Dalam suatu majelis Imam Ibnul Qayyim memaparkan
macam-macam hati dalam Al-Quran. Dan secara garis besar tentang kedudukan dan
urgensi terapi hati dalam Al-Qur’an yang mulia di samping terapi jasmani.
Beliau membagi hati menjadi tiga yaitu hati yang bersih, hati yang sakit, dan
hati yang mati.
Allah Subhaanahu wata’ala telah
menghimpun tiga macam hati ini dalam firmanNya.
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun dan
tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan
ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Agar Dia menjadikan
apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, Dan agar orang-orang
yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari
Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya
Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus.” (QS:
Al-Hajj: 52-54)
Dari penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an di atas bahwa
Allah Subhaanahu wata’ala
membagi hati dalam ayat-ayat di atas yang terdiri dari tiga macam: dua macam
terjerumus ke dalam fitnah dan satu selamat darinya. Dua macam hati yang
terjerumus ke dalam fitnah adalah hati yang sakit dan hati yang keras.
Sedangkan hati yang selamat yaitu orang Mukmin, tunduk kepada Tuhannya, yang
tenteram dan tunduk kepada-Nya, yang menyerahkan diri dan taat kepadaNya.
Imam Ibnul Qayyim
menjelaskan bahwa hati dan anggota tubuh lainnya sangat di inginkan berada
dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki penyakit apa pun, dapat menunaikan
segala kewajiban yang diciptakan untuknya. Dan menyimpangnya hati dari
istiqamah karena kering dan keras, serta tidak menunaikan fungsi yang dimaksudkan,
adalah laksana tangan yang terpotong, dan lidah yang bisu karena disebabkan
oleh penyakit atau cacat yang mencegahnya dari kesempurnaan perbuatan dan
kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, hati terbagi menjadi tiga macam ini.
Hati yang sehat adalah hati yang tidak ada penghalang yang mencegahnya dari
menerima kebenaran, mencintainya, mengutamakannya di atas pengetahuan sendiri,
maka dia tepat dalam menyadari kebenaran, sempurna dalam ketundukan dan
penerimaannya terhadap kebenaran. Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang didominasi oleh
penyakit yang membuatnya mati lagi keras, dan bila kesehatannya lebih dominan
maka ia akan membuatnya sehat.
Hati yang Bersih
Hati yang bersih
adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat yang menyimpang dari perintah dan
larangan Allah Subhaanahu
wata’ala, berpaling dari setiap syubhat yang melawan kabar dariNya
sehingga hati tersebut selamat dari penghambaan terhadap selain Allah
subhaanahu wata’ala dan selamat pula dari berhukum kepada selain Rasulullaah shallallahu
alaihi wasallam.
Dengan seperti ini
hati akan memurnikan penghambaannya kepada Allah SWT, segala keinginan, cinta, tawakkal, inabah,
ketundukan, ketakutan, dan harapannya. Ia mengikhlaskan seluruh amalnya untuk
Allah SWT
semata-mata. Apabila dia mencintai maka ia mencintai karena Allah SWT semata-mata, dan
bila dia membenci maka ia membenci karena Allah SWT semata-mata, dan bila dia
memberi maka ia memberi karena Allah SWT
semata-mata, dan bila dia menahan maka ia menahan karena Allah SWT semata-mata. Dan hal itu
saja tidak cukup, hingga ia benar-benar membebaskan diri dari sikap tunduk dan
berhukum kepada selain Rasulullaah Shallallaahu
alaihi wasallam. Maka ia benar-benar mengikat hatinya bersama
Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam untuk berhukum atas kepercayaan dan keteladanan terhadap
Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam semata-mata.
Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati
yang hidup tetapi memiliki penyakit. Karena hati tersebut terdiri dari dua
materi, kadangkala yang satu lebih kuat dan kadangkala yang satunya lagi, dan
mana yang paling dominan maka dialah yang paling kuat di antara dua materi
tersebut.
Hati yang sakit ini di
dalamnya juga terdapat rasa cinta kepada Allah Subhaanahu wata’ala, iman dan bertawakal
kepadaNya, serta ikhlas karenaNya tetapi di dalam hati yang sakit juga terdapat
kesenangan terhadap syahwat, mengutamakan dan selalu berambisi meraihnya,
hasad, sombong, congkak, suka meninggikan diri dan melakukan kerusakan di muka
bumi dan melakukan kerusakan dalam kepemimpinan.
Hati yang sakit itu teruji
dengan dua godaan seruan. Satu seruan mengajaknya kepada Allah Subhaanahu wata’ala,
Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam dan kehidupan akhirat, sedangkan satu seruan lagi
mengajaknya kepada kenikmatan sementara, dan ia merespon peluang yang paling
dekat dengannya.
Hati yang Mati
Hati yang mati sendiri tidak
mengenal terhadap Allah Subhaanahu
wata’ala, tidak beribadah kepadaNya dengan perintahNya, tidak
mencintai dan meridhaiNya. Bahkan ia menghamba kepada kesenangan dan
syahwatnya. Walaupun di situ terdapat laknat dan murka Allah Subhaanahu wata’ala, maka dia sama sekali tidak
peduli, bila dia telah meraih kesenangan syahwatnya, apakah Allah Subhaanahu wata’ala meridhai
dan memurkai.
Hati yang mati menghamba
kepada selain Allah SWT
dengan cinta, rasa takut, harap, ridha, murka, pengagungan, dan kerendahan.
Apabila dia cinta, maka dia cinta karena hawa nafsunya, dan apabila dia
memberi, maka dia memberi karena hawa nafsunya, dan apabila dia menahan, maka
dia menahan karena hawa nafsunya.
Hati yang mati
menjadikan hawa nafsu di hadapannya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan
sebagai supir dan pengendaranya, dan kelalaian sebagai kendaraannya. Dia hanya berfikir mencapai
target-target dunianya, mabuk dalam hawa nafsu dan cinta kesenangan sementara.
Dia diseru kepada Allah Subhaanahu
wata’ala , dan kampung akhirat dari tempat yang jauh, namun dia
tidak menjawab pemberi nasihat, mengikuti keinginan setan, dunia bisa memurkai
dan membencinya. Syahwat nafsu membutakannya dari selain kebatilan.
Sumber : OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi
Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah
PENYAKIT HATI
Macam-macam
Penyakit Hati dan Penyembuhannya
“Ketahuilah,
sesungguhnya pada setiap jasad ada segumpal daging, apabila dia baik maka baik
seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad,
ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori).
Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang
mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut
akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati yang dimiliki seorang manusia
telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah laku orang
tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain.
Islam adalah agama yang sempurna hal ini telah
dinyatakan oleh Allah SWT didalam firmanNya: “….Pada hari ini telah
aku sempurnakan bagimu agamamu, dan aku cukupkan nikmat-Ku padamu, dan Aku
Ridho Islam sebagai agamamu.” Maka dari itu semua perkara yang berhubungan
dengan manusia dan umat islam telah sempurna terbahas. Termasuk masalah
kesehatan, upaya menjaga kesehatan, upaya mencegah terjadinya penyakit, upaya
mengobati dan upaya mencegah penyakit menjadi semakin parah telah dibahas
pokok-pokoknya di dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadist, menurut bahasan para
Ulama seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Penyakit dibagi menjadi 2 macam:
1. Penyakit
hati
Penyakit hati terdiri dari penyakit Syubhat dan
Penyakit Syahwat. Obatnya adalah ilmu (iman) dan Kesabaran.
2. Penyakit
Jasmani
Sakit yang menimpa jasmani seseorang. maka obatnya ada
yang telah disebutkan di dalam al-Quran dan al-Hadits, dan ada pula yang
diketahui obatnya oleh para peneliti obat.
Sifat Dan
Perubahan Hati
Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan
sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT.
Dialah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya.
Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut:
“Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR.
Ahmad)
“Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim).
“Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim).
“Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua
jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim).
“Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati,
condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim).
MacamnyaPenyakit
Hati
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqaarah : 10).
Sesungguhnya penyakit hati itu adalah sifat-sifat yang
buruk yang ada didalam hatinya, dan sekalian keburukan itu adalah kendali
dirinya sehingga ia terombang ambing di derunya gelombang pasang samudera
kehidupan dunia yang fana ini.
Dan berikut
adalah penyakit hati manusia :
1. Iri
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ
عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ
مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيماً
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa:
32).
2. Dengki
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ
يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم
مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى
يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka
dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:109).
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّهُ
النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ
فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْياً
بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ لِمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ
الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
(QS. Al-Baqaarah: 213).
3. Fitnah
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ
الْقَتْلِ
“Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” (QS. Al-Baqaarah : 217).
4. Khianat
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا
تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa
yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghafir : 19).
5. Mengeluh
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al – Ma’aarij : 19).
6. Pendusta
فَمَنِ افْتَرَىَ عَلَى اللّهِ
الْكَذِبَ مِن بَعْدِ ذَلِكَ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Maka
barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah
orang-orang yang zalim.” (QS. Ali – Imraan : 94).
7. Cinta
Dunia
Seorang manusia yang mencintai dunia, niscaya ia
akan melupakan akhirat sedang hatinya
berharap-harap jauh dari kematian lagi takut tibanya masa dimana malaikat
merenggut nyawanya.
Firman ALLAH
SWT :
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُاْ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآَخِرَةِ فَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ
هُمْ يُنصَرُونَ
“Itulah
orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak
akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (QS. Al-Baqarah : 86).
8. Egois
Inilah penyakit hati yang kerap menggerogoti hati manusia
yang lebih mementingkan dirinya sendiri dari sekalian perkara manusia yang lain
dalam urusan duniawinya.
Dari Abu Hurairah R.a berkata: Bersabda Rasulullah
SAW: “Tiga macam orang bukan saja tidak akan mendapat layanan dan ampunan
pada hari kiamat kelak, bahkan akan mendapat siksa yang pedih, yaitu seorang
yang mempunyai kelebihan air di tengah padang pasir, sedangkan ia tidak mau
memberikannya kepada orang yang kehausan, seorang yang menjajakan barang
dagangannya sesudah lewat waktu Ashar sambil bersumpah dusta bahawa pokoknya
sekian-sekian dan dipercayai oleh si pembeli dan seorang lagi yang membai’at
pemimpin hanya untuk maksud manfaat keduniaan; apabila kelak maksudnya
tercapai, ia patuh dan jika tidak, ia mungkir (berpaling tadah).” (HR. Muslim).
9. Lalai
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً
وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ
الْغَافِلِينَ
“Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf : 205).
10. Was-was
(tergesa-gesa)
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ
مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka
ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga
mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raaf : 201).
11. Khilaf
وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا
أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً
رَّحِيماً
“Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu
khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab : 5).
12. Jahil
(Tidak berilmu)
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا
لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي
الْجَاهِلِينَ
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak
bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami
amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak
ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. (QS. Al-Qashas : 55).
13. Berburuk
Sangka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً
مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujuraat : 12).
14. Bakhil
(Pelit)
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
“Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.” (QS. Al-Lail : 8).
15. Berputus
Asa
قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ
رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
“Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa
dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat“. (QS. Al-Hijr : 56).
16. Pemarah
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن
نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia
pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat
gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiyaa : 87).
17. Dendam
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ
غِلٍّ إِخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada
dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di
atas dipan-dipan.” (QS. Al-Hijr : 47).
18. Sombong
Dan Inilah perkara penyakit yang terlebih tinggi
derajat keburukannya bagi manusia yaitu sifat SOMBONG, Sombong adalah sifat
makhluk ALLAH yang pertama kali ALLAH jadikan yaitu Iblis yang menyebabkan ia
dikeluarkan dari syurga serta dilaknati ALLAH karena kesombongannya hingga hari
kiamat. Dan inilah perkara sifat maupun penyakit hati yang kemudharatannya jauh
melebihi kemaslahatannya untuk merajut sifat sombong tersebut, seumpama
sebatang pohon, yang mana sombong adalah pohonnya sedang akar-akarnya adalah
sebagai berikut :
1. Ujub
(Membanggakan Diri)
Ujub adalah suatu perkara sifat yang membinasakan
karena merasa diri memiliki kelebihan yang menjadikan ia bangga terhadap
dirinya sendiri.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ
وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan
bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap
dirinya.” [Silsilah
Shahihah, no. 1802].
2.
Merendahkan Orang Lain.
Adalah ia merupakan sifat yang teramat buruk karena
tiadalah baginya menghargai apa-apa yang didapati maupun dimiliki orang lain,
sekalian manusia disekitarnya adalah rendah karena ketinggian hatinya.
3. Terlena
Dengan Hawa Nafsu
Tiadalah ia pernah merasa puas dalam mengejar
dunianya, dan ia senantiasa berharap lagi berupaya agar beroleh lebih dan lebih
atas sekalian barang kehendaknya di muka bumi.
ALLAH
Tabaraka wa Ta’ala Berfirman :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ
عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shaad : 26).
4. Riya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ
صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ
وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى
شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia
dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang
itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqaarah
: 264).
Cara
Penyembuhan:
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran
hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan
lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah
selemah-lemah iman.” (HR.
Bukhari).
1.Membaca
dan menyimak Al-Qur’an.
Allah SWT telah memastikan bahwa Al-Qur’an adalah
penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendakiNya.
Firman Allah SWT :
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman….” (QS. Al-Isra : 82).
2.Merasakan keagungan Allah SWT.
Banyak dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah yang
mengungkap tentang keagungan Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash
tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat
yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib,
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59).
3.Banyak
berdzikir
Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah,
rahmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka,
dosa-dosa terampuni. Rosulullaah SAW bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggamanNya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim).
“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggamanNya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim).
4. Banyak
Mengingat Mati.
Sahabat pembaca sekalian, dengan
selalu mengingat kematian membuat diri kita terhindar dari segala penyakit
hati, karena akan melembutkan hati kita dari segala keangkuhan dan kesombongan.
Rasulullaah SAW
bersabda:
“Perbanyaklah
mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi).
Semoga Bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar