Minggu, 05 Juni 2016

SHALAWAT PENDARINGAN

shalawat-pendaringan
Oleh: H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy
Masalah ekonomi kadang sering membuat pikiran seseorang menjadi kusut tidak karu-karuan. Terlebih lagi bagi suami yang memiliki istri yang kehilangan sifat qonaah (merasa tidak cukup), gaya hidupnya tinggi dan sering ngerongrong.

Sang istri bakal ngeranyos (ngomel terus) jika suaminya kurang dalam memberikan uang belanja kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi jika hal itu terpenuhi ia akan diam dan tenang.

Umumnya seorang Istri jika melihat di dapurnya stok beras tidak ada, minyak tidak ada sama sekali dan gas habis, dia bakal nyap-nyap seperti kuntilanak yang belum dipantek kepalanya. Suaminya yang sedang tidur dia orag-orag kasurnya. Bila suami belum mau bangun, ia pun berani buat siram suaminya dengan air seember gede.

Tapi jika urusan pendaringan (tempat beras) penuh dan urusan lainnya sudah terpenuhi boleh jadi sang istri bakal anteng seperti layangan yang tali kamanya seimbang sehingga tidak singit. Tutur katanya bagus kaya abdi dalem kraton. Bila suaminya lagi melek dia berkata: "Bang istirahat terlebih dahulu sana di kamar sudah saya rapiin semua." Bahkan kalau ada bocah-bocah di luar rumah yang berisik saat suaminya tidur, istrinya keluar bawa sapu kaku buat ngomelin bocah-bocah itu sambil berkata; "Eh bocah, luh bubar sono jangan berisik bangat udah kaya tikus laci, soalnya laki gua lagi tidur. Kalo ampe dia bangun gua srampang luh!!!!

Tidak ada hal yang membuat stress tingkat tinggi bagi para suami melainkan urusan pendaringan kosong sampai punya hutang selebar jagat.

Sampai diriwayatkan pada suatu hari istri imam Syafiiy mengirim surat kepada suaminya ia mengeluhkan urusan pendaringan kosong alias dapur udah behari-hari kaga ngebul. Setelah membaca surat tersebut imam Syafiiy radhiyallahu anhu berkata;
نقطة من الهموم ** تكدر بحر العلوم
Artinya: “Satu tetes dari masalah kehidupan bisa bikin butek (keruh) lautan ilmu."

Konsentrasi dan semangat seseorang bisa buyar ketika ia menghadapi masalah-masalah kehidupan yang membuat ia resah.

Dalam kitab Tanbihul Anam disebutkan redaksi shalawat yang bernama Hammul Qut (mikirin pendaringan) sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدَ صَلَاةً تَكْفِيْنَا بِهَا هَمَ الْقُوْتِ . يَا حَيُّ لَا يَمُوْتُ
Alloohumma Sholli wa sallim alaa sayyidina wa maulana Muhammadin wa alaa aalii Sayyidina Muhammad sholatan takfina biha hammal qut, Ya Hayyu La Yamut.

Artinya; Ya Allah, berikan shalawat dan salam kepada pemimpin dan pengayom kami beserta keluarga beliau sebenar-benar shalawat yang dapat mencukupi pendaringan kami. Wahai yang Maha Hidup Yang tak pernah mati.

Shalawat di atas dinisbahkan kepada imam Abdul Jalil Bin Muhammad Bin Ahmad Ibn Azhum al-Qairawaniy al-Maghribiy (wafat 960 Hijriyah).

Siapa saja yang lazim membacanya di waktu pagi akan Allah Taala cukupkan rizqinya sampai sore hari dan siapa yang membacanya di sore hari Allah Taala cukupkan sampai besok pagi sehingga pada hari itu dirinya tidak perlu ngutang atau clamitan (minta terus-terusan kaga tau malu) musingin orang lain.

Hendaknya dibaca pagi 7 kali sore 7 kali, jika dibaca pagi 100 kali dan sore 100 kali tentu lebih utama.

Adapun sanad muttashil kepada Imam Abdul Jalil Bin Muhammad Ibn Azhum, alfaqir sebutkan dalam kitab Manbaul Fuyudh Wal Madad.

Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 229.


4 komentar: