Senin, 17 Agustus 2015

Sejarah Patung Pahlawan atau Tugu Tani

patung-pahlawan
Patung Pahlawan
Patung pahlawan atau disebut juga tugu tani adalah sebuah patung yang terbuat dari perunggu dengan figur satu orang pria bercaping dan seorang wanita yang terletak di dekat stasiun Gambir Jakarta. Patung ini dibuat oleh dua orang pematung kesohor di Rusia, Matvey Manizer dan Ossip Manizer, sebagai hadiah dari pemerintah Uni Soviet atas persahabatannya dengan Indonesia. Makna dari gedung tersebut berbeda-beda dari segi simbol maupun historis.

Secara kenampakan, tugu tani berwarna hitam pekat dengan bahan terbuat dari perunggu dengan figur seorang wanita, bersanggul dan mengenakan kebaya, memberikan perbekalan makan kepada figur seorang pria yang berdiri tegak dengan mengenakan caping, topi yang biasa digunakan golongan petani di Indonesia dengan senjata berlaras panjang lengkap dengan belati. Patung ini mencitrakan sebuah keluarga yang pergi berjuang untuk kebebasan. Di alas patung tersebut tertulis “Hanya Bangsa yang Dapat Menghargai Pahlawan-pahlawannya yang Dapat Menjadi Bangsa Besar”

Alasan pembuatan patung tugu tani dari segi sejarahnya berbeda-beda, tetapi ada dua versi latar belakang pembuatan patung ini.  Yang pertama, patung tugu tani dibuat atas inspirasi ketika Soekarno berkunjung ke Uni Soviet tahun 1922.  Saat itu di Negara Rusia terjadi pergolakan antara kaum yang pro sistem kekaisaran Rusia dengan kaum komunis. Hal ini mengingatkan dia dengan keadaan di Indonesia dia pun mencari pembuat patung untuk membuatkan monumen demi menghargai perjuangan para buruh tani dalam gerakan G 30 SPKI . 

Sedangkan versi lain mengatakan asal-usul pembanguna tugu tani berhubungan dengan pengklaiman daerah Irian barat, bukan tentang gerakan kaum komunis di Indonesia.  Dalam sebuah buku diceriatakan bahwa Sukarno menginginkan tugu tani dibuat untuk memperingati perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan Irian barat yang selama ini dikuasai oleh Belanda hingga 1963.

Sedangkan proses pembuatan patung hingga menyerupai seorang petani dan wanita diperoleh dari perjalanan Manizer ketika mengunjungi Indonesia pada tahun 1960.  Kala itu, dia mendengar cerita tentang kisah seorang ibu yang mendukung anaknya untuk berperang demi negaranya, dan mengingatkan anaknya untuk jangan pernah meninggalkan orang tuanya. Kembali ke Uni Soviet, Ia bersama rekannya membuat patung tersebut sebagai kenang-kenangan.

Intrepretasi
Gaya simbol komunisme dalam pembuatan patung ini tampak dari figur wanita yang merendah dan penurut, sedangkan si pria membusungkan dada, atletis dan berpostur heroik. Tampilan seorang petani berpakaian tentara, lengkap dengan senjata mengacung ke atas adalah unsur elemen kuat yang merepresentasikan ideologi kaum komunis.  Patung tugu tani sempat diusulkan untuk dirubuhkan mengingat sejarah dan makna yang terkandung di dalamnya, karena setiap hal yang berhubungan dengan komunis dianggap sensitif dan tabu. Namun, permintaan tersebut dibantah dikarenakan patung itu merupakan simbol bermakna sejarah perjuangan ideologi bangsa Indonesia.

1 komentar: