab menulis bahwa Ancol yang ditinggalkan menjadi hutan belukar dan sarang monyet. Di malam hari, kawasan itu menjadi tempat indehoy lelaki hidung belang dan pekerja seks komersial. Playboy kaya raya Oey Tambahsia dan sejumlah warga tajir lainnya sering bersenang-senang di sana. Mereka memiliki soehian atau rumah pelesiran bernama Bintang Mas. Di salah satu vilanya, konon, Oey membunuh seorang gadis.

“Gadis itu diidentikkan sebagai Ariah yang hilang sekitar tahun 1870/1871. Dia meninggal dan jasadnya hilang, setelah menolak diperkosa. Dia kemudian dikenal sebagai ‘Si Manis Jembatan Ancol’…,” tulis Alwi dalam “Rekreasi di Sarang Monyet,” yang dimuat Republika, 30 Oktober 2005.

Selama pendudukan Jepang, Ancol digunakan sebagai tempat eksekusi dan kuburan massal bagi mereka yang menentang tentara Jepang. Pada 14 September 1946, para korban dimakamkan-ulang secara layak di Pemakaman Ancol. Pemakaman itu berisi lebih dari 2.000 korban, banyak dari mereka tak diketahui namanya.

Setelah Indonesia merdeka, Jakarta mulai berbenah. Ancol, yang tadinya sering disebut tempat “jin buang anak”, disulap menjadi kawasan wisata lewat Keputusan Presiden mengenai Panitia Pembangunan Proyek Ancol dan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1960. Soekarno menunjuk Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo sebagai pelaksana pembangunan Proyek Ancol.

“Marno, sebagai pemimpin, kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun yang akan datang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh, atau seratus tahun ke depan. Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi debur ombak, dan tiupan angin yang semilir.” Begitulah pesan Soekarno kepada Soemarno yang terekam dalam ingatan Soekardjo. 

Soekardjo Hardjosoewirjo merupakan orang yang berperan penting pada tahap awal realisasi Proyek Ancol. Dia membuat konsep surat-surat presiden terkait kepanitiaan pembangunan Proyek Ancol; mengurus kelengkapan surat-surat berkaitan dengan hukum, anggaran biaya, serta mempelajari dan melengkapi berkas keorganisasian pelaksanaan Proyek Ancol. Setelah sebulan bekerja di belakang meja di kantor Pemda DKI Jakarta, dia kemudian ditugasi sebagai pelaksana lapangan untuk mempersiapkan pembangunan Proyek Ancol. 

Meski diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, tapi proyek itu menjadi program nasional karena merupakan bagian dari modernisasi Jakarta sebagai ibukota negara. Tapi Proyek Ancol merupakan proyek mandataris, yang pendanaannya tak membebani anggaran negara atau daerah. Ia adalah self propelling project atau dalam istilah orang Jawa disebut “proyek opor bebek”.

Untuk memenuhi kebutuhan dana, proyek itu bersandar pada pinjaman dana dari swasta. Karena kontraktor dalam negeri tak memenuhi kriteria dari segi teknis apalagi pembiayaan, pengerjaan Proyek Ancol ditawarkan kepada kontraktor asing. Proposal ditawarkan ke Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis. Pilihan akhirnya jatuh pada kontraktor dari Prancis, Compagnic Industriale de Travaux (Citra).

Citra hanya mengerjakan pembangunan tahap pertama: penimbunan rawa-rawa, empang, dan hutan belukar dengan sekira 12,5 juta meter kubik material, serta pembebasan tanah seluas 552 hektar. Pembangunan tahap pertama ini selesai pada Februari 1966.

“Sangat beruntung saat tragedi G30S (Gerakan 30 Sepetember 1965) meletus, tahap pertama kegiatan penimbunan hampir selesai. Seandainya saat G30S meletus tahap pertama proyek ini belum selesai, tentu sulit dibayangkan apa yang akan terjadi,” tulis Sugianto dan Budiono.

Ketika situasi politik dan ekonomi berangsur membaik, Proyek Ancol dilanjutkan di bawah pimpinan Gubernur DKI Ali Sadikin, pengganti Soemarno. Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya. Ciputra sebagai CEO PT Pembangunan Jaya mengajukan konsep pembangunan dan pengembangan kawasan Ancol kepada Ali Sadikin.

“Jadikan Ancol setaraf dengan Disneyland-nya Amerika,” kata Ali Sadikin kepada Ciputra dalam Ciputra Quantum Leap.

Menurut Hermawan Kertajaya, Disneyland pernah didekati agar mau membangun salah satu theme park-nya di Jakarta. Tapi usaha itu tak berhasil.

“Bahkan namanya juga tak boleh digunakan, sekalipun misalnya mereka tidak keluar uang sama sekali atas theme park yang dibangun di Jakarta,” tulis Hermawan dalam 100 Corporate Marketing Cases.

Meski menolak, Disneyland membuka diri bagi Indonesia untuk belajar. Ketika akan membangun Dunia Fantasi (Dufan), seluruh tim arsitek dan teknisi Ancol dikirim ke Amerika untuk melihat dan mempelajari seluk-beluk Disneyland. “Hanya saja, Ancol tak meniru Disneyland, tapi mengembangkan fantasi dan kreasinya sendiri ala Indonesia,” kata Soekardjo seperti dikutip Sugianto dan Budiono.

Ancol tetap mengembangkan berbagai wahana rekreasi bercitarasa Indonesia. Inilah yang menarik dan membedakan Ancol dengan arus utama wisata dunia yang cenderung beraroma Barat. Meski demikian, Ancol tak kalah dari taman hiburan serupa di dunia.

“Saat ini Ancol menjadi kawasan wisata yang masuk dalam lima besar kawasan wisata hiburan terbesar di dunia… Ancol hanya kalah oleh Disneyland dan Disney World,” kata Ciputra dalam Ciputra Quantum Leap. Keinginan Sukarno akan objek wisata yang menjadi kebanggaan bangsa terwujud.


Minggu, 06 November 2022

Dzikir Yang Membuat Malaikat Bingung Mencatat

 KALIMAT DZIKIR ISTIMEWA

يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
YAA ROBBI LAKAL HAMDU KAMAA YANBAGII LIJALAALI WAJHIKA WALI’ AZHIIMI SULTHOONIK(A).
Ya Rabb, bagi-Mu segala puji sebagaimana yang selayaknya bagi kebesaran wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ بَشِيرٍ مَوْلَى الْعُمَرِيِّينَ قَالَ سَمِعْتُ قُدَامَةَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ الْجُمَحِيَّ يُحَدِّثُ أَنَّهُ كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَهُوَ غُلَامٌ وَعَلَيْهِ ثَوْبَانِ مُعَصْفَرَانِ قَالَ فَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِ اللهِ قَالَ يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ فَعَضَّلَتْ بِالْمَلَكَيْنِ فَلَمْ يَدْرِيَا كَيْفَ يَكْتُبَانِهَا فَصَعِدَا إِلَى السَّمَاءِ وَقَالَا يَا رَبَّنَا إِنَّ عَبْدَكَ قَدْ قَالَ مَقَالَةً لَا نَدْرِي كَيْفَ نَكْتُبُهَا قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا قَالَ عَبْدُهُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي قَالَا يَا رَبِّ إِنَّهُ قَالَ يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمَا اكْتُبَاهَا كَمَا قَالَ عَبْدِي حَتَّى يَلْقَانِي فَأَجْزِيَهُ بِهَا.
Telah menceritakan kepada kami ibrahim bin Al Mundzir Al Hizami, telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Basyir bekas budak Al 'Umariyyin dia berkata, saya mendengar Qudamah bin Ibrahim Al Jumahi bercerita bahwa dia bolak-balik datang ke Abdullah bin 'Umar bin Al Khatthab, -Pada saat itu dia masih anak-anak yang mengenakan dua baju yang diberi 'Ushfuran- dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah ﷺ menceritakan kepada mereka, "Sesungguhnya salah seorang dari hamba-hamba Allah berkata, "Ya Rabb, bagi-Mu segala puji sebagaimana yang selayaknya bagi kebesaran wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu." Maka ucapan itu membuat dua malaikat bingung dan tidak mengerti bagaimana menulisnya, kemudian mereka berdua naik kelangit dan berkata, "Wahai Rabb kami, sesungguhnya hamba-Mu mengucapkan satu perkataan yang kami tidak tahu bagaimana menulisnya." Allah 'Azza wa Jalla yang lebih mengetahui dengan apa yang diucapkan oleh hamba-Nya bertanya, "Apa yang diucapkan hamba-Ku?" Keduanya menjawab, "Wahai Rabb, sesungguhnya ia mengucapkan, "Wahai Rabb, bagi-Mu segala puji sebagaimana yang selayaknya bagi kebesaran Wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu." Maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada keduanya, "Tulislah sebagaimana yang diucapkan hamba-Ku, hingga ketika dia bertemu dengan-Ku, Aku akan memberinya balasan." (HR. Ibnu Majah, Hadits Nomer 3801, Halaman 417, Penerbit Darul Alamiyyah)
Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Ibnu Majah rahimahullah, sebagai berikut :
الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن شيخنا العلامة المسند محمد نور الدين مربو البنجر المكى عن شيخنا العلامة إسماعيل عثمـان زين اليمنى المكي ـ رحمه الله تعالى ـ وبسنده المذكور في «صـحيـح البخـارى» إلى وجـيـه الدين عبد الرحمن بن على الديبع الشــبـاني ـ رحمـه الله تعالى ـ وهو يرويه عن شيـخـه العلامة أحمـد بن أحمـد بن عبد اللطيف الشرجي ، وهو يرويه عن شيخه العلامة سليـمـان بن إبراهيم العلوى ، وهو يرويه عن والده العلامة إبراهيم بن عمر العلوى ، وهو يرويه عن الحافظ يوسف بن الزكى عبد الرحمن القضاعى المرى، وهو يرويه عن شيخه العلامة عبد الرحمن بن أبي عمر المقدسى الحنبلي، وهو يرويه عن شيخه أبى زرعة طاهر ابن محمد المقدسى ، وهو يرويه عن شيخه الفقيه محمد ابن الحسين القومى القزوينى ، وهو يرويه عن شيخه أبى طلحة القاسم بن أبى المنذر الخطيب، وهو يرويه عن شيخه أبى الحسن علي بن إبراهيم القطان، وهو يرويه عن مؤلفه الحافظ أبى عبد الله محمد بن يزيد بن ماجه القزوينى - رحمه الله تعالى ـ آمين.
Adapun sanad muttashil (bersambung) lainnya kepada Ibnu Majah rahimahullah, sebagai berikut :
الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن الشيخ كفايت البخاري الباكستاني حفظه الله قال أخبرنا الشيخ مولانا السيد لعل شاه البخاري عن الشيخ مولانا المفتي رياض الدين و الشيخ مولانا عبد الشكور العثماني كليهما عن الشيخ مولانا غلام رسول البفوي عن شيخ الهند مولانا محمود حسن الديوبندي عن الشيخ مولانا محمد قاسم النانوتوي عن الشيخ مولانا أحمد علي السهارنفوري عن الشيخ مولانا الشاه محمد إسحاق الدهلوي ثم المكي عن سراج الهند مولانا الشاه عبدالعزيز الدهلوي عن الشيخ مسند الهند مولانا الشاه ولي الله الدهلوي عن أبي طاهر محمد بن إبراهيم الكوراني المدنيّ، عن والده البرهان إبراهيم بن حسن الكردي المدني، عن الشيخ أحمد القشاشيّ، عن الشيخ أحمد بن عبد القدوس الشناوي، عن شمس الدين أحمد بن محمد الرملي، عن زين الدين زكريا الأنصاريّ، عن الحافظ ابن حجر العسقلانيّ عن أبي الحسن عليّ بن أبي المجد، عن أبي العباس الحجار، عن الأنجب بن أبي السعادات، عن أبي زرعة المقدسيّ عن الفقيه أبي منصور محمد بن الحسين بن الهيثم المقوميّ القزوينيّ، عن أبي طلحة القاسم بن أبي المنذر الخطيب، عن أبي الحسن عليّ بن إبراهيم بن سلمة بن بحر القطّان، عن مؤلفه الحافظ الحجة الهمام أبي عبد الله محمد بن يزيد بن ماجه القزوينيّ رحمه الله تعالى.
Subscribe

Asror Ayat Al Hirshi

Asror dan rahasia Ayat Al Hirshi
 من أسرار قراءة أية الحرص

ASROR RAHASIA AYAT AL-HIRSHI (PENJAGA)

فَوَائِدٌ عَنِ الشَّيْخِ (التِّجَانِي) رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْحِرْصِ (لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوُلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ) إلج مَرَّةً بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ حُفِظَ قَلْبُهُ.
Telah memberi manfaat Asy Syeikh (At Tijaniy) rodhiyallahu ‘anhu, Barangsiapa membaca ayat hirshi (Surat At Taubah 128-129) satu kali setelah sholat Subuh maka akan dijaga hatinya.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الظُّهْرِ مَرَّةً : أَحْيَا قَلْبَهُ وَ ثَبَّتَهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Zhuhur : Maka Allah akan menghidupkan hatinya dan menetapkan hatinya (dalam keimanan) di dunia maupun di akhirat.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ مَرَّةً : لَمْ يَمُتْ مَوْتَ الْفُجْأَةِ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat 'Ashar : Maka dia tidak akan mati seperti matinya orang kaget (mati mendadak).
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ مَرَّةً : رُزِقَ الْاِسْتِقَامَةَ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Maghrib : Maka dia akan diberi istiqomah (dalam beribadah oleh Allah SWT).
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ مَرَّةً : حُفِظَ مِنْ كِبَارِ الْمَعَاصِي.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat 'Isya : Maka akan dijaga dirinya dari penguasa lalim.
وَ بَعْدَ الْوِتْرِ مَرَّةَ : كُفِيَ أَمْرَ الرِّزْقِ وَ خَوْفَ الْخَلْقِ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Witir : Maka akan dicukupkan perkara rizqinya dan ketakutannya terhadap makhluq.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ عِيْدِ الْفِطْرِ سَبْعًا : حُفِظَ مِنَ الصَّمَمِ كُلَّ سَنَّةٍ مَا دَاوَمَ عَلَيْهَا.
Barangsiapa membaca ayat ini setelah sholat 'Iedul Fitri sebanyak tujuh kali : Maka akan di jaga (dijauhkan) dari bencana sepanjang tahun.
وَ بَعْدَ عِيْدِ الْأَضْحَى اَحَدًا وَ عِشْرِيْنَ مَرَّةً : أَمَّنَهُ اللهُ مِنَ الْعَمَى الْأَكْحَلِ كُلَّ سَنَّةٍ قِرَأَهَا.
Barangsiapa membaca ayat ini setelah sholat 'Iedul Adha sebanyak dua puluh satu kali : Maka Allah akan menjauhkannya dari kebutaan sepanjang tahun bagi yang membacanya.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْكُسُوْفِ سِتَّةً وَ سِتِّيْنَ مَرَّةً : شَفَاهُ اللهُ فِي بَدَنِهِ مِنْ سَائِرِ الْأَمْرَاضِ.
Barangsiapa membaca ayat ini enam puluh enam kali setelah sholat gerhana (baik gerhana matahari maupun bulan) : Maka Allah sembuhkan jasadnya (badan) dari segala macam penyakit.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْاِسْتِسْقَاءِ ثَمَانِيَةٌ وَ عِشْرِيْنَ مَرَّةً : أُسْتُجِيْبَتْ دَعْوَتُهُ.
Barangsiapa membaca ayat ini setelah sholat Istisqo sebanyak dua puluh delapan kali : Maka Allah akan mengabulkan doa-doanya.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ مَرَّةً : لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ فِي الْجَنَّةِ أَوْ يُرَى لَهُ.
Barangsiapa membaca ayat ini setelah sholat Fajar sebanyak satu kali : Maka dia tidak akan mati sehingga melihat tempatnya di surga atau dia dilihatkan surga.
وَ بَعْدَ الْاِسْتِخَارَةِ النَّبَوِيَّةِ : كَانَتْ الْمَلَائِكَةُ فِي عَوْنِهِ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat Istikhoroh yang diajarkan Rasulullah (dua rokaat) : Maka akan senantiasa dibantu oleh Malaikat.
وَ مَرَّةً بَعَدَ أَيِّ نَافِلَةٍ : رُزِقَ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setelah sholat sunah (sholat sunnah apa saja) : Maka akan diberikan rizki kepadanya bisa merasakan manisnya iman.
وَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ تِسْعًا وَ تِسْعِيْنَ مَرَّةً : حُفِظَ مِنْ أَكْلِ الْحَرَامِ مَا دَامَ عَلَيْهَا.
Barangsiapa membaca ayat ini setelah sholat Jum'at sebanyak sembilan puluh Sembilan kali : Maka Allah akan menjaganya dari makan makanan haram selama membacanya.
وَ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ ثَلَاثَ مِائَةٍ وَ سِتِّيْنَ مَرَّةً : أَخَذَ اللهُ بِيَدِهِ وَ كَفَاهُ هَمَّ الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ.
Barangsiapa membaca ayat ini pada hari 'Arafah tiga ratus enam puluh kali : Maka Allah akan menuntunnya dan mencukupinya dari kesusahan dunia dan akhirat.
وَ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَلْفًا : تَخْدُمُهُ الْأَرْوَاحُ وَ تَأتِيْهِ بِالْأَرْزَاقِ مِنَ الْكَوْنِ.
Barangsiapa membaca ayat ini pada hari 'Asyura (10 Muharam) sebanyak seribu kali : Maka akan dilayani oleh para Malaikat dan Allah akan memberi rizqi baginya dari segala arah.
وَ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ خَمْسَمِائَةٍ : لَمْ يُسْئَلْ فِي قَبْرِهِ.
Barangsiapa membaca ayat ini pada malam Nishfu Sya'ban lima ratus kali : Maka dia tidak akan ditanya di dalam kubur.
وَ مَنْ قَرَأَهَا كُلَّ صَبَاحٍ مَرَّةً وَ كُلَّ مَسَاءٍ مَرَّةً : حُفِظَ مِنَ الْآفَاتِ وَ لَا يَضُرُّهُ شَيِءٌ مَا دَامَ عَلَيْهَا.
Barangsiapa membaca ayat ini pada setiap pagi hari satu kali dan setiap sore hari satu kali : Maka akan dijaga dari segala mara bahaya dan tidak akan ada yang dapat mencelakainya dari sesuatu selama ia mengamalkannya.
وَ مَرَّةً عِنْدَ النَّوْمِ : تَحْفَظُ مِنَ الْآفَاتِ إِلَى الصَّبَاحِ وَ لَا يَضُرُّهُ شَيِءٌ أَبَدًا.
Barangsiapa membaca ayat ini satu kali setiap akan tidur : Maka Allah akan menjaganya sampai pagi dan tidak akan ada yang dapat mencelakainya selamanya.
وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى أَحَدٍ حُفِظَ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ.
Barang iapa membaca ayat ini (diniatin) untuk seseorang, maka akan dijaga (Allah) orang itu dari segala keburukan.
وَ مَنْ خَافَ مِنْ لِصٍّ أَوْ ظَالِمٍ فَلْيَضَعْ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ وَ لْيَقْرَأْهَا فَيُحْفَظُ مِنْهُ.
Barangsiapa takut pencuri (perampok) atau orang zholim, meletakkan tangannya di kepalanya dan membaca ayat ini maka Allah akan menjaga orang itu darinya.
وَ ثَلَاثًا عِنْدَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَ عِنْدَ غُرُوْبِهَا : كَفَاهُ اللهُ شَرَّ الْعَالَمِ.
Barangsiapa membaca ayat ini tiga kali ketika matahari terbit dan ketika matahari terbenam : Maka Allah akan menjauhkannya dari keburukan yang ada di alam semesta ini.
وَ مَنْ قَرَأَهَا ثَلَاثًا عَشِيَّةَ جُمُعَةٍ : حُفِظَ مِنَ الْسِّحْرِ وَ لَا يَنْفَذُ فِيْهِ سُمٌّ.
Barangsiapa membaca ayat ini tiga kali pada sore hari ketika hari Jum'at (habis Ashar) : Maka di jaga (Allah) dari sihir dan racun tidak bisa mematikan dia.
وَ سَبْعًا عَلَى أَيِّ عِلَةٍ شُفِيَتْ كَانَ شَرِبَ لَهُ كِتَابَتَهَا سَبْعًا.
Barangsiapa membaca ayat ini tujuh kali untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, ditulis tujuh kali, dituangi air, lalu airnya diminum.
وَ إِنْ قُرِئَتْ مِائَةً عَلَى عَلِيْلٍ أَعْيَى الْأَطِبَّاءَ بِصِدْقِ الطَّلَبِ شُفِيَ مِنْ حِيْنِهِ.
Barangsiapa membaca ayat ini seratus kali untuk orang sakit dengan niat yang sungguh-sungguh dan benar maka akan sembuh seketika.
وَ مَنْ دَخَلَ الْخَلْوَةَ وَ قَرَأَهَا ثَلَاثِيْنَ أَلْفًا وَ يَدُهُ عَلَى صَدْرِهِ لَا يَمْرَضُ أَبَدًا وَ لَا يَفْقِدُ بَصَرَهُ وَ لَا يَتَصَرَّفُ فِيْهِ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الظَّاهِرِ وَ لَا مِنْ أَهْلِ الْبَاطِنِ.
Barangsiapa masuk berkholwat dan membaca ayat ini tiga puluh ribu kali dengan meletakkan tangannya di dadanya maka dia tidak akan sakit selamanya, tidak akan kehilangan penglihatannya, dan tidak akan ada satupun yang bisa mengganggunya baik itu ahli zhohir (yang nampak) maupun ahli batin (tidak nampak).
وَ مَنْ قَرَأَهَا سِتَّةً وَ سِتِّيْنَ عَلَى مَلْسُوْعٍ شَفِيَ بِاللهِ مِنْ حِيْنِهِ.
Barangsiapa membaca ayat ini enam puluh enam kali kepada orang yang terkena bisa binatang maka akan sembuh seketika.
وَ مَنْ قَرَأَهَا مِائَةً وَ اَحَدَ عَشَرَ مَرَّةً عَلَى عَوْلَةٍ لَمْ يَفْقِدْهَا أَبَدًا مَا دَامَ يَقْرَأُهَا عَلَى الْعَوْلَةِ.
Barangsiapa membaca ayat ini seratus sebelas kali kepada orang yang menangis / meratap maka tidak akan kembali tangisannya / ratapannya selama dia membacanya.
وَ مَنْ قَرَأَهَا عِنْدَ كُلِّ أَكْلٍ لَمْ يَفْقِدِ النِّعْمَةَ وَلَوْ فِي فَلَاةٍ.
Barangsiapa membaca ayat ini ketika makan maka tidak akan hilang nikmatnya walaupun tengah berada di padang pasir.
وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى الْحَامِلِ مَرَّةً أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا : حُفِظَتْ هِيَ وَ وَلَدَهَا مِنَ الْآفَاتِ وَ يَكُوْنُ الْوَلَدُ صَالِحًا.
Barangsiapa membaca ayat ini kepada orang hamil, sekali selama empat puluh hari : Maka akan dijaga ibu dan kandungannya dari penyakit, dan setelah lahir akan menjadi anak yang sholih.
وَ مَنْ يُشَاهِدُ الْخَيَالَاتِ فِي نَوْمِهِ : قَرَأَهَا عِنْدَ النَّوْمِ إِحْدَى عَشَرَ مَرَّةً حَفِظَهُ اللهُ.
Barangsiapa melihat bayang-bayang (mimpi buruk) di dalam tidurnya : Membaca ayat ini ketika ingin tidur maka Allah akan menjaganya dari mimpi buruk.
وَ إِنْ وَضَعَ الْمُسَافِرُ بِيَدِهِ عَلَى رَأْسِهِ وَ يَقْرَأُهَا عَلَى نَفْسِهِ حَفَظَهُ اللهُ حَتَّى يَرْجِعَ وَلَا يَمُوْتُ فِي سَفَرِهِ وَ حُفِظَ مِنَ الْأَمْرَاضِ.
Apabila seorang musafir meletakkan tangannya di kepalanya lalu membaca ayat ini maka Allah akan menjaganya dari segala macam keburukan sampai dia pulang dan tidak akan mati diperjalanan, dan dijaga dari segala macam penyakit.
وَ مَنْ قَرَأَهَا فِي الْيَوْمِ وَ الْلَيْلَةِ وَلَوْ مَرَّةً لَا يَمُوْتُ مَا دَامَ يَقْرَأُهَا.
Barangsiapa membaca ayat ini siang dan malam walaupun hanya sekali maka dia tidak akan mati selagi dia tetap membacanya.
وَ مَنْ وَدَّعَ مُسَافِرًا بَعْدَ أَنْ يَقْرَأَهَا عَلَيْهِ : حَفِظَهُ اللهُ مِنَ الْآفَاتِ وَ لَا يَمُوْتُ حَتَّى يَرْجِعَ.
Barangsiapa setelah membaca ayat ini mengantar musafir maka musafir tersebut akan dijaga dari segala macam bahaya dan dia tidak akan mati sehingga pulang
وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى مَالٍ حَفِظَهُ اللهُ وَ حَرَسَهُ.
Barangsiapa membaca ayat ini untuk harta benda maka Allah akan menjaga harta tersebut
وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى دَارٍ أَوْ بُسْتَانٍ أَوْ مَدِيْنَةٍ أَوْ قَرْيَةٍ أَوْ حِصْنٍ : حَفِظَ اللهُ الْجَمِيْعَ.
Barangsiapa membaca ayat ini untuk rumah, atau kebun, atau kota, atau desa, atau benteng : Maka Allah akan menjaga semuanya.
وَ مَنْ قَرَأَهَا عَلَى قَافِلَةٍ أَوْ سَفِيْنَةٍ : حَفِظَهُمَا اللهُ.
Barangsiapa membacanya ayat ini untuk kafilah atau perahu / kapal laut : Maka Allah akan menjaganya
وَ مَنْ قَرَأَهَا فِي غَزْوَةٍ أَلْفَ مَرَّةً اِنْهَزَمَتْ الْأَعْدَاءَ وَ رَزَقَ النَّصَرَ وَ السَّلَامَةَ.
Barangsiapa membaca ayat ini seribu kali di tengah peperangan maka musuh akan lari dan diberi kemenangan dan keselamatan.
وَ مَنْ قَرَأَهَا سِتَّةً وَ سِتِّيْنَ مَرَّةً عَلَى نَارٍ تُفْسِدُ : اِنْطَفَأَتْ بِاللهِ.
Barangsiapa membaca ayat ini enam puluh enam kali kepada api yang berkobar : Maka api tersebut akan padam dengan idzin Allah SWT.
وَ مَنْ قَرَأَهَا فِي خَلْوَةٍ سَبْعِيْنَ أَلْفًا تَخْدُمُهُ الْأَرْوَاحُ وَ الْجِنُّ وَالْمُؤْمِنُوْنَ طُوْلَ حَيَاتِهِ وَ يَكُوْنُ لَهُ الْاَفْعَالُ فِي قُلُوْبِ الْخَلَائِقِ وَ تَخْضَعُ لَهُ الْجَبَابِرَةُ طَوْعًا أَوْ كَرْهًا وَ يُعَافَى فِي جَمِيْعِ الْأَمْرَاضِ وَ لَا يَصْعُبُ عَلَيْهِ مَطْلَبٌ.
Barangsiapa membaca ayat ini tujuh puluh ribu kali ketika kholwat maka akan mendapat khodam malaikat dan jin mukmin selama hidupnya, diterima dihati semua makhluk, semua akan tunduk kepadanya, disembuhkan segala penyakitnya, dan diberi kemudahan segala urusannya (hajatnya).
وَ مَنْ أَكْثَرَ قِرَاءَتِهَا بَلَا عَدَدٍ مَشْيًا وَ تَعَوُّدًا كَثُرَ خَيْرُهُ وَ يُحِبُّهُ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ يَرَاهُ فِي كَلِّ وَقْتٍ وَ حِيْنٍ.
Barangsiapa memperbanyak membaca ayat ini tanpa dihitung, baik ketika berjalan maupun tidak kemana-mana (duduk, jalan, berdiri) maka banyak kebaikannya, dicintai baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan dapat melihat baginda Nabi SAW setiap saat.
وَ مَنْ دَاوَمِ عَلَيْهَا أَرْبَعْيْنَ سَنَةً زَالَ الْحِجَابُ بَيْنِهِ وَ بَيْنَ النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَ سَلَّمَ وَ يَنَالُ مَا نَالَهُ الصِّدِّيْقُوْنَ.
Barangsiapa selalu membaca ayat ini selama empat puluh tahun maka hilanglah hijab antara dia dan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memperoleh derajat sebagaimana yang diperoleh para shiddiiqiin.
(Kitab Iro-ah Aro-is Syumusi Falakil Haqo-iqi ‘Irfaniyyah - Al Imam Al Arifbillah Sayyidil Ahsan bin Muhammad bin Abi Jama’ah Al Ba’qiliy, Juz 2, Halaman 777)
Adapun sanad yang mutashil sampai ke Kitab Iro-ah - Al Imam Sayyidil Ahsan Muhammad bin Abi Jama’ah Al Baqiliy, Habib riwayatkan sebagai berikut :
Al Musnid Al Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, dari Al Musnid KH. Rizqi Dzulqornain bin Asmat Al Batawiy dari guru beliau Sayyidi Syeikh Muhammad Arobi bin Mahdi Ighitir Al Ahyi Al Maghribi, Dari Sayyidil Ahsan Muhammad bin Abi Jama’ah Al Baqiliy.
Adapun sanad yang mutashil sampai ke Al Imam Sidi Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijaniy, Habib riwayatkan sebagai berikut :
Al Musnid Al Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, dari Al Musnid KH. Rizqi Dzulqornain bin Asmat Al Batawiy, dari guru beliau Sayyidi Syeikh Muhammad Arobi bin Mahdi Ighitir Al Ahyi Al Maghribi, dari Sayyidil Ahsan Muhammad bin Abi Jama’ah Al Baqiliy, dari Sidi Husein Al Ibroni, dari Al Arifbillah Muhammad Arobi bin Sa'i, dari Sidi Ali At Tamasiniy, dari Sidi Asy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijaniy.
Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.