Beras ternyata merupakan simbol dari Nafsu
Dunia, sedangkan Janur merupakan kependekan dari “jatining
nur” atau bisa diartikan hati
nurani. Jadi ketupat itu simbol dari nafsu
dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani. setiap manusia itu punya hawa nafsu,
tetapi nafsu itu bisa dikendalikan atau dikekang oleh hati nurani.
Umumnya ketupat identik sebagai hidangan
spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk
ke tanah Jawa.
Dalam sejarah, Sunan
Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat
Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda
Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam
ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut
diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Ketupat sendiri menurut para ahli
memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam
kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua,
mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala
kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ketiga
mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu
dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan
akhirnya menginjak hari yang fitri.
Bentuk persegi ketupat juga diartikan
masyarakat Jawa sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Ada yang memaknai
kiblat papat limo pancer ini sebagai keseimbangan alam: 4 arah mata angin
utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Akan tetapi semua arah ini
bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam
akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah manapun
dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan):Tuhan yang Maha
Esa.
Kiblat papat limo pancer ini dapat juga
diartikan sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: marah (emosi), aluamah (nafsu
lapar), supiah (memiliki sesuatu yg bagus), dan mutmainah (memaksa
diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita taklukkan selama
berpuasa, jadi dengan memakan Ketupat, disimbolkan bahwa kita sudah mampu
melawan dan menaklukkan hal ini.
Kupat merupakan kependekan dari “ngaku
lepat” atau mengakui kesalahan. Itulah mengapa setiap Hari Raya Idul Fitri
selalu ada tradisi saling memaafkan. Idul Fitri atau yang biasa disebut Lebaran
erat kaitannya dengan “Laku Papat” ini. Keempat tindakan itu adalah Lebaran,
Luberan, Leburan, Laburan.
Lebaran, berasal dari kata “Lebar”
(selesai)
Itulah mengapa Idul Fitri atau 1 Syawal
biasa disebut Lebaran yang dimaksudkan telah selesai menjalani ibadah puasa
Ramadhan. Istilah Lebaran hanya dikenal di Indonesia dan negara selain
Indonesia tidak mengenal istilah Lebaran ini.
Luberan, berasal dari kata “Luber”
(meluap/melimpah) Kata ini memberikan pesan untuk
berbagi dengan sesama terutama dengan orang yang kurang beruntung, yakni
sedekah secara ikhlas, seperti lubernya air dari tempatnya. Hal ini juga dapat
kita jumpai pada bulan Ramadhan yakni pemberian zakat fitrah, infaq dah
sedekah.
Leburan, (melebur/menghilangkan) Seiring dengan pengertian “ngaku lepat“, yakni mengakui kesalahan dan
saling memohon maaf. Dalam masyarakat Jawa, permohonan maaf ini biasanya
dilakukan dengan tradisi sungkeman, yakni permohonan maaf dari orang yang lebih
muda kepada yang lebih tua atau dari anak kepada orang tuanya. Kalimat yang
biasanya diucapkan adalah “Mugi segedo lebur ing dinten meniko” maksudnya semua
kesalahan dapat dilepas dan dimaafkan pada hari tersebut.
Laburan, dari kata “Labur” atau kapur (bahan untuk memutihkan dinding)
Kebiasaan masyarakat Jawa sebelum
Lebaran adalah melabur atau memutihkan dinding rumah agar terlihat bersih pada
saat Lebaran. Hal ini juga memberikan pesan bahwa agar senantiasa menjaga kebersihan
lahir dan batin. Jadi setelah melaksanakan Leburan (saling memaafkan)
dipesankan untuk selalu menjaga sikap dan tindakan yang baik, sehingga
mencerminkan budi pekerti yang baik pula.
Ketupat saat lebaran sangat nikmat
jika disandingkan dengan opor ayam. Hidangan daging ayam yang dimasak dengan
kuah santan ini sangat cocok jika disantap dengan ketupat. Seperti halnya
ketupat yang berarti “ngaku lepat“, opor ayam yang dibuat dari
santan juga punya filosofinya tersendiri.
Santan atau santen bagi orang jawa
diartikan sebagai “pangapunten” atau memaafkan. Jadi kurang lebih makna dari
ketupat dan opor adalah, jika mengakui kesalahan maka maafkanlah.
Inilah mengapa pada saat Idul Fitri ada
tradisi saling memaafkan. Walaupun banyak orang bilang bahwa tak perlu menunggu
Lebaran untuk meminta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita
mintakan maaf maupun kita maafkan sebelum datangnya hari yang fitri tersebut.
Hantaran “Kupat Santen” sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya
dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf,
kita juga harus bersedia memberi maaf.
Rupa (jenis-jenis) Ketupat
Indonesia Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara yang
dibuat dari beras. Beras ini dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa dan
dikukus sehingga matang. Ketupat paling banyak ditemui sekitar waktu Lebaran,
ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Ketupat juga sering
dihidangkan dengan sate. Bila dihidangkan dengan tahu dan gulai menjadi kupat
tahu. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan
sebagainya.
Di antara beberapa kalangan di Jawa,
ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Di
Bali ketupat sering pula dipersembahkan sebagai sesajian upacara.
1. Ketupek Katan Kapau Katupek katan yang khas
Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu.
Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental
sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai
dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe
hijau atau rendang.
2. Ketupat Glabed Ada lagi sajian rakyat lain di
Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa
Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental.
Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan
kuah yang kental ini. Glabed-glabed!
3. Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan
disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas.
Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan
bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam
atau sate kerang.
4. Ketupat Betawi (Bebanci) Masakan paling khas dan
unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Saat ini nggak ada
orang yang jual ketupat bebanci. Padahal sangat unik dan enak.
5. Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan
dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi
daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih,
cabai, dan rempah-rempah.
6. Ketupat Blegong (tegal) Kupat Blengong (Kupat
Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan
Angsa).
7. Ketupat Bongko (tegal) Kupat Bongko adalah
Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.
8. Ketupat cabuk rambak (solo). Cabuk rambak adalah
ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen
(dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang
menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih.
Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang
disebut karak.
9. Ketupat/lontong Sayur Lontong Sayur. Biasanya
Lontong sayur itu artinya santan kental yang gurih, tapi kalo mau sehat (baca:
engga mau makan santan) dikasih soun, telur rebus dan ditaburi bawang goreng.
0 komentar:
Posting Komentar