Dalam hidup di dunia ini kita tidak bisa lepas dari
orang tua, karena merekalah kita ada di dunia ini, dan karena mereka juga kita
bisa hidup enak tanpa memikirkan betapa besar jerih payah kedua orang tua
dahulu sejak kita lahir, dari mulai kita lahir, anak-anak sampai dewasa, jasa
mereka yang patut kita hargai dengan cara kita menyayangi, menghormati dan
menuruti apa saja yang mereka perintahkan selama perintah itu tidak untuk
menyekutukan Allah.
Orang yang paling berjasa dalam hidup kita tidak lain adalah orang
tua kita sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada
kita sejak kita lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih
sayangnya kepada kita. Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita
dengan penuh kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik
kita dengan penuh cinta, dan banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan
pernah akan terbalas.
Betapa mulianya kedua orang tua sampai-sampai ridhanya
Allah tergantung ridha orang tua begitu pula sebaliknya murkanya Allah
tergantung murka orang tua. Maka tidak sepantasnya kita membentak, menghardik
apalagi sampai berbuat kasar karena itu merupakan perbuatan yang dzalim. Dalam
makalah ini akan dijelaskan tentang berbuat baik kepada orang tua.
APA PENGERTIAN BIRR AL-WALIDAIN
===============================
Birr berasal dari kata bahasa arab yang berarti taat
dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut
Imam Nawawi Birr al-walidain adalah berbuat baik kepada orang tua bersikap baik
kepadanya serta melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia serta berbuat baik
kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa Birr al-walidain
itu hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu :
Pertama, menaati segala perintah orang tua kecuali
dalam maksiat.
Kedua, menjaga amanat harta yang dititipkan orang tua
atau diberikan oleh orang tua.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
وَقَضَى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْا اِلاَّ اِيَّاهُ
وَبِا الْوَالِدَيْنِ اِحْسَانَ ج اِمَّا يَبْلُغُنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُ هُمَا اَوْ كِلاَ هُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا ‹٢٣› وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا
‹٢۴›
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan hendaklah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra: 23-24).
Ayat diatas mengandung dua maksud, yang pertama adalah kita
dilarang untuk menyekutukan Allah pada suatu apapun karena menyekutukan Allah (syirik)
termasuk dosa besar yang tidak akan diampuni dosanya kecuali dengan taubatan
nasukha. Yang kedua kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang
tua, kewajiban anak berbakti kepada orang tua bukan hanya pada waktu mereka
masih hidup, bahkan setelah meninggal dunia, anak harus tetap berbakti
kepadanya. Jangan sekali-kali kita mengatakan “ah” apalagi membentak, memukul
dan yang lebih dari itu. Karena ucapan “ah” saja sudah membawa dosa apalagi
jika berbuat lebih.
RIDHA ALLAH TERLETAK PADA RIDHA
ORANG TUA
Ridha Allah merupakan puncak pencarian dari seorang hamba yang
mengabdi kepada-Nya. Beramal saleh untuk mendapatkan balasan kebajikan dari
Allah tidaklah salah, demikian pula mengabdi kepada-Nya untuk mendambakan
surga-Nya juga bukan tindakan keliru, akan tetapi tunduk dan patuh kepada Allah
untuk mengharapkan Ridha-nya itulah sebenarnya tingkat tertinggi dari
kebahagiaan orang yang mendapatkan Ridha Allah.
Adapun sesuatu yang dapat membuat diri kita ridha tanpa harus
diikuti dengan perasaan murka adalah latihan jiwa untuk selalu yakin bahwa
Allah SAW telah menetapkan segala sesuatu baginya, bersabar untuk mengerjakan
ketaatan dan ibadah akan melahirkan keridhaan dari seorang hamba kepada tuhannya.
Dengan demikian, keridhaan merupakan pintu Allah yang sangat agung, surga dunia
adalah kenikmatan bagi para ahli ibadah, dan ketenangan bagi para pecinta-Nya.
Maksud ridha hamba terhadap Allah adalah ketika dia bisa menerima dan tidak
membenci ketentuan Allah yang ditetapkan baginya. Adapun ridha Allah terhadap
hamba-Nya adalah ketika dia melihatnya dalam keadaan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi laranganNya.
Rasulullah SAW. bersabda :
حَدَ ثَنَا
اَبُوْ حَفْصٍ عَمْرُ و بْنُ عَلِي حَدَ ثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحاَ رِثِ عَنْ
شُعْبَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَا ءٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرٍو
عَنِ النبي صلى الله عليه و سلم قَالَ: رِ ضَا الرَّ بِّ فِيْ رِضَاالْوَالِدِ
وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَاِلد
“Diceritakan dari Abu hafsin Amr ibn ‘Ali,
diceritakan dari Khalid ibn Harits, dari Syu’bah, dari Ya’la ibn ‘Atha’, dari
ayahnya, dari Abdillah ibn ‘Amr, dari Nabi SAW. beliau bersabda : “Keridhaan
Allah terletak kepada keridhaan kedua orang tua dan kemarahan Allah terletak
pada kemarahan kedua orang tua”. (HR. At-Tirmidzy)
Nabi SAW. bersabda bahwa Ridha Allah terletak pada
ridha kedua orang tua dan demikian pula murka-Nya. Bahwa hadist diatas jelas
mengutamakan keridhaan kedua orang tua, demikian gambaran betapa seorang anak
harus memuliakan kedua orang tuanya karena memang jasa kedua orang tua tidak
bisa dihitung-hitung dan tidak bisa ditimbang dengan apapun. Karena
jasa-jasanya yang sangat besar, begitu pula tanggung jawab terhadap anaknya
tersebut. Ungkapan Nabi SAW tersebut mengisyaratkan kepada umatnya bahwa
tidak ada alasan lagi bagi seorang anak manusia muslim untuk tidak taat dan
patuh terhadap kedua orang tuanya, seorang anak diwajibkan berbuat baik kepada
orang tuanya dalam keadaan bagaimanapun, artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan kedua orang tuanya, Birr al-walidain merupakan perintah
Allah yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk dilaksanakan oleh setiap anak
manusia.
Walaupun seandainya orang tua berbuat dzalim kepada
anaknya, dengan melakukan tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak
berbuat tidak baik, atau membalas dan mengimbangi ketidakbaikan tersebut,
karena Allah tidak akan meridhainya.
0 komentar:
Posting Komentar