Sabtu, 06 April 2019

12 waktu mustajab untuk berdoa

12 waktu mustajab untuk berdoa
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Berdoalah kepadaku, maka niscaya akan aku kabulkan.” Dan, berikut ini di samping kita yakin Allah mengabulkan doa yang kita panjatkan kita pun bisa mengetahui kapan harus memanjatkan doa yang benar-benar akan Allah SWT. kabulkan (mustajab). Begitu juga di dalam Al-Qur’an Allah SWT. berfirman:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).

Inilah 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa:
1.  Pada hari Arafah  
            Hari Arafah merupakan hari dimana semua jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari Arafah, semua jama'ah disarankan berdoa sebanyak-banyaknya, takterkecuali jama'ah yang tengah berhaji ataupun jamaah yang tidak tengah menunaikan ibadah haji. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At-Tirmidzi).
2.  Bulan Ramadhan
Pada shalat tarawih, setelah melaksanakan witir, dianjurkan untuk berdoa dengan mengucapkan, lafadz, "Subhanal malikil quddus" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Serta dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.
3.  Hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها

“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menuturkan perihal hari Jumat lalu beliau bersabda: “Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta”. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah R.a).

4.  Saat Sahur
Sebaiknya, setiap muslim dan muslimah membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar, pasalnya pada waktu sahur tersebut merupakan amal yang paling utama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Salah satu doa yang bias dilafalkan oleh setiap musmlim adalah doa berikut.

أصْـبَحْنا وَأَصْـبَحَ المُـلْكُ لله وَالحَمدُ لله ، لا إلهَ إلاّ اللّهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لهُ، لهُ المُـلكُ ولهُ الحَمْـد، وهُوَ على كلّ شَيءٍ قدير ، رَبِّ أسْـأَلُـكَ خَـيرَ ما في هـذا اليوم وَخَـيرَ ما بَعْـدَه ، وَأَعـوذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ هـذا اليوم وَشَرِّ ما بَعْـدَه، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنَ الْكَسَـلِ وَسـوءِ الْكِـبَر ، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنْ عَـذابٍ في النّـارِ وَعَـذابٍ في القَـبْر.

Ashbahnaa wa ashbaha mulkulloohi walhamdulillaah, laa ilaha illallaah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodiir, As-aluka khoiro maa fii hadzal yauma wa khoiro maa ba’dah, wa audzubika min syarri hadzal yauma syarri maa ba’dah, robbi audzubika minal kasali wa sawa’il kibari, robbi audzubika min adzabin fiin-naari wa adzaabin fil qobri.

 

5.  Di antara adzan dan iqamat
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata bahwa, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad).

6.  Ba’da (setelah) shalat
Dari Abu Umamah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya, wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar...? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib." (HR. At-Tirmidzi).

7.  Saat turun hujan
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, di  riwayatkan

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam apabila melihat hujan, beliau berdoa: ALLAHUMMA SHOYYIBAN NAAFI’A (Ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang membawa manfaat atau kebaikan." (HR. Bukhari).

8.    Saat dalam jalannya Allah (fii sabilillah). Dalam sirah nabawiyah, di saat perang Uhud, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa. Dalam doanya beliau sangat detil memohon kepada Allah SWT.
Berikut doa Nabi Muhammad saat melawan musuh dalam perang Uhud.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ

Saat ini, insya Allah di Indonesia kondisinya aman dan tenteram sehingga takperlu jihad fii sabilillah angkat senjata, tetapi yang perlu dilakukan adalah berperang melawan hawa nafsu.

9.  Setelah Mengkhatamkan Al-Qur’an,
10.  Di Saat sujud dalam shalat.
11.  Ketika akan berbuka puasa.
12.  Pada 1/3 malam yang akhir.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Allah Tabaraka wataa’ala turun ke langit dunia pada setiap malam, yaitu pada 1/3 malam terakhir seraya berfirman, “Siapa yang berdoa kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Itulah 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa. Mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan kita bersama agar lebih memanfaatkan semua kondisi waktu di atas untuk memohon kepada Alloh SWT di segala permasalahan kehidupan kita.
Alhamdulilllah, Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam ini. Dialah Yang Maha Mengetahui keadaan hambaNya. Dia pulalah Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan hamba-Nya. Dia juga mengetahui bahwa para hambaNya lemah sangat butuh terhadap pertolongan. Oleh karena itu, Dia memerintahkan para hambaNya untuk berdoa kepadaNya, sekaligus berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan mereka kepadaNya apabila terpenuhi syarat-syarat dan adab-adabnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Al-Mu’min: 60).

Para sahabatku yang di rahmati Alloh, dalam ayat diatas Allah SWT memerintahkan para hambaNya untuk berdoa kepadaNya, dan berjanji akan mengabulkan doa hambaNya. Bahkan sebaliknya, Allah Subhanahu wa ta’ala mengancam para hambaNya yang enggan untuk berdoa kepadaNya karena telah jatuh kepada sifat kesombongan.
Para sahabatku, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat, taufiq, dan hidayahNya kepada kita semua. Para dasarnya, kita boleh berdoa kapan dan dimana saja. Akan tetapi, di sana ada waktu-waktu tertentu yang mempunyai nilai lebih untuk dikabulkannya doa. Oleh karena itu, pada buku ini, saya akan menjelaskan beberapa waktu-waktu mustajab tersebut sebagai pelengkap sebelumnya. Semoga bermanfaat.

Di antara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Malam (lailatul) Qadar
Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Rasulullaah shallallahu alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, apa petunjukmu bila aku mendapati malam (lailatul) Qadar itu, apa yang harus aku ucapkan...? Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: Ucapkanlah (doa):
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Alloohumma innaka afuwun tuhibbul afwa faa’fu annii.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai perbuatan memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra).

2. Di sepertiga malam yang akhir dan di waktu sahur
Allah SWT menyebutkan salah satu sifat para hambaNya yang beriman dalam firmanNya (artinya):
Dan pada waktu akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun. (QS. Adz-Dzariyat: 18).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ.
“Rabb kita Yang Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang akhir seraya berfirman: Siapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku mengabulkan doanya. Siapa yang meminta kepadaKu niscaya Aku berikan apa yang dimintanya. Siapa yang minta ampun kepada-Ku maka aku akan mengampuninya.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

3. Di akhir shalat fardhu
Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu anhu berkata: “Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, doa apakah yang didengarkan (dikabulkan)...?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab:
جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ
“Doa yang dipanjatkan di tengah malam yang akhir dan di akhir shalat wajib.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra).
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kata ((دُبُرَ)) dalam hadits diatas. Apakah maksudnya sebelum salam atau setelah salam dari shalat...?

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitabnya, Zadul Ma’ad, 1/378:
“( وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ) bisa jadi maksudnya sebelum salam dan bisa jadi setelahnya.
Adapun (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah) menguatkan pendapat yang menyatakan sebelum salam.
Sedangkan Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berpandangan di akhir setiap shalat fardhu adalah sebelum salam, sehingga doa itu dipanjatkan setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat sebelum mengucapkan salam sebagai penutup ibadah shalat.
Beliau rahimahullah berkata: “Riwayat yang menyebutkan adanya doa yang dibaca di (دُبُر الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَات), berarti doa itu dibaca sebelum salam. Sedangkan dzikir yang dinyatakan untuk dibaca di (دُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ), maka maksudnya dzikir itu dibaca setelah selesainya shalat.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Apabila kalian telah selesai dari mengerjakan shalat, berdzikirlah kalian kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring diatas lambung-lambung kalian.” (QS. An-Nisa: 103).

4. Antara adzan dan iqamah
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Tidak tertolak doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Dawud).

5. Satu waktu di malam hari
Jabir radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya pada malam hari ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu seorang muslim meminta kepada Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan permintaan tersebut, dan itu ada di setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan: “Pada hadits tersebut terkandung adanya penetapan satu waktu mustajab pada setiap malam, dan anjuran untuk berdoa di waktu-waktu malam dengan harapan bertepatan dengan waktu mustajab tersebut.” (Al-Minhaj, 3/95).

6. Ketika terbangun di waktu malam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terbangun di waktu malam lalu mengucapkan:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Laa ilaha illalloohu wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodiir, alhamdulillaahi wa subhaanallaahi wa laa ilaha illallooh walloohu akbar wa laa haula walaa quwwata illa billah.

Kemudian mengucapkan:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Alloohumaghfir lii
Atau berdoa, maka dikabulkan (doanya). Dan jika berwudhu kemudian melaksanakan shalat maka shalatnya diterima.” (HR. Al-Bukhari).
Sebagian ulama mengatakan: “Dalam keadaan seperti ini lebih diharapkan terkabulkannya doa begitu juga diterimanya shalat  dibandingkan waktu/keadaan yang lainnya.” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 8/311).

7. Ketika dikumandangkannya adzan dan dirapatkannya barisan, berhadapan dengan barisan musuh di medan tempur
Sahl bin Sa’ad radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Dua waktu/keadaan yang didalamnya dibukakan pintu-pintu langit dan jarang sekali tertolak doa yang dipanjatkan ketika itu, yaitu saat diserukan panggilan shalat (adzan) dan saat berada dalam barisan di jalan Allah (ketika berhadapan dengan musuh di medan perang).” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqy dalam Al-Kubra).




8. Suatu waktu pada hari Jum’at
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebut tentang hari Jum’at, beliau bersabda:
إِنَّ فِى الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا.
“Sesungguhnya di hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut bertepatan dengan seorang muslim yang sedang melaksanakan shalat, lalu meminta kepada Allah suatu kebaikan, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya.” Beliau shallallahu alaihi wasallam mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu tersebut. (HR. Muttafaqun alaih).

Ulama berbeda pendapat tentang batasan waktunya. Ada yang mengatakan waktunya adalah saat masuknya khatib ke masjid. Ada yang mengatakan ketika matahari telah tergelincir, ada yang mengatakan setelah shalat ashar, dan ada pula yang mengatakan waktunya dari terbit fajar sampai terbit matahari. (Al-Minhaj, 6/379).
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (1/378), berpendapat bahwa pendapat yang lebih tepat dalam permasalahan ini adalah bahwa waktunya setelah shalat ashar, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya pada hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim memohon suatu kebaikan kepada Allah, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya, dan waktunya adalah setelah shalat ashar.” (HR. Ahmad).

9. Ketika sujud
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Paling dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud maka perbanyaklah oleh kalian doa ketika sedang sujud.” (HR. Muslim).

10. Doa pada hari Arafah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi).

            Nah, semoga ulasan saya tentang waktu-waktu mustajab dalam berdoa bisa bermanfaat untuk para pembaca buku Qolbul Iman, dan jadikan hari-hari kita dengan selalu bermunajat kepada Alloh SWT, memohon ampunan dan rahmatnya untuk kita dan saudara-saudara kita muslimin dan muslimaat, Semoga Bermanfaat. Amiin yaa robbal aalamiin.

Semoga Bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar