Assalamu'alaikum Wr,Wb.
Sebuah inspirasi, mampukah kita Bersedekah......?????????
Sesudah jumatan
 aku masih duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah. Jamaah 
mesjid sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya.
 
Seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional. Satu plastik 
harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena 
kasihan aku beli satu plastik.
 Si nenek penjual kue terlihat 
letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak 
dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah 
itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu 
atau dua.
 Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.
 “Berapa harganya Nek...?”
“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.
 Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :
 “Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.”
 Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya :
 “Ya Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya
 utk beli obat cucu yang lagi sakit.” Si nenek langsung jalan.
 Refleks aku panggil anak lelaki itu.
 “Siapa namamu..? Kelas berapa..?”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.
“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.
“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”
 ”Oh.. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu 
sehari. Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal 
makanan dari rumah.”
“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.
“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.
 “Betul Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah.
 Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk 
ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang
 ibu yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya 
bersedekah sepotong roti, Pak”, anak SD itu berbicara dengan fasihnya.
 Aku pegang bahu anak itu :
 ”Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”
“Ketika saya masih TK, pak”
“Ketika saya masih TK, pak”
 Tak terasa air mataku menetes :
 “Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg 
Lima puluh ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima 
puluh ribuan ke tangannya.
 Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :
 “Terima kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih 
anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapa punya keluarga…. Saya pamit
 balik ke kelas Pak”.
 Radit menyalami tanganku dan menciumnya.
 “Allah menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.
 Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual 
kue ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan 
membayar obat yang dibelinya.
 Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab: ”Empat puluh ribu rupiah..”.
 Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : ”Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”.
 “Ya Allah.. Pak…”
 Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan 
apotik. Aku bergegas menuju  Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang
 keliling dakwah disana.
 Dalam hati aku berdoa semoga Allah 
terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku 
yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah.
 Para Sahabatku ada 
kalanya seorang anak lebih jujur dari pada orang dewasa, ajarkanlah 
anak-anak kita sejak dari dini, tindakan yang nyata, yang bukan teori semata. Semoga inspirasi ini menjadi hikmah untuk kita semua. Aamiin.
 Semoga Bermanfaat






0 comments:
Posting Komentar