Oleh
: Ustad Faisal Al-Fikri
Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrohmanirrohim
Bismillahirrohmanirrohim
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ
وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah
sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada
Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang thawaf, yang
i’tikaf, yang ruku dan yang sujud”. (QS. Al-Baqarah [2]: 125).
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي
بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang di berkahi
dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. (QS. Al-Imron [3]: 96).
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Al-Imron [3]: 97).
۞ جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ
قِيَامًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَٰلِكَ
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai
pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan
Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu,
bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Maidah
[5]: 97).
Jika kita perhatikan didalam ayat-ayat tersebut ka’bah
adalah rumah Allah SWT secara syariat, jika makrifatnya Allah SWT bersemayam
diatas arasy.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ
رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al Ar’af [7]: 54).
Jika kita kembali lagi menelah isi kandungan surah Al-Imron
ayat 97 pada bunyi : “Barang siapa yang memasuki baitullah itu maka dia akan
aman, karena tempat itu telah disucikan Allah SWT”.
Maka dari itu baitullah atau artinya rumah Allah SWT (ka’bah)
menjadi qiblat kita sholat secara syariat, namun secara hakikat kita berhadapan
kepada Allah SWT.
قَدْ نَرَىٰ
تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 144).
Sampai disini penjelasan saya, kini kita masuk kedalam
kajian intinya yaitu ka’bah tempat yang aman, sehingga didalam hadits Rasulullah
SAW bersabda bahwa syaitan itu tidak akan sampai ke ka’bah, jangankan ke ka’bah
ke tanah Masjidil Harom saja tidak mampu, dan jangankan Syaitan, Dajjal sendiri
pun yang dapat memetik matahari tidak sanggup memasuki Ka’bah dan Masjidil Harom.
Dijelaskan dalam hadits Fathimah binti Qais Radhiyallahu
anhuma, bahwa Dajjal mengatakan, “Lalu aku bisa keluar. Aku akan berjalan di
muka bumi, maka tidak akan aku tinggalkan satu kampung pun kecuali aku singgah
kepadanya dalam waktu empat puluh malam, selain Mekkah dan Thaibah (Madinah Al-Munawarah),
keduanya diharamkan untukku, setiap kali aku hendak masuk ke salah satu
darinya, maka Malaikat akan menghadangku dengan pedang yang terhunus yang
menghalangiku untuk memasukinya, dan di setiap lorong darinya ada Malaikat yang
menjaganya.”
Dan telah tetap (pada sebuah riwayat) bahwasanya
Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid
ath-Thuur, dan Masjidil Aqsha.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Junadah bin Abi Umayyah
al-Azdi, dia berkata : “Aku dan seseorang dari kalangan Anshar pergi menemui
seseorang dari kalangan Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu kami
berkata: “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang engkau dengarkan dari
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang bercerita tentang Dajjal… (lalu
dia menuturkan hadits, dan berkata) : “Sesungguhnya dia akan berdiam di muka
bumi selama empat puluh hari dalam waktu tersebut dia akan mencapai setiap
sumber air dan tidak akan mencapai empat masjid: Masjidil Haraam, Masjid
Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjid al-Aqsha.”
PELAJARAN :
Kita sholat diwajibkan ke arah qiblat, begitu juga
dengan berdzikir dan beramal lebih baik ke arah qiblat walaupun di khususkan
berdzikir itu dimana saja bisa dan kapan saja, mau berdiri tidur dan duduk juga
bisa, namun jika berdzikir didalam bertafakur di syaratkan duduk menghadap ke
arah qiblat.
BERAMAL DALAM MENGAMALI AMALAN
Mungkin disaat kita mengamalkan sesuatu amalan entah
itu ayat Al-Qur’an, Asma Allah, dan lain sebagainya dengan cara berdzikir,
mewiridkan dan lain-lain, didalam itu terkadang kita merasakan sensasi panas,
hawa dingin dan lain sebagainya, bahkan ada juga merasakan berat di badan,
berat di kepala, bahkan sampai serasa pusing melayang-layang, kadang juga bisa
hilang ingatan sementara, maka inilah yang dikatakan amalannya salah atau juga
tata cara mengamalkannya yang salah, sehingga mengundang Jin Fasik atau energi
negatif atau kesalahan internal dari aliran energi diri sendiri. Namun pada
umumnya kebanyakan amalan yang tidak tepat itu mengundang jin fasik, sehingga
terkadang disaat pengamalan kepala sering terasa berat dan lain-lain.
Jika sampai demikian, mari kita ambil suatu pelajaran
dari Al-Qur’an, didalam ayat diatas disebutkan, ka’bah ialah Baitullah artinya
rumah Allah yang disucikan sehingga Allah SWT berfirman :
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman”.
Maka dari itu ketika kepala kita berat atau sakit
ketika berdzikir segera makrifatkan diri kita sedang berdzikir di dekat ka’bah
atau didalamnya, (bayangkan dengan kuat seluruh diri dan jasad kita ada disana),
sambil berdzikir asmaul husna contohnya : “Yaa Allah Yaa Kholik Yaa Karim”,
insya Allah kepala yang tadi terasa berat, energi panas dan sebagainya yang
merupakan energi jin fasik yang berusaha menguasai tubuh kita maka, seketika
rasa berat dan panas itu akan hilang sekejap, namun terkadang timbul lagi dan
hilang lagi (tergantung kuatnya makrifat kita yang meyakinkan diri kita ada di
tanah suci tersebut). Amalan makrifat ini bisa kita jadikan amalan penyaring apakah
amalan yang akan kita riyadhohkan amalan yang baik atau amalan berenergi
negatif.
Makrifat ini juga insya Allah bisa menyadarkan orang
yang kesurupan, dengan memegang pundak atau keningnya atau lengan dan bacalah
surah-surah Al-Qur’an atau dzikirkan asma Allah sambil memakrifatkan diri kita
dan orang yang sedang kesurupan tersebut berada di ka’bah, insya Allah Jin
tersebut akan lari atau terbakar atas izin Allah SWT yang telah berjanji bahwa
ka’bah ialah tempat yang aman.
Atau agar anda lebih yakin lagi, coba anda dekatkan
foto ka’bah kepada orang yang lagi kerasukan, pasti Jin-nya teraduh-aduh
walaupun masih bisa bertahan, segera juga membaca ayat dan asma-asma Allah SWT
agar di izinkan Allah yang sedang kerasukan itu menjadi sembuh.
Intinya ketika kita wirid atau dzikir
makrifatkan diri kita sedang berada di dekat Ka’bah, lalu ketika dzikiran
fokusnya kepada asmaNya, nanti jika merasakan hal-hal yang saya sebut di atas
baru kembali makrifatkan kita diberada dalam ka’bah/di luarnya. Insya Allah dalam
seketika hal-hal tersebut hilang. Baru dilanjutkan dzikiran fokus kepada Allah
SWT. Namun biasanya jika suatu asma atau ayat sudah duduk didalam dada, insya
Allah tanpa makrifat lagi gangguan-gangguan itu sudah tiada lagi, Wallahu a’lam.
Barokallah
Fik, Semoga Bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr, Wb.
0 komentar:
Posting Komentar