Saudaraku pembaca Blog Napak Tilas, sebagai umat muslim kita mengenal adzan yang merupakan suatu panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya shalat
fardu. Tetapi, agama lain yang merupakan sekte di luar Islam juga
menggunakan adzan versinya sendiri yang sudah di revisi misalnya agama
Syiah dan Ahmadiyah. Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap shalat lima waktu.
Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad
mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara
memberitahu masuknya waktu shalat dan mengajak orang ramai agar
berkumpul ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah.
Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu
shalat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang
yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan
supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.
Ada lagi yang mengusulkan supaya
dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Ada
seorang sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu shalat tiba, maka segera dinyalakan api
pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ke
tempat itu, atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun berada
di tempat yang jauh. Yang melihat api itu, hendaklah datang menghadiri
shalat berjamaah.
Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi. Tetapi, dia menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah). Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab
jika ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim
untuk shalat pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini bisa
diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad juga menyetujuinya.
- Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar" - Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah" - Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah" - Hayya alash sholah (2 kali)
"Mari menunaikan shalat" - Hayya alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan" - Ashsalatu khairum minan naum (2 kali)
"Shalat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh) - Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar" - Lailaha ilallah (1 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"
Lafal adzan agama syi'ah (bukan Islam).
- Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar" - Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah" - Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)
"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah" - Asyhadu anna Aliyyan Waliyyullah (1 kali)
"Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah" - Hayya alash sholah (2 kali)
"Mari menunaikan salat" - Hayya alal falah (2 kali)
"Mari meraih kemenangan" - Hayya ala khairil 'amal (2 kali)
"Mari berbuat amal kebaikan" - Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali)
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar" - Lailaha ilallah (2 kali)
"Tiada Tuhan selain Allah"
Nah, saudara pembaca yang perlu kalian ketahui ada lima amalan yang mestinya diamalkan ketika anda mendengar adzan. Lalu apa saja lima amalan itu...?
(1) Mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin.
(2) Bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Allahomi sholli ‘ala Muhammad atau membaca shalawat ibrahimiyyah seperti yang dibaca saat tasyahud.
(3) Minta pada Allah untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wasilah dan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah: Allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah …
(4) Membaca: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash.
(5) Memanjatkan doa sesuai yang diinginkan. (Lihat Jalaa-ul Afham hal. 329-331).
Dalil untuk amalan nomor satu sampai dengan tiga disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang
diucapkan oleh muadzin. Kemudian bershalawatlah untukku. Karena siapa
yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya
(memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali. Kemudian mintalah
wasilah pada Allah untukku. Karena wasilah itu adalah tempat di surga
yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang
mendapatkannya. Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah
yang berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 384).
Adapun meminta wasilah pada Allah untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam disebutkan dalam hadits dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ
وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ،
حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan ‘allahumma robba
hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil
wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah’
[Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat
yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang
tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah
beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah
Engkau janjikan padanya], maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” (HR.Bukhari no. 614 ).
Ada juga amalan sesudah mendengarkan azan jika diamalkan akan mendapatkan ampunan dari dosa. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً
وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا. غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
“Siapa yang mengucapkan setelah mendengar azan: Asyhadu alla
ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa
rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami
diinaa (artinya: aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha sebagai Rabbku, Muhammad
sebagai Rasul dan Islam sebagai agamaku), maka dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim no. 386).
Dari Abdullah bin Amr bahwa seseorang pernah berkata, “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya muadzin selalu mengungguli kami dalam pahala
amalan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
قُلْ كَمَا يَقُولُونَ فَإِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهْ
“Ucapkanlah sebagaimana disebutkan oleh muadzin. Lalu jika sudah
selesai kumandang adzan, berdoalah, maka akan diijabahi (dikabulkan).” (HR. Abu Daud no. 524 dan Ahmad 2: 172. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Artinya, doa sesudah adzan termasuk di antara doa yang di ijabahi.
Setelah menyebutkan lima amalan di atas, Ibnul Qayyim berkata, “Inilah lima amalan yang bisa diamalkan sehari semalam. Ingatlah yang bisa terus menjaganya hanyalah as saabiquun, yaitu yang semangat dalam kebaikan.” (Jalaa-ul Afham, hal. 333).
Mari kita amalkan walaupun sederhana, yang penting rutin dan istiqamah. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi: Jalaa-ul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibni Katsir, cetakan kedua, tahun 1432 H.
0 komentar:
Posting Komentar