Minggu, 10 Maret 2019

Keutamaan Birrul Walidain

keutamaan-birrul-walidain
Dalam hidup di dunia ini kita tidak bisa lepas dari orang tua, karena merekalah kita ada di dunia ini, dan karena mereka juga kita bisa hidup enak tanpa memikirkan betapa besar jerih payah kedua orang tua dahulu sejak kita lahir, dari mulai kita lahir, anak-anak sampai dewasa, jasa mereka yang patut kita hargai dengan cara kita menyayangi, menghormati dan menuruti apa saja yang mereka perintahkan selama perintah itu tidak untuk menyekutukan Allah.
Orang yang paling berjasa dalam hidup kita tidak lain adalah orang tua kita sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita. Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Betapa mulianya kedua orang tua sampai-sampai ridhanya Allah tergantung ridha orang tua begitu pula sebaliknya murkanya Allah tergantung murka orang tua. Maka tidak sepantasnya kita membentak, menghardik apalagi sampai berbuat kasar karena itu merupakan perbuatan yang dzalim. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berbuat baik kepada orang tua.

APA PENGERTIAN BIRR AL-WALIDAIN
===============================
Birr berasal dari kata bahasa arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut Imam Nawawi Birr al-walidain adalah berbuat baik kepada orang tua bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa Birr al-walidain itu hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu :
Pertama, menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
Kedua, menjaga amanat harta yang dititipkan orang tua atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga, membantu atau menolong orang tua apabila mereka membutuhkan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
وَقَضَى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْا اِلاَّ اِيَّاهُ وَبِا الْوَالِدَيْنِ اِحْسَانَ ج اِمَّا يَبْلُغُنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُ هُمَا اَوْ كِلاَ هُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا ‹٢٣› وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا ‹٢۴›
 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan hendaklah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra: 23-24).

Ayat diatas mengandung dua maksud, yang pertama adalah kita dilarang untuk menyekutukan Allah pada suatu apapun karena menyekutukan Allah (syirik) termasuk dosa besar yang tidak akan diampuni dosanya kecuali dengan taubatan nasukha. Yang kedua kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kewajiban anak berbakti kepada orang tua bukan hanya pada waktu mereka masih hidup, bahkan setelah meninggal dunia, anak harus tetap berbakti kepadanya. Jangan sekali-kali kita mengatakan “ah” apalagi membentak, memukul dan yang lebih dari itu. Karena ucapan “ah” saja sudah membawa dosa apalagi jika berbuat lebih.

RIDHA ALLAH TERLETAK PADA RIDHA ORANG TUA
Ridha Allah merupakan puncak pencarian dari seorang hamba yang mengabdi kepada-Nya. Beramal saleh untuk mendapatkan balasan kebajikan dari Allah tidaklah salah, demikian pula mengabdi kepada-Nya untuk mendambakan surga-Nya juga bukan tindakan keliru, akan tetapi tunduk dan patuh kepada Allah untuk mengharapkan Ridha-nya itulah sebenarnya tingkat tertinggi dari kebahagiaan orang yang mendapatkan Ridha Allah.
Adapun sesuatu yang dapat membuat diri kita ridha tanpa harus diikuti dengan perasaan murka adalah latihan jiwa untuk selalu yakin bahwa Allah SAW telah menetapkan segala sesuatu baginya, bersabar untuk mengerjakan ketaatan dan ibadah akan melahirkan keridhaan dari seorang hamba kepada tuhannya. Dengan demikian, keridhaan merupakan pintu Allah yang sangat agung, surga dunia adalah kenikmatan bagi para ahli ibadah, dan ketenangan bagi para pecinta-Nya. Maksud ridha hamba terhadap Allah adalah ketika dia bisa menerima dan tidak membenci ketentuan Allah yang ditetapkan baginya. Adapun ridha Allah terhadap hamba-Nya adalah ketika dia melihatnya dalam keadaan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya.

Rasulullah SAW. bersabda :
حَدَ ثَنَا اَبُوْ حَفْصٍ عَمْرُ و بْنُ عَلِي حَدَ ثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحاَ رِثِ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَا ءٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرٍو عَنِ النبي صلى الله عليه و سلم قَالَ: رِ ضَا الرَّ بِّ فِيْ رِضَاالْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَاِلد
Diceritakan dari Abu hafsin Amr ibn ‘Ali, diceritakan dari Khalid ibn Harits, dari Syu’bah, dari Ya’la ibn ‘Atha’, dari ayahnya, dari Abdillah ibn ‘Amr, dari Nabi SAW. beliau bersabda : “Keridhaan Allah terletak kepada keridhaan kedua orang tua dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua”. (HR. At-Tirmidzy)

Nabi SAW. bersabda bahwa Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan demikian pula murka-Nya. Bahwa hadist diatas jelas mengutamakan keridhaan kedua orang tua, demikian gambaran betapa seorang anak harus memuliakan kedua orang tuanya karena memang jasa kedua orang tua tidak bisa dihitung-hitung dan tidak bisa ditimbang dengan apapun. Karena jasa-jasanya yang sangat besar, begitu pula tanggung jawab terhadap anaknya tersebut.  Ungkapan Nabi SAW tersebut mengisyaratkan kepada umatnya bahwa tidak ada alasan lagi bagi seorang anak manusia muslim untuk tidak taat dan patuh terhadap kedua orang tuanya, seorang anak diwajibkan berbuat baik kepada orang tuanya dalam keadaan bagaimanapun, artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan kedua orang tuanya, Birr al-walidain merupakan perintah Allah yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk dilaksanakan oleh setiap anak manusia.
Walaupun seandainya orang tua berbuat dzalim kepada anaknya, dengan melakukan tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas dan mengimbangi ketidakbaikan tersebut, karena Allah tidak akan meridhainya.

0 komentar:

Posting Komentar