Mujiz: Anjen
Elwintoro
Merasakan
kelembutan dan kehalusan bahasa
Al-Qur’an menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orang beriman ketika membacanya.
Sebab selain makna dan kandungannya yang berlaku sepanjang masa hingga Hari
Kiamat, Al-Qur’an juga memiliki daya i’jaz
(the power of mukjizat) pada
setiap pemilihan kalimat, kata, serta dalam deretan huruf-huruf Al-Qur’an
sekalipun.
Sensani lathaif at-tafsir lughawiyah
(kehalusan tafsir) tersebut dilukiskan secara detail oleh Mufassir Muhammad Ali
ash-Shabuni ketika menerangkan kelembutan ayat-ayat dalam Surah al-Fatihah.
Hal ini bisa
dibaca lebih jauh dalam kitab Tafsir Ayat
al-Ahkam Min al-Qur’an
(Cetakan Dar ash-Shabuni, Kairo: 2007, cetakan pertama). Berikut penjelasannya:
Kesatu: Allah Ta’ala memerintahkan ta’awudz (membaca a’udzu billahi min asy-syaithani ar-rajim)
sebelum membaca al-Qur’an.
Menurut
Ja’far ash-Shadiq, perintah ta’awudz
tersebut hanya dikhususkan ketika membaca al-Qur’an, sedang hal itu tak
diwajibkan untuk ibadah dan amal kebaikan lainnya.
Hikmahnya
antara lain, sebab terkadang lisan seorang hamba bergelimang dosa dengan dusta,
ghibah, atau mengadu domba.
Olehnya, Allah menyuruh orang itu ber-ta’awudz
agar lisannya menjadi bersih kembali sebelum membaca ayat yang turun dari Zat
Yang Mahasuci lagi Bersih.
Kedua: Adanya ayat basmalah
di ayat pertama. Yaitu lafadz bismillahirrahirrahmanirrahim.
Ayat basmalah yang mengawali surah
al-Fatihah memberi indikasi yang terang agar seluruh amal perbuatan seorang
Muslim juga wajib didahului dengan bacaan basmalah.
Hal ini selaras dengan hadits Nabi.
“Setiap
urusan kehidupan yang tidak diawali dengan ucapan bimillahirrahmanirrahim maka
dia akan terputus.” (Riwayat
Abu Daud).
Ketiga: Pengucapan lafadz “bismillah” (dengan nama Allah)
dan tidak mengatakan “billahi”
(dengan (zat) Allah). Meski ada yang menganggap penyebutan keduanya bermakna
sama., namun yang benar adalah masing-masing memiliki arti yang beda. Bahwa
lafadz “bismillah” dipakai
untuk mengharap berkah dari Allah (tabarruk)
sedang “billahi” digunakan
ketika seseorang bersumpah atas nama Allah (qasam).
Keempat: Penamaan yang berbeda antara lafadz “Allah” dan “al-Ilah”. Nama “Allah” khusus
dipakai untuk nama agung Allah Tuhan semesta alam. Tak ada sekutu bagi-Nya dan
tak ada sesembahan selain diri-Nya (la ma’buda
bi haqqin illa ilaihi). Sedang nama “al-Ilah”
digunakan untuk menyebut Tuhan secara umum. Berhala yang disembah oleh orang
musyrik, misalnya, juga dinamai dengan sebutan “al-Ilah”.
Kelima : Kandungan makna ayat “bismillahirrahirrahmanirrahim”.
Di antaranya adalah memohon berkah dengan nama Allah dan pernyataan ketinggian
Zat Allah. Ayat ini sekaligus berfungsi sebagai penangkal jitu untuk seluruh
makar jahat setan kepada manusia. Sebab setan akan kabur acap lafadz basmalah ini dibaca. Lebih jauh,
menurut Ali ash-Shabuni, ayat ini mengandung makna penegasan kepada orang-orang
musyrik yang selama ini mengagungkan nama-nama selain Allah dalam setiap urusan
mereka.
Keenam: Adanya huruf alif
lam (al-makrifah) pada
kata “al-hamdu”. Suatu pujian yang
sempurna kepada Allah. Oleh Ali ash-Shabuni, pujian tersebut dengan sendirinya
meredupkan bahkan melenyapkan seluruh yang lain di luar Sang Khaliq (istighraq al-jinsi). Huruf alif lam (al-makrifah) tersebut juga
mengisyaratkan sanjungan kepada Allah yang bersifat kontinuitas, bukan
suatu pujian yang dibuat-buat apalagi dipaksakan.
Ketujuh: Penyebutan “ar-Rahman
ar-Rahim” yang datang setelah lafadz “Rabb
al-Alamin”. Sebab boleh dikata nama “Tuhan semesta alam”
menyiratkan makna kesombongan, kekuasaan, dan keperkasaan. Kesan seperti itu
terkadang melahirkan kebimbangan bahwa Tuhan itu tidak menyayangi hamba-Nya.
Ujungnya, sangkaan sepintas itu memunculkan putus asa dan ketakutan seorang hamba.
Untuk itu, lafadz tersebut menguatkan bahwa Rabb yang dimaksud adalah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang bagi seluruh makhlukNya.
Kedelapan
: Penyebutan “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”.
Penyebutan dhamir khithab (kata
ganti kedua) menunjukkan dialog kedekatan hamba dengan Rabbnya. Allah tak
memiliki jarak untuk mengabulkan doa dan memberi pertolongan kepada
hamba-hamba-Nya. Abu Hayyan al-Andalusi, pengarang kitab Tafsir al-Bahru
al-Muhith menambahkan, seolah-olah orang tersebut menghadirkan Allah secara
nyata di hadapannya ketika sedang bermunajat kepadaNya.
Kesembilan
: Penggunaan kata jamak dalam
lafadz “na’budu” (kami
menyembah) dan “nasta’in” (kami
memohon pertolongan). Sebuah pemilihan kata yang sangat halus kala seorang
hamba datang mengetuk perkenan Allah, Zat Yang Maha Pencipta. Seolah ia
berkata, wahai Tuhanku, aku tak lain adalah hamba-Mu yang papa lagi hina. Tak
pantas bagiku menghadap seorang diri di hadapan cahaya kemuliaan-Mu. Untuk itu
aku memilih berbaris bersama orang-orang yang juga memohon kepada-Mu dan ikut
berdoa bersama mereka. Terimalah doaku dan doa kami semua.
Kesepuluh: Penyandaran kata nikmat kepada Allah dalam
lafadz “an’amta” (yang Engkau
beri nikmat). Sebaliknya, kata marah (ghadhab)
dan sesat atau penyesatan (dhalal)
tidak disandarkan kepada-Nya. Ini terlihat ketika Allah menyebut kata “an’amta alaihim” (yang Engka beri
nikmat atas mereka) tapi tidak mengucap “ghadhabta
alaihim”(yang Engkau marahi atas mereka) atau “adhlalta alaihim” (yang Engkau
sesatkan atas mereka).
Salah satu
rahasia surat Al-Fatihah memang tidak diragukan lagi asrornya untuk segala
hajat dan kebutuhan, dan berikut ini salah satu cara mendayagunakan surat
Al-Fatihah untuk mendapatkan jodoh yang terbaik.
Tata caranya
sebagai berikut:
Bacalah
surat Al-Fatihah dengan cara berikut setelah shalat hajat yaitu:
Bismillahirrohmaanir-rohim
Alhamdulillahi robbil alamin
Arrohmaanir-rohim
Maaliki yaumiddin
(Iyyaka na’budhu wa iyyaka nasta’in diulang 31 kali).
Alhamdulillahi robbil alamin
Arrohmaanir-rohim
Maaliki yaumiddin
(Iyyaka na’budhu wa iyyaka nasta’in diulang 31 kali).
ALLAHUMMA
KAMAA JAMA’TA BAINA DZATIKA WA SIFATIKA WA ASMAIKA , IJMA BAINI WA BAINA
(...... BIN ADAM / ..... BINTI ADAM ).
Bi haqqi
ihdinash-shirothol mustaqim
Shirothol-ladzina an’amta alaihim
Ghoiril maghdhubi alaihim waladh-dhollin, Aamiin.
Shirothol-ladzina an’amta alaihim
Ghoiril maghdhubi alaihim waladh-dhollin, Aamiin.
Washollallaahu
alaa sayyidinaa Muhammadin wa alaa alihi washohbihi wasallam.
(Ulangi
membaca surat Al-Fatihahnya sebanyak 31 kali pada malam hari dan lama harinya
sesuai usia, bila usia anda sekarang 31 tahun, maka bacalah selama 31 hari pula
amalan ini).
Bila anda sudah
mempunyai calon untuk dijadikan istri tinggal anda sebutkan saja nama calonnya,
dan bila belum punya calonnya tinggal anda sebut dengan kalimat FULAN bin ADAM
untuk mencari suami dan FULANAH binti ADAM untuk mencari istri.
UNTUK DILUAR MENCARI JODOH ATAU KEPERLUAN
LAINNYA SESUAI HAJAT ANDA, BISA MENGGUNAKAN CARA BERIKUT INI:
Bismillahirrohmaanir-rohim
Alhamdulillahi robbil alamin
Arrohmaanir-rohim
Maaliki yaumiddin
(Iyyaka na’budhu wa iyyaka nasta’in diulang 31 kali).
Alhamdulillahi robbil alamin
Arrohmaanir-rohim
Maaliki yaumiddin
(Iyyaka na’budhu wa iyyaka nasta’in diulang 31 kali).
ALLAHUMMA
KAMAA JAMA’TA BAINA DZATIKA WA SIFATIKA WA ASMAIKA, IJMA BAINI WA BAINA
HAAJATII...(...sebutkan hajatnya...)
Bi haqqi
ihdinash-shirothol mustaqim
Shirothol-ladzina an’amta alaihim
Ghoiril maghdhubi alaihim waladh-dhollin, Aamiin.
Shirothol-ladzina an’amta alaihim
Ghoiril maghdhubi alaihim waladh-dhollin, Aamiin.
Washollallaahu
alaa sayyidinaa Muhammadin wa alaa alihi washohbihi wasallam.
Semoga amaliyah ini bermanfaat.
ijin amalkan..qobiltu (ian)
BalasHapus