Selasa, 19 Juli 2016

SATU KALI DZIKIR SIRR SEBANDING DENGAN 35 JUTA DZIKIR LISAN

Dzikir atau mengingat Tuhan memiliki banyak pengaruh positif dan konstruktif pada kejiwaan dan moral manusia dimana mengingat Tuhan (dzikrullâh) bagi hamba adalah pencerah hati, penenang kalbu, takut dari (maksiat kepada) Tuhan, pengampun dosa, membuahkan ilmu dan kebijaksanaan adalah beberapa pengaruh yang dituai dari zikir. Biasanya, dzikir dibagi menjadi dzikir kalbu dan dzikir lisan dimana dzikir lisan disebut sebagai “wirid” Dzikir dalam artian sebenarnya bermakna mengingat dan dari sudut pandang ini, setiap eksisten, tergantung pada tingkatan wujudnya, berada pada tingkatan khusus zikir dan mengingat Tuhan.

Setiap manusia, sesuai dengan teraju pengetahuan dan makrifatnya, terhadap sumbernya merupakan tingkatan dari zikir kepada Tuhan atau melupakan identitas aslinya yang juga merupakan tingkatan lain dari zikir. Dengan demikian manusia paripurna (insan kamil) merupakan jelmaan dan manifestasi puncak dalam mengingat Tuhan (zikrullah) dimana salah satu nama Rasulullah Saw adalah dzikir.

Wirid atau mengingat Tuhan baik dalam syariat juga dalam Irfan sangat mendapatkan perhatian khusus. Tujuan dari wirid ini adalah untuk mengingatkan manusia kepada Tuhan dan menghidupkan kalbu dengan mengingat-Nya. Sepanjang dzikir dan mengingat ini berlangsung maka pelbagai tirai dan hijab antara dzikir (yang mengingat) dan madzkur (yang diingat) akan tersingkap. Karena itu, jalan dzikir-dzikir dalam Irfan juga merupakan sebuah pendahuluan untuk sampai pada tujuan besar yaitu tersedianya kapasitas yang diperlukan untuk menyingkirkan pelbagai hijab alam dunia (katsrat) dan kegelapan dalam diri seorang salik (pejalan yang meniti lintasan menuju Tuhan).

Dzikir bermakna mengingat yang dialirkan melalui lisan, melalui kidung, pujian, doa dan wirid dan sebagainya. Dalam tuturan-tuturan para arif, zikir  bermakna mendisiplikan amalan, menjaga, taat, shalat, Quran, dan seterusnya.

Salah satu jelmaan terindah hubungan kasih dengan Tuhan dan merupakan jalan fundamental sair dan suluk adalah dzikir. Dzikirullah (mengingat Tuhan) adalah mengingat entitas wujud manusia yang terbatas dan berada dalam lintasan mengingat nama-nama Tuhan dan kontinuitasnya. Mengingat Tuhan akan mengeliminir segala dosa dari hati manusia, lantaran lalai dan lupa dari mengingat Tuhan akan menodai dan melegamkan hati manusia.

Berangkat dari sini, salah satu risalah para wali Allah dan kitab-kitab samawi adalah melenyapkan kelegaman dan noda ini. Atas dasar itu, “dzikir” disebut sebagai salah satu sifat Rasulullah SAW dan sebuah nama dari nama-nama Al-Qur’an. Sebagaimana Al-Qur’an menyinggung sifat dzikir ini bagi Rasulullah SAW, “Qad anzalallah ilaikum dzikro Rosulan yatlu alaikum ayatillah…" (Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, dan (mengutus) seorang rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah”. (QS. Thalaq [65]: 10-11).

Demikian juga salah satu nama Al-Qur’an adalah dzikir sebagaimana hal itu dinyatakan dalam, "Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun." (Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya)”. (QS. Al-Hijr [15]:9).

Alasan penamaan Rasulullah SAW dan Al-Qur’an sebagai dzikir lantaran keduanya mengingatkan manusia kepada Allah SWT, lantaran mengingatkan bergantung pada pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan para nabi dan kitab-kitab samawi inilah yang telah berhasil menyingkirkan tirai kelalaian dan kelupaan dari hati mereka dan memendarkan cahaya Ilahi atasnya. Karena itu, mengingat Tuhan akan melesakkan manusia kepada puncak spiritual meninggalkan penjara dunia dan menghidupkan harapan pada manusia dan melenyapkan segala putus asa dan putus harapan mansuia atas kesempitan kehidupan dunia materi dan kalkulasi-kalkulasi manusiawi.

Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah di ingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima juta ucapan-ucapan (dzikir) lisan. Itulah dzikir hati atau dzikir sirr.

Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua terhubung ke jantung. Jika Nama Allah diucapkan bahkan sekali saja (dengan hati) maka semua yang mengalir mengucapkan juga.

Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Dzarr! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan!”, Abu Dzarr bertanya : “Apa itu khamilan..?

Sabda Rasul : “Khafi (dalam hati)” (Mizan al-Hikmah 3 : 435).

Tahap pertama zikir adalah zikir lisan. Kemudian zikir qolbu yang cenderung di upayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri.

Inilah rahasia dari sabda Nabi SAW : ”Siapa ingin bersenang-senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah”

Tanda bahwa sebuah zikir sampai pada sirr (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.

Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup.

Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala. Zikir yang masuk ke dalam sirr terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum.  Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.
Ketahuilah, setiap zikir yang disadari oleh qolbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.

Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran qolbu bersama Allah disebut zikir qolbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Zikir Sirr. Itulah yang disebut dengan Zikir Khafiy.

Allah SWT berfirman: “Dan berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS. Al-A’Raaf [7]: 205).

Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud dengan gerakan qolbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah.

Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan konsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan qolbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.

Allah SWT berfirman: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram..” (QS. Ar-Ra’ad [13]: 28).

Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu. Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan qolbumu, kemudian dengan nafasmu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu.

Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan qolbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau berzikir dengan nafasmu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu.

Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah (Arsy) beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan sirrmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir tersebut bersambung dengan zatNya.

Al-Imam Al-Baqir dan Imam Ash-Shadiq Ra berkata : “Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman : “Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri”


Didalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. “ (Al-Hadits).

Bila sang hamba mampu melanggengkan Zikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan dari nama-namaNya maka ia akan merasakan kehadiranNya di semua tempat dan merasakan pengawasanNya dan jutaan nikmat-nikmatNya.

Perasaan akan kehadiranNya ini akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat. Jika di hadapan anak yang sudah akil baligh saja manusia malu untuk berbuat dosa dan membuka auratnya, maka bagaimana ia tidak malu untuk membuka auratnya dihadapan Sang Khaliq..?

Mengapa kita tidak merasa sungkan dan malu berbuat hal-hal yang tidak layak di hadapan Sang Khaliq..? Itu karena keyakinan kita atas kehadiranNya di setiap eksistensi tidak sebagaimana keyakinan kita ketika kita melihat kehadiran sang anak yang akil baligh tersebut.

Apabila kita ingin mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan Zikir Khafi sampai pada suatu tahapan di mana hati kita berzikir secara otomatis seperti gerak detak jantung dan tarikan-tarikan nafas kita (yang tidak kita kendalikan).

Imam Ali Zainal Abidin Ra di dalam doanya :
“Ilahi, Ilhamkanlah kepada kami Zikir kepadaMu, di kesendirian maupun di keramaian, di malam hari maupun di siang hari, secara terang-terangan, maupun secara rahasia (sembunyi), di saat gembira maupun di saat kesusahan, jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berzikir al-khafi “ (Bihar al-Anwar 94 : 151).

Banyak orang muslim belum mengetahui amalan yang tinggi ini, selama ini mereka hanya mengerjakan hal-hal yang biasa dilakukan turun-temurun dan yang di Ajarkan di dayah atau madrasah, namun melupakan inti saripati Islam Yang Hakiki.

Didalam Hadist yang dicatat pada kitab Sunan At Tirmidzi Hadist ke 30, Abu Sa’id Al Khudri menjelaskan sabda Rasulullah tentang golongan paling utama di sisi Allah. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, “Golongan siapakah yang paling utama di sisi Allah pada hari Kiamat nanti..?”

Rasulullah SAW menjawab: “Orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah.”

Mendengar itu, Abu Sa’id Al Khudri r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan para pejuang di jalan Allah...?”

Rasulullah saw. menjawab, “Meskipun dia behasil menghujamkan pedangnya kepada orang-orang kafir dan musyrik sehingga mereka terluka dan berlumuran darah, tetap saja orang-orang yang berzikir kepada Allah lebih utama dari dirinya (pejuang di jalan Allah).”

Kemudian Selanjutnya Hadits 31 Memperkuat lagi:
Dalam Sunan Ibnu Majah, Abu Ad Darda` r.a. menjelaskan keutamaan zikir sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw., “Maukah aku beri tahu kalian tentang suatu amal paling baik, paling suci dalam pandangan Allah, paling tinggi tingkatannya, bahkan amal itu lebih baik dari sedekah kalian yang berupa emas ataupun perak dan lebih baik daripada saat kalian bertemu dengan musuh hingga kemudian kalian memenggal kepalanya (jihad di jalan Allah)..?”

Para sahabat menjawab: “Tentu kami bersedia, wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW melanjutkan: “Amal itu adalah zikir kepada Allah.”

Al Hakim Abu Abdullah dalam kitab Mustadrak mengatakan, “Sanad hadits ini Sahih.”

Ada banyak sekali bentuk dzikir kepada Allah, jadi bagaimana amalan yang dimaksud oleh Rasullullah tersebut? sementara semua orang juga berzikir, zikir serperti apa yang dimaksud?
Untuk menjawab tersebut mari kita baca hadist Rasulullah berikut ini:

“Tiada akan datang Kiamat, kecuali kalau di muka bumi tidak ada lagi orang yang membaca Allah, Allah (Dzikir Allah, Allah jelas dan tegas sebagai penangkal Kiamat jagad ini)”. (HR Muslim).

Bahkan pada suatu ketika Nabi pernah membai’at dan menalqin kepada diri sahabat Ali bin Abi Thalib, sebagaimana yang diterangkan di dalam Hadits shahih yang muttashil sanadnya, yaitu : “Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah : “Hai Ali, pejamkan kedua matamu dan tempelkan sepasang bibirmu serta lipatkan lidahmu pada langit-langitan mulut dengan berdzikir Allah, Allah, Allah di dalam Lathifah dari Lathaif tujuh” (HR Thabrani dan Baihaqi).

Dilain waktu Rasul bersabda : “Dari Ali Karamallahu Wajhah : Aku katakan ya Rasulullah, manakah jalan Metodologi yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah-mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah? Maka Jawab Rasul SAW : “Ya Ali penting atas kamu berkenalan/senantiasa berdzikir kepada Allah”. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir pada Allah. Maka Rasul bersabda : “Ya Ali, tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah, Allah”. Maka Sahut Ali, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasul? Maka Sabda Rasul SAW : “Pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali. Kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan”.

Maka sejenak Rasul mengucapkan : “Laa Ilaaha Illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup. Kemudian Alipun mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah seperti demikian. Ajaran tersebut kemudian syayidina Ali ajarkan pula kepada hasan Basri dan dari Hasan Basri diajarkan kepada Al Habib Al Ajay, dari Al Habib diajarkan kepada Daud Athaiy, dari Daud diajarkan kepada Al Makruf Al Karaci dan dari Al Makruf kepada Assuraa, dan kemudian dari Assuraa kepada Al Junaid (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Teknik berzikir ini sudah lama diamalkan oleh para sufi, para wali dan para ulama pewaris nabi, karena sangat halus dan tingginya zikir ini sehingga tidak semua orang bisa mengamalkannya dengan sempurna apalagi tanpa dibimbing oleh guru yang sah.

Zikir ini dilakukan didalam hati, perhatikan hadist diatas.. “pejamkan mata”, “tempelkan sepasang bibirmu”, “lipatkan lidahmu pada langit-langitan mulut” lalu ucapkan Allah Allah, itu artinya bukan fisik kita yang berzikir namun ruhaniah kitalah yang dituntut untuk berzikir dengan mematikan panca indra. Dan ini memerlukan latihan khusus (suluk) serta bimbingan Guru Mursyid.

Berhubung yang berzikir adalah ruh kita tentu gangguan gaib juga akan banyak muncul, bisa jadi gangguan itu berupa jin yang berupa sangat jelek atau jin yang mengaku wali Allah sehingga jika tidak di bimbing oleh guru yang sah maka bisa jadi kita disesatkan oleh iblis.

Didalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kita untuk melakukan zikir didalam hati. Allah SWT berfirman: “Dan berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS 7 : 205).

Pada riwayat yang lainnya disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal“ (Al-Hadits).

PENGARUH ZIKIR
Mengingat Tuhan (dzikrullah) adalah hubungan spiritual seorang hamba pesalik dengan Rabb Malik. Hubungan ini memiliki efek dan pengaruh yang sangat menakjubkan dimana masing-masing dari efek tersebut sangat berperan dalam mengerangka dan mengonstruksi mental dan moral manusia. Sebagian efek dan pengaruh penting tersebut adalah sebagai berikut :

1. MENGINGAT TUHAN BAGI HAMBA
Efek pertama mengingat Tuhan dan dzikrullah adalah Tuhan juga mengingat manusia, “Fadzkuruni adzkurkum..” (Ingatlah aku, Aku akan mengingatmu), (QS. Al-Baqarah [2]:152).

Karena itu, pada ayat ini zikir Tuhan kepada hamba bersyarat pada zikir hamba kepada Tuhan. Dari ayat ini satu poin penting yang dapat dipahami yaitu dua gambaran zikir dari sisi Tuhan: Pertama, zikir umum. Kedua, zikir khusus.

Zikir umum adalah petunjuk umum Ilahi yang mencakup seluruh makhluk dan entitas serta tidak terkhusus pada kelompok tertentu dan buktinya zikir umum terdapat di seantero alam. Zikir tersebut merupakan anugerah dan pemberian beragam Tuhan kepada seluruh makhluk. Dan zikir ini yang merupakan emanasi intens Ilahi yang sekali-kali tidak akan terputus. Akan tetapi zikir khusus terkait dengan para hamba khusus Tuhan dan dzâkir (pengingat) dan satu model perhatian dan kepedulian (inâyah) dari sisi Tuhan.

2. PENERANG HATI
Allah SWT menjadikan zikir kepadanya sebagai penerang dan hidupnya hati. Imam Ali R.a dalam nasihatnya kepada Imam Hasan Mujtaba dalam suratnya kepada putranya menulis, Bahwa sebelum segala sesuatunya hendaknya memikirkan bagaimana menghidupkan hati: “Fa-inni ushika bitaqwallahi Ya Bunayya! Wa Luzumu amrih wa imaratun qalbik bidzikrih”. Aku menasihatkan kepadamu  nanda untuk bertakwa dan menjalankan perintah-perintah Tuhan, menghidupkan hati dan ruh dengan berzikir kepada-Nya…”

Satu faktor yang paling berpengaruh mengobati matinya hati dan untuk menghidupkannya kembali adalah berlindung dengan berzikir kepada Allah SWT. Dzikrullaah (mengingat Allah) adalah cahaya dan intens melakukan zikir akan menyelamatkan hati dari kegelapan, keputus asaan dan kekerasan hati. Serta memberikan kehangatan dan keceriaan padanya. Hasil zikir dapat kita jumpai pada tuturan Imam Ali As: “Innallaha ta’ala ja’ala al-dzikri jila’an lil qulub tusma’u bihi ba’da waqro dan tubshir bih ba’da usywat wa tanqodu bihi ba’dal mu’anid”. Allah SWT menjadikan zikir (kepadaNya) sebagai penerang hati dan hasil (dari zikir) adalah telinga akan mendengar setelah ketulian, mata akan melihat setelah kebutaan, dan melalui zikir hati akan tenang dan taat setelah pembangkangan dan permusuhan.”

3.  KETENTRAMAN HATI
Pengaruh positif ketiga mengingat Allah adalah ketentraman hati manusia. Sesuai dengan ungkapan Al-Qur’an, tuma’ninah dan sukun al-qalb adalah salah satu pengaruh lansung dzikrullah, “Alladzina Amanu tathmainnu qulubuhum bidzikrillah ala bidzikrillahi tathmainnul qulub”  (Mereka adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram, (QS. Al-Ra’ad [13]:28).

Mengingat Tuhan merupakan obat maknawi segala jenis stress dan depresi dimana dalam pandangan para psikolog sebab-sebab stress dan depresi adalah: takut, masa depan yang suram, ketakutan untuk kalah, ketakutan terhadap penyakit dan kerisauan-kerisauan terhadap faktor-faktor natural. Terlepas dari depresi, tuntutan untuk hidup tentram dan tenang berakar pada fitrah manusia dan pada nurani manusia terpendam tuntutan untuk hidup tentram dan kebanyakan aktifitas manusia sejatinya untuk menjawab seruan Ilahiah fitrah ini.

Tatkala manusia menengok kehidupan pribadi dan kehidupan orang lain di sekeliling kita, kita saksikan bahwa kebanyakan tujuan perbuatan kita adalah untuk sampai pada mutiara berharga berupa ketentraman ini . Artinya manusia sepanjang hidupnya, selama hayat di kandung badan, berupaya untuk sampai pada ketenangan dan ketentraman (serenitas). Pada poin ini tidak terdapat perbedaan di antara manusia, akan tetapi perbedaan mencuat ke permukaan tatkala ktia ingin menentukan dan mengidentifikasi apa saja yang mendatangkan ketenangan dalam kehidupan manusia.

Terdapat banyak orang memandang bahwa mutiara berharga ini terpendam pada mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta dan hidup sejahterah. Sebagian lainNya meyakini terkandung pada status sosial dan ketenaran dan seterusnya. Akan tetapi Al-Qur’an menandaskan bahwa satu-satunya jalan untuk meraup ketenangan adalah dengan mengingat Allah Swt. “Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub.” Dan terkait dengan shalat, Allah SWT berfirman, “Aqimis-shalat lidzkri.” (Tunaikanlah shalat untuk mengingatKu, (QS. Thaha [20]:14).

4. TAKUT KEPADA ALLAH
Di antara pengaruh positif dan konstruktif lainnya mengingat Allah SWT adalah berseminya ketaqwaan dan sifat takut kepada Allah Swt. Al-Qur’an menandaskan, “Innama al-Mu’minuna alladzina idza dzakarollahu wajilat qulubuhum…” (Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka,  (QS. Al-Anfal [8]:2).

5. PENGAMPUNAN DOSA-DOSA
Di antara pengaruh dan buah ukhrawi mengingat Allah SWT adalah ampunan Ilahi yang akan diperoleh orang-orang yang mengingat Tuhan (dzakirun billah) dan di samping itu, Allah Swt menjanjian ganjaran dan pahala besar kepada mereka. Al-Qur’an dalam hal ini menyatakan, “Wa al-Dzakirinallah katsiron wa al-Dzakirotu a’addalloh lahum maghfirotan wa ajron azhima.” (Dan Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar). (QS. Al-Ahzab [33]:35).

Allah Swt menjadikan berbagai amalan dan jalan sebagai media pengampunan para hamba. Dan siapa saja dengan media tersebut memohon ampunan. Salah satu media tersebut adalah mengingat Allah Swt.

6.MENUAI HIKMAH DAN ILMU
Salah satu pengaruh positif lain dari zikir adalah kematangan akal, kesempurnaan dan kebijaksanaan (wisdom). Zikir menyebabkan semakin bertambahnya fakultas pemahaman manusia dan kematangan pemikiran. Jiwa manusia memiliki kelayakan untuk merefleksikan hakikat-hakikat ghaib pada dirinya dan Allah Swt akan memberikan pertolongan pada pikiran dan akal orang-orang ini. Realitas ini dituturkan oleh Imam Ali Ra dalam perkataannya :  “Allah Swt dengan segala nikmatnya yang agung pada setiap masa dan waktu ketika tidak ada nabi, memiliki orang-orang yang berbisik-bisik denganNya dalam pikiran-pikiran mereka, dan berbicara melalui pikiran mereka. Mereka adalah pelita hidayah yang menghidupkan dengan cahaya kesadaran pada telinga, mata dan hati”.

Dengan membaca secara seksama urutan ayat dan hadits diatas tentu kita sudah meyakini benar betapa tingginya amalan zikir sir ini, amalan para wali, amalan para pembawa islam ke Indonesia dan menyebarkan Islam keseluruh Nusantara yang kini mulai disamarkan oleh musuh-musuh Islam baik dari dalam maupun dari luar.

Marilah kita berdoa semoga kita mendapat petunjuk dan menemukan Guru yang bisa membimbing kita secara lahir dan batin menuju Ridha Allah SWT.

Semoga bermanfaat, Barokallahu Fik.

0 komentar:

Posting Komentar