Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Berdoalah
kepadaku, maka niscaya akan aku kabulkan.” Dan, berikut ini di samping kita
yakin Allah mengabulkan doa yang kita panjatkan kita pun bisa mengetahui kapan
harus memanjatkan doa yang benar-benar akan Allah SWT. kabulkan (mustajab). Begitu
juga di dalam Al-Qur’an Allah SWT. berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa
kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah
kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).
Inilah 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa:
1.
Pada hari Arafah
Hari
Arafah merupakan hari dimana semua jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah atau
tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari Arafah, semua jama'ah disarankan berdoa
sebanyak-banyaknya, takterkecuali jama'ah yang tengah berhaji ataupun jamaah
yang tidak tengah menunaikan ibadah haji. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
“Doa yang terbaik adalah
doa ketika hari Arafah” (HR.
At-Tirmidzi).
2.
Bulan Ramadhan
Pada shalat tarawih, setelah melaksanakan witir,
dianjurkan untuk berdoa dengan mengucapkan, lafadz, "Subhanal malikil quddus"
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Serta dianjurkan
pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan
didalam riwayat an Nasai.
3.
Hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
menuturkan perihal hari Jumat lalu beliau bersabda: “Di dalamnya terdapat
waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia
minta”. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu
tersebut” (HR.
Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah R.a).
4.
Saat Sahur
Sebaiknya, setiap muslim dan muslimah
membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar, pasalnya pada waktu sahur
tersebut merupakan amal yang paling utama dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Salah satu doa yang bias dilafalkan oleh setiap musmlim adalah doa
berikut.
أصْـبَحْنا وَأَصْـبَحَ المُـلْكُ لله وَالحَمدُ لله ، لا إلهَ إلاّ اللّهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لهُ، لهُ المُـلكُ ولهُ الحَمْـد، وهُوَ على كلّ شَيءٍ قدير ، رَبِّ أسْـأَلُـكَ خَـيرَ ما في هـذا اليوم وَخَـيرَ ما بَعْـدَه ، وَأَعـوذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ هـذا اليوم وَشَرِّ ما بَعْـدَه، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنَ الْكَسَـلِ وَسـوءِ الْكِـبَر ، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنْ عَـذابٍ في النّـارِ وَعَـذابٍ في القَـبْر.
Ashbahnaa wa ashbaha mulkulloohi walhamdulillaah, laa ilaha illallaah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodiir, As-aluka khoiro maa fii hadzal yauma wa khoiro maa ba’dah, wa audzubika min syarri hadzal yauma syarri maa ba’dah, robbi audzubika minal kasali wa sawa’il kibari, robbi audzubika min adzabin fiin-naari wa adzaabin fil qobri.
5.
Di antara adzan dan
iqamat
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata bahwa, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya
do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah
(kala itu).”
(HR.
Ahmad).
6.
Ba’da (setelah) shalat
Dari Abu Umamah, dia berkata; "Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam ditanya, wahai Rasulullah, doa apakah yang paling
di dengar...? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah
shalat-shalat wajib." (HR. At-Tirmidzi).
7.
Saat turun hujan
Dari
Aisyah Radhiyallahu Anha, di riwayatkan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Sesungguhnya
Nabi Shallallahu alaihi wasallam apabila melihat hujan, beliau berdoa: ALLAHUMMA
SHOYYIBAN NAAFI’A (Ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang membawa manfaat atau
kebaikan."
(HR. Bukhari).
8.
Saat dalam jalannya Allah (fii
sabilillah). Dalam sirah nabawiyah, di saat perang Uhud, Nabi Muhammad SAW
pernah berdoa. Dalam doanya beliau sangat detil memohon kepada Allah SWT.
Berikut doa Nabi Muhammad saat melawan musuh
dalam perang Uhud.
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ
Saat ini, insya Allah di Indonesia
kondisinya aman dan tenteram sehingga takperlu jihad fii sabilillah angkat
senjata, tetapi yang perlu dilakukan adalah berperang melawan hawa nafsu.
9.
Setelah Mengkhatamkan Al-Qur’an,
10.
Di Saat sujud dalam
shalat.
11.
Ketika akan berbuka
puasa.
12.
Pada 1/3 malam yang
akhir.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: "Allah Tabaraka wataa’ala turun ke langit dunia pada
setiap malam, yaitu pada 1/3 malam terakhir seraya berfirman, “Siapa yang berdoa
kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan
Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Itulah 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa.
Mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan kita bersama agar lebih memanfaatkan
semua kondisi waktu di atas untuk memohon kepada Alloh SWT di segala
permasalahan kehidupan kita.
Alhamdulilllah, Segala puji hanya milik Allah
Rabb semesta alam ini. Dialah Yang Maha Mengetahui keadaan hambaNya. Dia
pulalah Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan hamba-Nya. Dia juga mengetahui
bahwa para hambaNya lemah sangat butuh terhadap pertolongan. Oleh karena itu,
Dia memerintahkan para hambaNya untuk berdoa kepadaNya, sekaligus berjanji akan
mengabulkan doa dan permohonan mereka kepadaNya apabila terpenuhi syarat-syarat
dan adab-adabnya. Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman (yang artinya):
“Dan Rabbmu berfirman:
“Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku) akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60).
Para sahabatku yang
di rahmati Alloh, dalam ayat diatas Allah SWT memerintahkan para hambaNya untuk
berdoa kepadaNya, dan berjanji akan mengabulkan doa hambaNya. Bahkan sebaliknya,
Allah Subhanahu wa ta’ala mengancam para hambaNya yang enggan untuk berdoa
kepadaNya karena telah jatuh kepada sifat kesombongan.
Para sahabatku, semoga Allah senantiasa
mencurahkan rahmat, taufiq, dan hidayahNya kepada kita semua. Para dasarnya,
kita boleh berdoa kapan dan dimana saja. Akan tetapi, di sana ada waktu-waktu
tertentu yang mempunyai nilai lebih untuk dikabulkannya doa. Oleh karena itu,
pada buku
ini, saya akan menjelaskan beberapa
waktu-waktu mustajab tersebut sebagai pelengkap sebelumnya. Semoga bermanfaat.
Di antara waktu-waktu tersebut
adalah:
1. Malam (lailatul) Qadar
Aisyah
radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Rasulullaah shallallahu alaihi wasallam:
“Wahai Rasulullah, apa petunjukmu bila aku mendapati malam (lailatul) Qadar itu, apa yang harus
aku ucapkan...?” Beliau shallallahu alaihi
wasallam menjawab: “Ucapkanlah
(doa):
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Alloohumma innaka
afuwun tuhibbul afwa faa’fu annii.
“Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai perbuatan memberi maaf, maka
maafkanlah aku.” (HR.
At-Tirmidzi, Ahmad, dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra).
2. Di sepertiga malam yang
akhir dan di waktu sahur
Allah SWT menyebutkan salah satu sifat
para hambaNya yang beriman dalam firmanNya (artinya):
“Dan pada waktu akhir malam
(waktu sahur) mereka memohon ampun.”
(QS.
Adz-Dzariyat:
18).
Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ
وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ
اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي
فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ.
“Rabb kita Yang Maha Tinggi
turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang akhir
seraya berfirman: “Siapa
yang berdoa kepadaKu niscaya Aku mengabulkan doanya. Siapa yang meminta kepadaKu
niscaya Aku berikan apa yang dimintanya. Siapa yang minta ampun kepada-Ku maka
aku akan mengampuninya.”
(HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
3. Di akhir shalat
fardhu
Abu Umamah Al-Bahili
radhiyallahu anhu berkata: “Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, doa apakah yang didengarkan
(dikabulkan)...?” Beliau
shallallahu alaihi wa sallam menjawab:
جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ
“Doa yang dipanjatkan di
tengah malam yang akhir dan di akhir shalat wajib.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dalam
Al-Kubra).
Para ulama berbeda
pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kata ((دُبُرَ)) dalam hadits diatas. Apakah maksudnya sebelum salam
atau setelah salam dari shalat...?
Al-Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah berkata dalam kitabnya, Zadul Ma’ad, 1/378:
“( وَدُبُرَ
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ) bisa jadi
maksudnya sebelum salam dan bisa jadi setelahnya.
Adapun (Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah) menguatkan pendapat yang menyatakan sebelum salam.
Sedangkan Asy-Syaikh
Ibnu Utsaimin rahimahullah berpandangan di akhir setiap shalat fardhu adalah
sebelum salam, sehingga doa itu dipanjatkan setelah selesai membaca tasyahud
akhir dan shalawat sebelum mengucapkan salam sebagai penutup ibadah shalat.
Beliau rahimahullah
berkata: “Riwayat yang menyebutkan adanya doa yang dibaca di (دُبُر
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَات), berarti doa itu
dibaca sebelum salam. Sedangkan dzikir yang dinyatakan untuk dibaca di (دُبُرَ
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ), maka maksudnya
dzikir itu dibaca setelah selesainya shalat.
Karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Apabila kalian telah selesai dari
mengerjakan shalat, berdzikirlah kalian kepada Allah dalam keadaan berdiri,
duduk ataupun berbaring diatas lambung-lambung kalian.” (QS. An-Nisa: 103).
4. Antara adzan dan
iqamah
Anas bin Malik
radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ
الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Tidak tertolak doa yang
dipanjatkan antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Dawud).
5. Satu waktu di malam hari
Jabir radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِى
اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا
مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ
لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya pada malam hari
ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu seorang muslim meminta kepada
Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan
permintaan tersebut, dan itu ada di setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan: “Pada hadits tersebut
terkandung adanya penetapan satu waktu mustajab pada setiap malam, dan anjuran
untuk berdoa di waktu-waktu malam dengan harapan bertepatan dengan waktu
mustajab tersebut.” (Al-Minhaj, 3/95).
6. Ketika terbangun di waktu
malam
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terbangun di
waktu malam lalu mengucapkan:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ
الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . الْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَسُبْحَانَ
اللَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ
قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Laa ilaha illalloohu
wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in
qodiir, alhamdulillaahi wa subhaanallaahi wa laa ilaha illallooh walloohu akbar
wa laa haula walaa quwwata illa billah.
Kemudian mengucapkan:
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِي
Alloohumaghfir lii
Atau berdoa, maka dikabulkan
(doanya). Dan jika berwudhu kemudian melaksanakan shalat maka shalatnya
diterima.” (HR. Al-Bukhari).
Sebagian ulama
mengatakan: “Dalam keadaan seperti ini lebih diharapkan terkabulkannya doa
begitu juga diterimanya shalat dibandingkan waktu/keadaan yang lainnya.”
(Lihat
Tuhfatul Ahwadzi, 8/311).
7. Ketika dikumandangkannya
adzan dan dirapatkannya barisan, berhadapan dengan barisan musuh di medan
tempur
Sahl bin Sa’ad radhiyallahu anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Dua waktu/keadaan yang
didalamnya dibukakan pintu-pintu langit dan jarang sekali tertolak doa yang
dipanjatkan ketika itu, yaitu saat diserukan panggilan shalat (adzan) dan saat
berada dalam barisan di jalan Allah (ketika berhadapan dengan musuh di medan
perang).” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqy dalam Al-Kubra).
8. Suatu waktu pada hari
Jum’at
Abu Hurairah radhiyallahu anhu
berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebut tentang hari
Jum’at, beliau bersabda:
إِنَّ فِى الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ
يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلاَّ
أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا.
“Sesungguhnya di hari Jum’at
itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut bertepatan dengan seorang
muslim yang sedang melaksanakan shalat, lalu meminta kepada Allah suatu
kebaikan, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya.” Beliau shallallahu alaihi
wasallam mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu
tersebut.” (HR. Muttafaqun alaih).
Ulama berbeda pendapat tentang
batasan waktunya. Ada yang mengatakan waktunya adalah saat masuknya khatib ke
masjid. Ada yang mengatakan ketika matahari telah tergelincir, ada yang
mengatakan setelah shalat ashar, dan ada pula yang mengatakan waktunya dari
terbit fajar sampai terbit matahari. (Al-Minhaj, 6/379).
Al-Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (1/378), berpendapat bahwa pendapat yang lebih
tepat dalam permasalahan ini adalah bahwa waktunya setelah shalat ashar,
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya pada
hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim memohon
suatu kebaikan kepada Allah, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya, dan
waktunya adalah setelah shalat ashar.” (HR. Ahmad).
9. Ketika sujud
Abu Hurairah
radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَقْرَبُ
مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Paling dekatnya seorang hamba
dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud maka perbanyaklah oleh kalian doa
ketika sedang sujud.”
(HR. Muslim).
10. Doa pada hari Arafah
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa
pada hari Arafah.”
(HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi).
Nah, semoga ulasan saya tentang
waktu-waktu mustajab dalam berdoa bisa bermanfaat untuk para pembaca buku
Qolbul Iman, dan jadikan hari-hari kita dengan selalu bermunajat kepada Alloh
SWT, memohon ampunan dan rahmatnya untuk kita dan saudara-saudara kita muslimin
dan muslimaat, Semoga Bermanfaat. Amiin yaa robbal aalamiin.
Semoga Bermanfaat
0 comments:
Posting Komentar