Minggu, 06 November 2022

Keberkahan Memajang Foto Habib Sholeh Tanggul Jember

Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul adalah seorang ulama yang menghabiskan masa dakwahnya di Tanggul, Jember, Jawa Timur. Ia dipercaya sebagai keturunan ke-39 Rasulullah dari Hadramaut, Yaman, yang hijrah ke tanah Jawa pada sekitar 1920-an, dan menetap di Jember hingga akhir hayatnya. Habib Sholeh Tanggul dikenal sebagai ulama yang dermawan dan memiliki banyak karomah, atau anugerah di luar akal dan kemampuan manusia yang biasanya terjadi pada seseorang wali.

Awal kehidupan 

Habib Sholeh Tanggul lahir di Yaman pada 1895 dengan nama asli Sholeh bin Muhsin al-Hamid. Ayahnya merupakan seorang ulama bernama Muhsin bin Ahmad al-Hamid, yang dijuluki oleh masyarakat sekitar sebagai al-Bakri al-Hamid. Sementara ibunya bernama Aisyah, berasal dari keluar al-'Abud Ba 'Umar. Sedari kecil, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu agama. Ia belajar tentang ilmu fikih dan tasawuf dari sang ayah. Selain itu, ia juga belajar Al Quran dari Syekh Said Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi 'Amd.



Hijrah ke Indonesia Sewaktu berusia 26 tahun, atau pada 1921, Habib Sholeh memutuskan untuk hijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari. Dalam perjalanannya, ia sempat singgah di Gujarat, India, lalu sampai di Jakarta dan tinggal selama beberapa waktu untuk mengunjungi para ulama. Setelah itu, saudara sepupunya yang sudah lebih dulu hijrah ke Indonesia, yaitu Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid, meminta Habib Sholeh untuk berkunjung ke rumahnya di Lumajang. Selama di Lumajang, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat, khususnya bahasa Jawa. Selama 12 tahun, Habib Sholeh berkeliling dari satu desa ke desa lainnya sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di daerah Tanggul, Jember, Jawa Timur. Belum diketahui secara pasti alasan kepindahannya ke Jember. Akan tetapi, keluarganya meyakini bahwa Habib Sholeh pindah ke sana atas petunjuk Allah SWT.

Di Jember, Habib Sholeh melaksanakan khalwat atau menyepi untuk beribadah selama lebih dari 3 tahun. Habib Sholeh berhenti khalwat atas perintah Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, yang memintanya datang ke Gresik. Sesampainya di Gresik, Habib Sholeh diberi mandat untuk segera menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Sepulangnya dari berhaji, Habib Sholeh mulai berdakwah dan mendirikan mushala di kediamannya. Beberapa tahun kemudian, ia mendapat hadiah berupa sebidang tanah dari pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid. Habib Sholeh membangun masjid di atas tanah tersebut yang dinamai Masjid Riyadus Shalihin, yang kemudian diwakafkan.

Karomah Habib Sholeh Tanggul

Habib Sholeh merupakan ulama dari kalangan alawiyyin atau keturunan Nabi Muhammad yang dianugerahi karomah oleh Allah SWT. Bahkan karomahnya tidak terhitung. Salah satunya adalah, Habib Sholeh pernah menyingkirkan wabah mematikan di sebuah desa. Konon, wabah tersebut hilang setelah orang-orang desa meminum air danau yang telah dicelupkan sebuah kertas yang berisi tulisan Habib. Habib Sholeh Tanggul juga memiliki sumur keramat di Lumajang yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit. Selain itu, ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Habib Sholeh pernah bertemu dengan Nabi Khidir dalam wujud seorang pengemis. Sejak itu, kediaman Habib Sholeh tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang yang ingin bersilaturahmi dan meminta doa, Bahkan banyak tokoh di Indonesia dan dari beberapa negara yang tercatat pernah mengunjunginya.

Suatu kisah cerita ini pernah diutarakan oleh Al-Habib Muhammad bin Sholeh Al-Hamid Tanggul, putra dari Habib Sholeh.


Dahulu, ada seorang pecinta Habib Sholeh di daerah Ampel Surabaya yang sedang membutuhkan biaya besar untuk kebutuhan keluarganya. Di rumah terpajang foto Habib Sholeh Tanggul. Setiap ia melihat foto tersebut selalu bermohon kepada Allah dengan berkah Habib Sholeh, semoga ia mendapatkan uang yang ia butuhkan, hal itu dia katakan berkali-kali.


Singkat cerita, suatu hari Habib Sholeh didatangi oleh beberapa pejabat pemerintah Adam Malik. Mereka datang membawa hadiah untuk Habib berbentuk sejumlah uang yang banyak.

Waktu itu, Habib Sholeh menyatakan kepada pejabat yang hadir dirumahnya.


"Coba ambil uang yang kalian bawa sejumlah sekian juta, dan serahkan uang itu kepada fulan yang tinggal di daerah Ampel Surabaya. Bilang, ini dari Habib Sholeh Tanggul atas karunia yang Allah berikan, hanya itu saja, selebihnya kalian bawa kembali."


Habib Sholeh kemudian meminta kepada putranya, yaitu Habib Muhammad bin Sholeh Al-Hamid, untuk menulis alamatnya, dan surat kepada si penerima uangnya.


Tidak lama berselang, utusan pejabat itu sampai di rumah orang yang dimaksud Habib Sholeh. Lalu menyerahkan uang tersebut sesuai dengan arahan Habib Sholeh.


Melihat hal itu, pecinta Habib Sholeh jatuh tersungkur sambil berucap Alhamdulillah..”, barokah cucu Rasulullah.

Lalu, ia pun membuka surat dari Habib Sholeh yang isinya: "Uang ini yang kau inginkan dalam situasi permintaanmu kepada Allah, di saat memandang gambarku.”, Wallahu A'lam


Itulah salah satu keberkahan memajang foto Habib Sholeh Tanggul. Cerita ini memberikan motivasi kepada kita bahwa betapa berkahnya kecintaan kita terhadap para habaib yang alim. Bukan habaib yang hanya bisa mencaci, tetapi habaib yang mencerminkan cahaya akhlak Rasulullah SAW.


Kisah ini merupakan cuplikan ceramah dalam rauhah “Haul Ke-43 Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Sholeh Bin Muhsin Al-HamidTanggul” yang disampaikan Al-Habib Abubakar bin Abdul Qadir Mauladdawilah Malang.


Habib Sholeh Tanggul wafat Habib Sholeh Tanggul meninggal pada 8 Syawal 1396 H atau 1976 M, di usia 81 tahun. Jasad Habib Sholeh Tanggul dimakamkan keesokan harinya di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.


Subscribe

0 komentar:

Posting Komentar