Sabtu, 06 April 2019

Macam-Macam Hati Dalam Al-Qur’an

Macam-Macam Hati Dalam Al-Qur’an
Dalam suatu majelis Imam Ibnul Qayyim memaparkan macam-macam hati dalam Al-Quran. Dan secara garis besar tentang kedudukan dan urgensi terapi hati dalam Al-Qur’an yang mulia di samping terapi jasmani. Beliau membagi hati menjadi tiga yaitu hati yang bersih, hati yang sakit, dan hati yang mati.

Allah Subhaanahu wata’ala telah menghimpun tiga macam hati ini dalam firmanNya.
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS: Al-Hajj: 52-54)
Dari penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an di atas bahwa Allah Subhaanahu wata’ala membagi hati dalam ayat-ayat di atas yang terdiri dari tiga macam: dua macam terjerumus ke dalam fitnah dan satu selamat darinya. Dua macam hati yang terjerumus ke dalam fitnah adalah hati yang sakit dan hati yang keras. Sedangkan hati yang selamat yaitu orang Mukmin, tunduk kepada Tuhannya, yang tenteram dan tunduk kepada-Nya, yang menyerahkan diri dan taat kepadaNya.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa hati dan anggota tubuh lainnya sangat di inginkan berada dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki penyakit apa pun, dapat menunaikan segala kewajiban yang diciptakan untuknya. Dan menyimpangnya hati dari istiqamah karena kering dan keras, serta tidak menunaikan fungsi yang dimaksudkan, adalah laksana tangan yang terpotong, dan lidah yang bisu karena disebabkan oleh penyakit atau cacat yang mencegahnya dari kesempurnaan perbuatan dan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, hati terbagi menjadi tiga macam ini. Hati yang sehat adalah hati yang tidak ada penghalang yang mencegahnya dari menerima kebenaran, mencintainya, mengutamakannya di atas pengetahuan sendiri, maka dia tepat dalam menyadari kebenaran, sempurna dalam ketundukan dan penerimaannya terhadap kebenaran. Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang didominasi oleh penyakit yang membuatnya mati lagi keras, dan bila kesehatannya lebih dominan maka ia akan membuatnya sehat.

Hati yang Bersih
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat yang menyimpang dari perintah dan larangan Allah Subhaanahu wata’ala, berpaling dari setiap syubhat yang melawan kabar dariNya sehingga hati tersebut selamat dari penghambaan terhadap selain Allah subhaanahu wata’ala dan selamat pula dari berhukum kepada selain Rasulullaah shallallahu alaihi wasallam.
Dengan seperti ini hati akan memurnikan penghambaannya kepada Allah SWT, segala keinginan, cinta, tawakkal, inabah, ketundukan, ketakutan, dan harapannya. Ia mengikhlaskan seluruh amalnya untuk Allah SWT semata-mata. Apabila dia mencintai maka ia mencintai karena Allah SWT semata-mata, dan bila dia membenci maka ia membenci karena Allah SWT semata-mata, dan bila dia memberi maka ia memberi karena Allah SWT semata-mata, dan bila dia menahan maka ia menahan karena Allah SWT semata-mata. Dan hal itu saja tidak cukup, hingga ia benar-benar membebaskan diri dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullaah Shallallaahu alaihi wasallam. Maka ia benar-benar mengikat hatinya bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk berhukum atas kepercayaan dan keteladanan terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam semata-mata.

Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi memiliki penyakit. Karena hati tersebut terdiri dari dua materi, kadangkala yang satu lebih kuat dan kadangkala yang satunya lagi, dan mana yang paling dominan maka dialah yang paling kuat di antara dua materi tersebut.
Hati yang sakit ini di dalamnya juga terdapat rasa cinta kepada Allah Subhaanahu wata’ala, iman dan bertawakal kepadaNya, serta ikhlas karenaNya tetapi di dalam hati yang sakit juga terdapat kesenangan terhadap syahwat, mengutamakan dan selalu berambisi meraihnya, hasad, sombong, congkak, suka meninggikan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi dan melakukan kerusakan dalam kepemimpinan.
Hati yang sakit itu teruji dengan dua godaan seruan. Satu seruan mengajaknya kepada Allah Subhaanahu wata’ala, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan kehidupan akhirat, sedangkan satu seruan lagi mengajaknya kepada kenikmatan sementara, dan ia merespon peluang yang paling dekat dengannya.

Hati yang Mati
Hati yang mati sendiri tidak mengenal terhadap Allah Subhaanahu wata’ala, tidak beribadah kepadaNya dengan perintahNya, tidak mencintai dan meridhaiNya. Bahkan ia menghamba kepada kesenangan dan syahwatnya. Walaupun di situ terdapat laknat dan murka Allah Subhaanahu wata’ala, maka dia sama sekali tidak peduli, bila dia telah meraih kesenangan syahwatnya, apakah Allah Subhaanahu wata’ala meridhai dan memurkai.
Hati yang mati menghamba kepada selain Allah SWT dengan cinta, rasa takut, harap, ridha, murka, pengagungan, dan kerendahan. Apabila dia cinta, maka dia cinta karena hawa nafsunya, dan apabila dia memberi, maka dia memberi karena hawa nafsunya, dan apabila dia menahan, maka dia menahan karena hawa nafsunya.
Hati yang mati menjadikan hawa nafsu di hadapannya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai supir dan pengendaranya, dan kelalaian sebagai kendaraannya. Dia hanya berfikir mencapai target-target dunianya, mabuk dalam hawa nafsu dan cinta kesenangan sementara. Dia diseru kepada Allah Subhaanahu wata’ala , dan kampung akhirat dari tempat yang jauh, namun dia tidak menjawab pemberi nasihat, mengikuti keinginan setan, dunia bisa memurkai dan membencinya. Syahwat nafsu membutakannya dari selain kebatilan.

Sumber : OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah

 

PENYAKIT HATI

Macam-macam Penyakit Hati dan Penyembuhannya  
“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada segumpal daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori).

Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati yang dimiliki seorang manusia telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah laku orang tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain.
Islam adalah agama yang sempurna hal ini telah dinyatakan oleh Allah SWT didalam firmanNya: “….Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu, dan aku cukupkan nikmat-Ku padamu, dan Aku Ridho Islam sebagai agamamu.” Maka dari itu semua perkara yang berhubungan dengan manusia dan umat islam telah sempurna terbahas. Termasuk masalah kesehatan, upaya menjaga kesehatan, upaya mencegah terjadinya penyakit, upaya mengobati dan upaya mencegah penyakit menjadi semakin parah telah dibahas pokok-pokoknya di dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadist, menurut bahasan para Ulama seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Penyakit dibagi menjadi 2 macam:
1. Penyakit hati
Penyakit hati terdiri dari penyakit Syubhat dan Penyakit Syahwat. Obatnya adalah ilmu (iman) dan Kesabaran.
2. Penyakit Jasmani
Sakit yang menimpa jasmani seseorang. maka obatnya ada yang telah disebutkan di dalam al-Quran dan al-Hadits, dan ada pula yang diketahui obatnya oleh para peneliti obat.

Sifat Dan Perubahan Hati
Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dialah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut:
“Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)
“Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim).
“Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim).
“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim).

MacamnyaPenyakit Hati
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqaarah : 10).

Sesungguhnya penyakit hati itu adalah sifat-sifat yang buruk yang ada didalam hatinya, dan sekalian keburukan itu adalah kendali dirinya sehingga ia terombang ambing di derunya gelombang pasang samudera kehidupan dunia yang fana ini.

Dan berikut adalah penyakit hati manusia :
1. Iri
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa: 32).

2. Dengki
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:109).

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْياً بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ لِمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”  (QS. Al-Baqaarah: 213).

3. Fitnah
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ
“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” (QS. Al-Baqaarah : 217).

4. Khianat
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghafir : 19).

5. Mengeluh
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al – Ma’aarij : 19).

6. Pendusta
فَمَنِ افْتَرَىَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ مِن بَعْدِ ذَلِكَ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim.” (QS. Ali – Imraan : 94).



7. Cinta Dunia
Seorang manusia yang mencintai dunia, niscaya ia akan  melupakan akhirat sedang hatinya berharap-harap jauh dari kematian lagi takut tibanya masa dimana malaikat merenggut nyawanya.

Firman ALLAH SWT :
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُاْ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآَخِرَةِ فَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (QS. Al-Baqarah : 86).

8. Egois
Inilah penyakit hati yang kerap menggerogoti hati manusia yang lebih mementingkan dirinya sendiri dari sekalian perkara manusia yang lain dalam urusan duniawinya.
Dari Abu Hurairah R.a berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Tiga macam orang bukan saja tidak akan mendapat layanan dan ampunan pada hari kiamat kelak, bahkan akan mendapat siksa yang pedih, yaitu seorang yang mempunyai kelebihan air di tengah padang pasir, sedangkan ia tidak mau memberikannya kepada orang yang kehausan, seorang yang menjajakan barang dagangannya sesudah lewat waktu Ashar sambil bersumpah dusta bahawa pokoknya sekian-sekian dan dipercayai oleh si pembeli dan seorang lagi yang membai’at pemimpin hanya untuk maksud manfaat keduniaan; apabila kelak maksudnya tercapai, ia patuh dan jika tidak, ia mungkir (berpaling tadah).” (HR. Muslim).

9. Lalai
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf : 205).

10. Was-was (tergesa-gesa)
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raaf : 201).



11. Khilaf
 وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab : 5).

12. Jahil (Tidak berilmu)
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. (QS. Al-Qashas : 55).

13. Berburuk Sangka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujuraat : 12).

14. Bakhil (Pelit)
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.” (QS. Al-Lail : 8).

15. Berputus Asa
قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
“Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat“. (QS. Al-Hijr : 56).

16. Pemarah
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiyaa : 87).
17. Dendam
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”  (QS. Al-Hijr : 47).

18. Sombong
Dan Inilah perkara penyakit yang terlebih tinggi derajat keburukannya bagi manusia yaitu sifat SOMBONG, Sombong adalah sifat makhluk ALLAH yang pertama kali ALLAH jadikan yaitu Iblis yang menyebabkan ia dikeluarkan dari syurga serta dilaknati ALLAH karena kesombongannya hingga hari kiamat. Dan inilah perkara sifat maupun penyakit hati yang kemudharatannya jauh melebihi kemaslahatannya untuk merajut sifat sombong tersebut, seumpama sebatang pohon, yang mana sombong adalah pohonnya sedang akar-akarnya adalah sebagai berikut :
1. Ujub (Membanggakan Diri)
Ujub adalah suatu perkara sifat yang membinasakan karena merasa diri memiliki kelebihan yang menjadikan ia bangga terhadap dirinya sendiri.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” [Silsilah Shahihah, no. 1802].

2. Merendahkan Orang Lain.
Adalah ia merupakan sifat yang teramat buruk karena tiadalah baginya menghargai apa-apa yang didapati maupun dimiliki orang lain, sekalian manusia disekitarnya adalah rendah karena ketinggian hatinya.

3. Terlena Dengan Hawa Nafsu
Tiadalah ia pernah merasa puas dalam mengejar dunianya, dan ia senantiasa berharap lagi berupaya agar beroleh lebih dan lebih atas sekalian barang kehendaknya di muka bumi.
ALLAH Tabaraka wa Ta’ala Berfirman :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shaad : 26).





4. Riya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”  (QS. Al-Baqaarah : 264).

Cara Penyembuhan:
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhari).

1.Membaca dan menyimak Al-Qur’an.
Allah SWT telah memastikan bahwa Al-Qur’an adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendakiNya. Firman Allah SWT :
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman….” (QS. Al-Isra : 82).

2.Merasakan keagungan Allah SWT.
Banyak dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59).

3.Banyak berdzikir
Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rahmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullaah SAW bersabda:
Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggamanNya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim).

4. Banyak Mengingat Mati.
            Sahabat pembaca sekalian, dengan selalu mengingat kematian membuat diri kita terhindar dari segala penyakit hati, karena akan melembutkan hati kita dari segala keangkuhan dan kesombongan.
Rasulullaah SAW bersabda:
“Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi).

Semoga Bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar