Senin, 26 September 2016

Aktivasi makrifat di ka’bah atau masjidil harom

Aktivasi makrifat di ka’bah atau masjidil harom

Oleh : Ustad Faisal Al-Fikri
Assalamualaikum wr wb

Bismillahirrohmanirrohim

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku dan yang sujud”. (QS. Al-Baqarah [2]: 125).

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang di berkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. (QS. Al-Imron [3]: 96).

فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Al-Imron [3]: 97).

۞ جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَٰلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Maidah [5]: 97).

Jika kita perhatikan didalam ayat-ayat tersebut ka’bah adalah rumah Allah SWT secara syariat, jika makrifatnya Allah SWT bersemayam diatas arasy. 

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al Ar’af [7]: 54).

Jika kita kembali lagi menelah isi kandungan surah Al-Imron ayat 97 pada bunyi : “Barang siapa yang memasuki baitullah itu maka dia akan aman, karena tempat itu telah disucikan Allah SWT”.

Maka dari itu baitullah atau artinya rumah Allah SWT (ka’bah) menjadi qiblat kita sholat secara syariat, namun secara hakikat kita berhadapan kepada Allah SWT.

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 144).

Sampai disini penjelasan saya, kini kita masuk kedalam kajian intinya yaitu ka’bah tempat yang aman, sehingga didalam hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa syaitan itu tidak akan sampai ke ka’bah, jangankan ke ka’bah ke tanah Masjidil Harom saja tidak mampu, dan jangankan Syaitan, Dajjal sendiri pun yang dapat memetik matahari tidak sanggup memasuki Ka’bah dan Masjidil Harom.

Dijelaskan dalam hadits Fathimah binti Qais Radhiyallahu anhuma, bahwa Dajjal mengatakan, “Lalu aku bisa keluar. Aku akan berjalan di muka bumi, maka tidak akan aku tinggalkan satu kampung pun kecuali aku singgah kepadanya dalam waktu empat puluh malam, selain Mekkah dan Thaibah (Madinah Al-Munawarah), keduanya diharamkan untukku, setiap kali aku hendak masuk ke salah satu darinya, maka Malaikat akan menghadangku dengan pedang yang terhunus yang menghalangiku untuk memasukinya, dan di setiap lorong darinya ada Malaikat yang menjaganya.”

Dan telah tetap (pada sebuah riwayat) bahwasanya Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjidil Aqsha.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Junadah bin Abi Umayyah al-Azdi, dia berkata : “Aku dan seseorang dari kalangan Anshar pergi menemui seseorang dari kalangan Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu kami berkata: “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang engkau dengarkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang bercerita tentang Dajjal… (lalu dia menuturkan hadits, dan berkata) : “Sesungguhnya dia akan berdiam di muka bumi selama empat puluh hari dalam waktu tersebut dia akan mencapai setiap sumber air dan tidak akan mencapai empat masjid: Masjidil Haraam, Masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjid al-Aqsha.”

PELAJARAN :
Kita sholat diwajibkan ke arah qiblat, begitu juga dengan berdzikir dan beramal lebih baik ke arah qiblat walaupun di khususkan berdzikir itu dimana saja bisa dan kapan saja, mau berdiri tidur dan duduk juga bisa, namun jika berdzikir didalam bertafakur di syaratkan duduk menghadap ke arah qiblat.

BERAMAL DALAM MENGAMALI AMALAN
Mungkin disaat kita mengamalkan sesuatu amalan entah itu ayat Al-Qur’an, Asma Allah, dan lain sebagainya dengan cara berdzikir, mewiridkan dan lain-lain, didalam itu terkadang kita merasakan sensasi panas, hawa dingin dan lain sebagainya, bahkan ada juga merasakan berat di badan, berat di kepala, bahkan sampai serasa pusing melayang-layang, kadang juga bisa hilang ingatan sementara, maka inilah yang dikatakan amalannya salah atau juga tata cara mengamalkannya yang salah, sehingga mengundang Jin Fasik atau energi negatif atau kesalahan internal dari aliran energi diri sendiri. Namun pada umumnya kebanyakan amalan yang tidak tepat itu mengundang jin fasik, sehingga terkadang disaat pengamalan kepala sering terasa berat dan lain-lain.

Jika sampai demikian, mari kita ambil suatu pelajaran dari Al-Qur’an, didalam ayat diatas disebutkan, ka’bah ialah Baitullah artinya rumah Allah yang disucikan sehingga Allah SWT berfirman :

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman”.

Maka dari itu ketika kepala kita berat atau sakit ketika berdzikir segera makrifatkan diri kita sedang berdzikir di dekat ka’bah atau didalamnya, (bayangkan dengan kuat seluruh diri dan jasad kita ada disana), sambil berdzikir asmaul husna contohnya : “Yaa Allah Yaa Kholik Yaa Karim”, insya Allah kepala yang tadi terasa berat, energi panas dan sebagainya yang merupakan energi jin fasik yang berusaha menguasai tubuh kita maka, seketika rasa berat dan panas itu akan hilang sekejap, namun terkadang timbul lagi dan hilang lagi (tergantung kuatnya makrifat kita yang meyakinkan diri kita ada di tanah suci tersebut). Amalan makrifat ini bisa kita jadikan amalan penyaring apakah amalan yang akan kita riyadhohkan amalan yang baik atau amalan berenergi negatif.

Makrifat ini juga insya Allah bisa menyadarkan orang yang kesurupan, dengan memegang pundak atau keningnya atau lengan dan bacalah surah-surah Al-Qur’an atau dzikirkan asma Allah sambil memakrifatkan diri kita dan orang yang sedang kesurupan tersebut berada di ka’bah, insya Allah Jin tersebut akan lari atau terbakar atas izin Allah SWT yang telah berjanji bahwa ka’bah ialah tempat yang aman.

Atau agar anda lebih yakin lagi, coba anda dekatkan foto ka’bah kepada orang yang lagi kerasukan, pasti Jin-nya teraduh-aduh walaupun masih bisa bertahan, segera juga membaca ayat dan asma-asma Allah SWT agar di izinkan Allah yang sedang kerasukan itu menjadi sembuh.

Intinya ketika kita wirid atau dzikir makrifatkan diri kita sedang berada di dekat Ka’bah, lalu ketika dzikiran fokusnya kepada asmaNya, nanti jika merasakan hal-hal yang saya sebut di atas baru kembali makrifatkan kita diberada dalam ka’bah/di luarnya. Insya Allah dalam seketika hal-hal tersebut hilang. Baru dilanjutkan dzikiran fokus kepada Allah SWT. Namun biasanya jika suatu asma atau ayat sudah duduk didalam dada, insya Allah tanpa makrifat lagi gangguan-gangguan itu sudah tiada lagi, Wallahu a’lam.

Barokallah Fik, Semoga Bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

0 komentar:

Posting Komentar