Assalamu’alaikum Wr,Wb
Saudaraku yang di rahmati Allah
SWT, begitu luasnya kasih sayang dan cinta Allah kepada seluruh hambanya, sudah
sepatutnya rasa kasih sayangnya kita kuatkan dengan keimanan dan ketaqwaan
kepadanya. Segala apa yang menjadi perintahnya wajib dijalankan dengan rasa
senang dan ikhlas semata-mata mengharap keridhaannya.
Walaupun manusia itu melakukan
suatu perbuatan dosa-dosa besar yang sudah dilarang oleh agama, dengan kasih
sayangnya DIA tidak berkata kasar kepada hambanya, Namun sebaliknya Allah SWT
menegur seluruh hambanya yang telah melakukan kesalahan dan perbuatan dosa
dengan perkataan yang halus dan lembut agar seluruh hambanya kembali ke jalan
yang benar dan di ridhoinya, sebagaimana dalam Al-Qur’an berikut:
“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53) (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari kutipan ayat tersebut Allah
menyeru kepada seluruh hambanya yang telah melakukan perbuatan dosa, kufur dan
kesyirikan dengan perkataan yang sangat halus seperti “Wahai hamba-hambaku yang
melampaui batas”, bukan sebaliknya dengan dengan perkataan kasar seperti “Wahai
hamba-hambaku yang kafir dan durjana”, “Wahai para penzina”, “Wahai orang-orang
yang syirik”. Dari kalimat itu ialah salah satu kasih sayangnya yang diserukan
agar seluruh hambanya itu bertaubat kepadanya dengan mengerjakan amal kebaikan
dengan seruan yang halus. Kurang baik apakah Allah kepada kita semua..??
Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan bahwa
dosa-dosa besar yang telah mereka lakukan (kesyirikan, pembunuhan, dan
perzinaan) akan terhapus dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut,
bertaubat, beriman setelah sebelumnya berada di atas kekufuran dan kesyirikan,
kemudian mengiringinya dengan amal shalih. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam
ayat setelahnya (artinya):
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman
dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Furqan:
70).
Dengan demikian, terjawablah pertanyaan
mereka tersebut. Jadi, sebesar apapun dosa yang dilakukan, jangan berputus asa
untuk meraih ampunanNya. Tentang ayat 53 dalam surat Az-Zumar ini, Al-Imam Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan,
“Ayat ini merupakan seruan kepada semua pelaku maksiat, baik dari kalangan
orang-orang kafir maupun selain mereka, untuk bertaubat dan kembali kepada
Allah. Ayat tersebut menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah. Sebesar
apapun dosa manusia, jika dia mau jujur untuk mengakui kesalahannya, kemudian
bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, maka ampunan dan
rahmatNya pasti akan diberikan kepada sang hamba.
Ayat ini juga mengabarkan bahwa Allah akan
mengampuni semua dosa bagi orang yang mau bertaubat dan meninggalkan perbuatan
dosa tersebut. Tidaklah ada seorang manusia kecuali pasti pernah terjatuh dalam
perbuatan dosa dan kesalahan. Namun demikian, tidak sepatutnya bagi keturunan
Nabi Adam putus harapan dan enggan memohon ampunan kepada Sang Khalik. Karena
Dia pasti akan memberikan ampunan, walaupun dosa-dosa manusia itu sebanyak buih
di lautan. Siang dan malam ampunanNya senantiasa terbentang, untuk hambaNya
yang memohon ampun dengan ketulusan. Itulah kemurahan Ar-Rahman, kepada
hambaNya yang beriman.
ALLAH SWT
MENEGUR HAMBANYA YANG MELAMPAUI BATAS
Begitu
indahnya kasih sayang Allah SWT kepada kita semua hambanya agar senantiasa
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadanya, siapapun manusia yang taat dan patuh terhadap perintah
Allah dan menjauhi segala apa yang telah dilarangnya, pastilah ia manusia yang
beriman kepada Allah dan kitab-kitabnya,
sebagaimana dalam firmannya Allah SWT mengatakan didalam Al-Qur’an.
“Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia
(kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka
kerjakan”. (QS. Yuunus: 12).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas”. (QS. Al-Maidah: 87).
“Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-A'raaf:55).
“Mengapa kamu tidak mau memakan
(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkanNya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan
(dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu
mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-An'aam:119).
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS.
Al-A'raaf :31).
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syuura:27).
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”. (QS. Asy-Syuura : 42).
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 73).
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia”. (QS. Thaahaa : 81).
Kesimpulan dari mentadabburi makna jangan melampaui batas, adalah manusia jangan lalai terhadap sesuatu hal apapun, jangan pula manusia berhenti menuntut ilmu hingga akhir hayat tiba dan kerap selalu berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT agar diberikan hikmah, hidayah, dan diberikan hati yang bercahaya yang peka terhadap sinyal dan sunnatullah yang telah Allah tentukan dan syariatkan dala kehidupan dunia yang sementara ini.
Semoga kita semua termasuk hamba yang beruntung serta taat, peka terhadap perintah dan larangan Allah yang berlaku dari seluruh unsur kehidupan baik dalam pola ibadah, pola bekerja, pola konsumsi maupun pola melakukan,menyikapi segala sesuatu berdasarkan ketentuan Allah dan sunnatullah, sunnah rasul, Insya Alloh.
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syuura:27).
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”. (QS. Asy-Syuura : 42).
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 73).
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia”. (QS. Thaahaa : 81).
Kesimpulan dari mentadabburi makna jangan melampaui batas, adalah manusia jangan lalai terhadap sesuatu hal apapun, jangan pula manusia berhenti menuntut ilmu hingga akhir hayat tiba dan kerap selalu berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT agar diberikan hikmah, hidayah, dan diberikan hati yang bercahaya yang peka terhadap sinyal dan sunnatullah yang telah Allah tentukan dan syariatkan dala kehidupan dunia yang sementara ini.
Semoga kita semua termasuk hamba yang beruntung serta taat, peka terhadap perintah dan larangan Allah yang berlaku dari seluruh unsur kehidupan baik dalam pola ibadah, pola bekerja, pola konsumsi maupun pola melakukan,menyikapi segala sesuatu berdasarkan ketentuan Allah dan sunnatullah, sunnah rasul, Insya Alloh.
Semoga Bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar