Oktober 2025 - Perisai Mukmin Sejati

PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Channel youtube berbagi kumpulan shalawat nabi dan dzikir serta kisah islami

SHALAWAT SULTHON MAHMUD AL-GHOZNAWI

Sekali Baca = 300.000 Shalawat! Shalawat Sulthon Mahmud Al-Ghoznawi | Dahsyatnya Keutamaan!

THORIQOH SAMMANIYAH ABAH GURU SEKUMPUL

Dzikir Paling LANGKA Dalam 100 Tahun | Hanya Diberikan Kepada 1 Orang

Ustadz Abdul Shomad Lc MA

Amalan Penghapus Dosa dan Mengangkat Derajat

Ijazah Membuka Sesuatu yang tertutup

Ijazah amalan dari Habib Syech untuk membuka sesuatu yang tertutup

KEUTAMAAN DAN BERKAH MANDI DI WAKTU FAJAR

keistimewaan mandi fajar yaitu mandi pada pagi hari sebelum adzan subuh yang sebagian orang tidak mengetahuinya.

HAJAT TERKABUL DENGAN ISTIQOMAH SHALAT TASBIH

Memohon hajat yang sulit agar terkabul dengan barokah melaksanakan shalat tasbih

20 Oktober 2025

Doa Agar Mendapat Keridhoan Allah

Doa Agar Mendapat Keridhoan Allah

Dalam dzikir Al-ma’surat terdapat sebuah doa yang berbunyi : “Radhitu Billahi Rabba, Wa Bil islami Dina, Wabi Muhammadiin Nabiyya Wa Rasula” (Aku Ridho Allah Subhanahu wata'ala sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagai nabi dan rasulku). Kalimat doa ini sebenarnya bukanlah hanya sekedar ungkapan semata, namun lebih pada sebuah IKRAR yang diucapkan seorang hamba tuk dapat meraih Ridha Allah. Dalam menggapai ridha Allah seorang hamba haruslah menaiki semua anak tangga terlebih dahulu yaitu ridho kepada Allah Subhanahu wa ta'aala, ridho kepada Islam, dan ridha kepada Nabi. Ketika semua telah dilalui maka Insya Allah ridha Allah pun akan diraih.

Menurut ahli hadits, Ridho menyeluruh yang di ikrarkan seorang muslim dan muslimah harus terbukti nyata dengan berdiri tegak di atas 6 prisnsip:

1️⃣Makrifatullah (Mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala)
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ

"Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah".(QS. Muhammad [47]: 19)


“Diceritakan dari sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mati sedang dia mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah maka dia masuk Surga” (HR. Muslim)
2️⃣Taslimullah (Pasrah kepadaNya)
وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗٓ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰىۗ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

"Siapa yang berserah diri kepada Allah dan dia seorang muhsin, maka sungguh dia telah berpegang teguh pada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.".(QS. Luqman [31]: 22)


“Diceritakan dari sahabat Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu anhu, ia berkata: "Sesungguhnya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam : bagaimana Muslim terbaik itu..?, beliau menjawab: “Orang yang orang-orang muslim (lain) selamat dari lisan dan tangannya”.(HR. Muslim dan Bukhori 20)
3️⃣Kaffatul Islam (Islam paripurna), Kesempurnaan islam baik dari sisi sosial, sisi spiritual, dan lain-lain
4️⃣Al-Ittiba (Mencontoh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam)
5️⃣Al-Istima (Patuh dan tunduk)
6️⃣Mahabbatur Rasul (Cinta Rasul)

Prinsip-prinsip dasar inilah yang akan mengantarkan kita menuju keridhoan Allah Subhanahu wa ta’aala. Maka, tak ada lagi kata malas untuk membaca doa ini pagi dan sore, kemudian juga diperhatikan apakah kita sudah menaiki anak-anak tangga yang dilandaskan dari 6 prinsip yang tadi sudah kita bahas. Mari teruslah semangat tuk meraih ridha Allah.

Adapun Doanya sebagai berikut:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَ رَسُولًا

RODHIITU BILLAAHI ROBBAA, WA BIL ISLAAMI DIINAA, WABI MUHAMMADIN SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAM NABIYYAA WA RASUULA

"Artinya: Saya ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan) kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul kami."


Al-faqir ijazahkan doa/amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya dan ingin mendapatkan keridhoan Allah SWT, doa/amalan tersebut diatas dibaca sehabis sholat subuh 3x dan sehabis shalat maghrib 3x, doa/amalan tersebut ada juga didalam Wirdul Lathif, Ratib Al Haddad, Ratib Al Attas, dan lain sebagainya.

Dalilnya:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ عَنْ سَابِقٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ إِنْسَانٍ أَوْ عَبْدٍ يَقُولُ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Mis’ar telah menceritakan kepada kami Abu 'Aqil dari Sabiq dari Abu Sallam pembantu Nabi shallallahu alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah seorang muslim atau manusia atau seorang hamba berkata ketika menjelang sore dan pagi hari; "Radhiitu billahi rabba wabil islaami diina wabi Muhammadi nabiyya (aku ridla kepada Allah sebagai Robbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Nabi), kecuali Allah berhak untuk meridlainya pada hari kiamat". (HR. Ibnu Majah No.3860)


حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ قَاضِي وَاسِطٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقَالُوا هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسسَلَّمَ لَا يَتَدَاوَلُهُ بَيْنَكَ وَببَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu 'Aqil Qadli Wasith, dari Sabiq bin Najiyah dari Abu Sallam ia berkata; Seorang laki-laki berjalan melewati Masjid Himsh, maka orang-orang pun berkata, "Orang ini adalah Khadimnya Nabi shallallahu alaihi wasallam." Maka saya pun beranjak ke arahnya dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah Anda dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tanpa seorang perantara pun." Ia pun berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim membaca, 'RADHIITU BILLAHI RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridla Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku)". saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat."(HR. Ahmad No.18199)


حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ عَنْ سَابِقٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ عَنْ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّببِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَالَ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا حِينَ يُمْسِي ي ثَلَاثًا وَحِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثًا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَننْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Telah menceritakan kepada kami Waki' Telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari Abu 'Aqil dari Sabiq dari Abu Sallam dari Khadim Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: ""Barangsiapa yang mengatakan, 'RADHIITU BILLAHI RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, maka wajib bagi Allah untuk meridlainya pada hari kiamat."(HR. Ahmad No. 18200)


حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ هَاشِمِ بْنِ بِلَالٍ ععَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ قَالَ أَبُو النَّضْرِ الْحَبَشِيُّ قَالَ مَرَّ بِهِ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقِيلَ هَذَا خَدَمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ فَقَالَ حَدِّثْنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَتَدَاوَلْهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِححُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ

Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Qasim Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Aqil Hasyim bin Bilal dari Sabiq bin Najiyah dari Abu Sallam dalam riwayat lain, telah berkata Abu An Nadlr Al Habasyi ia berkata; Seorang laki-laki melewatinya di Masjid Himsh, kemudian dikatakanlah bahwa, "Ini adalah orang yang pernah menjadi Khadim (pelayan) Nabi shallallahu alaihi wasallam." Maka ia pun beranjak mendatangi laki-laki tersebut dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah Anda dengar langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan tidak seorang pun memperantarai antara kamu dan beliau." Laki-laki itu pun berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba memasuki waktu sore dan pagi hari, kemudian ia membaca, 'RADHIITU BILLAHI RABBAA, WA BIL ISLAAMI DIINAA, WA BIMUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM NABIYYAA (Aku rela Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai Nabi-ku).' sebanyak tiga kali, kecuali telah menjadi keharusan bagi Allah untuk meridhainya."(HR. Ahmad No.18201)


حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ أَنَّهُ كَانَ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقَالُوا هَذَا خَدَمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ فَقَالَ حَدِّثْنِي بِحَدِيثٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَتَدَاوَلْهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ

Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Aqil dari Sabiq bin Najiah dari Abu Sallam Bahwasanya suatu ketika ia berada di masjid Himsha, lalu ada seorang laki-laki melewatinya. Orang-orang lalu berkata, "Ini ada pembantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam!" maka ia pun berdiri menuju laki-laki tersebut dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang engkau dengar secara langsung tanpa perantara orang lain. laki-laki itu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengucapkan saat datang waktu pagi dan waktu sore: "RADHIINA BILLAHI RABBAN WA BIL ISLAAMI DIINAN WA BIMUHAMMADDIN RASUULAN (kami ridha Allah sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad sebagai rasul kami), kecuali telah wajib bagi Allah untuk meridhainya."(HR. Abu Daud No.4410)

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang hampir sama dengan doa tersebut diatas. Semoga Bermanfaat.

Riwayat Prabu Siliwangi Raja Agung dari Pajajaran yang Melegenda

Silsilah Prabu Siliwangi, Raja Agung dari Pajajaran yang Melegenda

Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi adalah salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah Nusantara, beliau sosok raja besar yang dikenang sepanjang masa dalam sejarah Sunda dan Nusantara. Namanya selalu dikaitkan dengan kebijaksanaan, keberanian, dan kejayaan Kerajaan Pajajaran. Beliau dikenal bukan hanya sebagai penguasa bijaksana dari Kerajaan Pakuan Pajajaran, tetapi juga sebagai seorang Muslim sejati dan Wali Allah yang mencapai derajat makrifat.

Kisah hidupnya sarat dengan nilai-nilai ketauhidan, kepemimpinan, dan kebijaksanaan spiritual yang menjadi teladan bagi umat hingga kini. 

Namun, tahukah kamu bagaimana silsilah dan asal usul Prabu Siliwangi sebenarnya.?

Artikel ini akan membahas secara lengkap garis keturunan Prabu Siliwangi berdasarkan naskah-naskah kuno dan tradisi lisan masyarakat Sunda.

Asal Usul dan Nama Asli Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi bukanlah nama asli, melainkan gelar kehormatan yang berarti "Raja yang harum namanya ke seluruh negeri". Nama aslinya adalah Sri Baduga Maharaja, yang memerintah Kerajaan Sunda Pajajaran pada sekitar tahun 1482–1521 Masehi.

Ia dikenal sebagai raja besar yang membawa masa keemasan bagi kerajaan Pajajaran, dengan pusat pemerintahan di Pakuan Pajajaran (sekarang sekitar Bogor, Jawa Barat).

Prabu Siliwangi berasal dari garis keturunan raja-raja besar dinasti Galuh. Beliau adalah putra dari Prabu Anggalarang, penguasa Kerajaan Gajah dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa (Kraton Galuh).

Dalam tradisi lisan Sunda, Prabu Siliwangi disebut sebagai keturunan ke-12 dari Maharaja Adimulia, leluhur agung para raja Galuh.

Sejak muda, beliau dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa, seorang pemuda gagah, arif, dan berjiwa spiritual tinggi. Ia diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, juru pelabuhan Muara Jati, yang mendidiknya dengan nilai-nilai luhur kejujuran, keberanian, dan keimanan.

Masa Muda dan Awal Kepemimpinan
Dalam masa mudanya, Raden Pamanah Rasa dikenal gemar bertapa dan menuntut ilmu. Ia memiliki kepekaan spiritual tinggi serta kemampuan memimpin yang luar biasa. Berkat bimbingan Ki Gedeng Sindangkasih, beliau tumbuh menjadi sosok yang mengerti hakikat hidup dan makna kekuasaan.

Setelah dewasa, Raden Pamanah Rasa naik tahta menggantikan Ayahandanya dan mempersatukan dua kerajaan besar  Sunda dan Galuh menjadi satu kekuasaan besar bernama Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Sebagai raja, ia bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata, namun rakyat lebih mengenalnya dengan sebutan Prabu Siliwangi, yang berarti raja yang harum namanya ke seluruh negeri.

Masuk Islam dan Perjalanan Spiritual
Berbagai naskah dan cerita masyarakat menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim yang mendalami ilmu makrifat. Beliau pernah berguru kepada para ulama besar seperti Syekh Quro Karawang dan Syekh Datuk Kahfi. Dari para guru tersebut, beliau mempelajari tauhid, tasawuf, dan hakikat kepemimpinan berdasarkan ajaran Islam.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau bahkan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, dan sekembalinya ke tanah Sunda, semakin dikenal sebagai raja yang adil, zuhud, dan mencintai rakyat.

Silsilah Prabu Siliwangi
Berikut silsilah atau garis keturunan Prabu Siliwangi menurut naskah Carita Parahyangan, Babad Pajajaran, dan tradisi masyarakat Sunda:

- Maharaja Adimulya / Ratu Galuh Ajar Sukaresi menikah dengan Dewi Naganingrum / Nyai Ujung Sekarjingga berputra :
- Prabu Ciung Wanara berputra:
- Sri Ratu Purba Sari berputra:
- Prabu Lingga Hiang berputra:
- Prabu Lingga Wesi berputra :
- Prabu Susuk Tunggal berputra:
- Prabu Banyak Larang berputra:
- Prabu Banyak Wangi berputra:
- Prabu Munding Kawati / Prabu Lingga Buana berputra:
- Prabu Wastu Kencana (Prabu Niskala Wastu Kancana) berputra:
- Prabu Anggalarang (Prabu Dewata Niskala) menikah dengan Dewi Siti Samboja (Dewi Rengganis) berputra:
- Sri Baduga Maharaja (Waliyulloh Jaya Dewata Raden Pamanah Rasa) (1459-1521 M)

1. PRABU ANGGALARANG (Prabu Dewa Niskala)
Beliau adalah ayah dari Prabu Siliwangi, seorang raja dari Galuh yang kemudian mempersatukan wilayah Sunda dan Galuh. Ia menikah dengan Dewi Siti Samboja (Dewi Rengganis), dan dari pernikahan itulah lahir Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi).

2. SRI BADUGA MAHARAJA (Prabu Siliwangi )
Anak dari Prabu Anggalarang yang naik tahta menjadi Maharaja Sunda-Galuh. Dibawah pemerintahannya, Pajajaran mencapai kemakmuran tertinggi. Ia dikenal sebagai raja yang Arif dan Adil, serta banyak mendirikan Taman, Parit, dan Jalan-jalan besar, sebagaimana tercatat dalam prasasti Batu Tulis Bogor.

3. PUTRA PUTRI PRABU SILIWANGI
Menurut beberapa naskah kuno, Prabu Siliwangi memiliki beberapa putra dan putri dari 2 orang istri yang menjadi yang melahirkan para pembesar Kerajaan Pajajaran. Diantaranya Nyi Kentring Manik Mayang Sunda dan Nyi Subang Larang.

Dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyi Kentring Manik Mayang Sunda melahirkan seorang anak:
1. Prabu Surawisesa
Sebagai anak tertua dari pasangan Prabu Siliwangi dan Mayang Sunda, Prabu Surawisesa memiliki peran penting dalam meneruskan kejayaan kerajaan yang diwariskan oleh ayahnya.

2. Sang Surasowan
Berbeda dengan kakaknya yang mewarisi tahta Pajajaran, sejak muda Sang Surosowan di serahi kedudukan sebagai Pucuk umun (Raja Bawahan Pajajaran) di Banten. Di zamanya ibukota Banten berada di wilayah yang kini disebut Banten Girang (Banten selatan).

3. Dewi Surawati
Dewi Surawati adalah adik kandung dari Prabu Surawisesa, yang keduanya merupakan anak dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) dengan Mayang Sunda.
 
Dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang melahirkan tiga orang anak. Adapun anak Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), Pendiri Kesultanan Cirebon dan tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jawa Barat. Tokoh ini mempunyai banyak julukan diantaranya, Pangeran Cakrabuana, Haji Abdullah Iman, Sela Pandan, Mbah Kuwu Cirebon dan masih banyak julukan lainnya.

- Ratu Rara Santang/Lara Santang, anak Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang. beliau juga dijuluki dengan nama Syarifah Muda’im. Dikemudian hari Nyi Rara Santang menikah dengan penguasa Kota Ismailiyah (Mesir) yang bernama Syarif Abdullah dan melahirkan 2 orang anak yakni Syarif Nurullah dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) salah satu Wali Songo. 

- Raden Kiansantang (Raden Surya Kencana/Raja Sangara), dikenal sebagai tokoh yang masuk Islam dan menjadi penyebar agama islam di tanah Sunda yang bergelar Syeh Sunan Rohmat Suci.

Dengan demikian, garis keturunan Prabu Siliwangi terhubung langsung dengan para Wali Songo, menjadikannya sosok yang penting baik dalam sejarah kerajaan maupun penyebaran Islam di Nusantara.

(gelar: Prabu Siliwangi)
gaduh asisten maung bodas ti bangsa jin ngarana si tablo / prabu giling wesi sakti di curug sawer talaga majalengka maqom prabu siliwangi di rancamaya bogor ngaosna ka syekh quro karawang (syekh hasanuddin bin yusuf al-husainy madzhab hambaliy),

"Ada asisten singa putih dari bangsa jin bernama Tablo/prabu giling wesi sakti di curug sawer talaga majalengka maqom prabu siliwangi di rancamaya - bogor beliau berdoa kepada syekh quro karawang" (syekh hasanuddin bin yusuf al-husainy madzhab hambaliy)

Asisten Gaib: Maung Bodas dari Bangsa Jin
Dalam tradisi lisan Sunda, Prabu Siliwangi diyakini memiliki asisten gaib dari bangsa jin, seekor maung bodas (harimau putih) bernama Si Tablo juga dikenal dalam versi lain sebagai Prabu Giling Wesi.
Maung bodas ini disebut-sebut sebagai penjaga gaib dan sahabat setia Prabu Siliwangi, melambangkan Kekuatan, Kesetiaan, dan Keteguhan Spiritual.

Menurut cerita rakyat Majalengka dan Sukabumi, Si Tablo bersemayam di kawasan Curug Sawer Telaga Herang, tempat yang dianggap sakral dan sering dikaitkan dengan jejak langkah terakhir Prabu Siliwangi sebelum beliau “ngahiang” (menghilang ke alam gaib).

GURU PRABU SILIWANGI

1. Syekh Quro Karawang (Syekh Hasanuddin bin Yusuf  bani Al-Husain cucu Nabi SAW) dan
2. Syekh Datuk Kahfi Cirebon yang juga dari Bani Al-Husain cucu Nabi Muhammad SAW.

SEKILAS SIROH / RIWAYAT HIDUP PANGERAN PAMANAH RASA ( PRABU SILIWANGI)
Semenjak abad empat belas setelah Pangeran Anggalarang mengajarkan kembali keilmuan-nya untuk mejadi seorang raja, agar bisa memimpin kerajaan dan rakyat-rakyatnya, dari situ Pangeran Pamanah Rasa di angkat oleh ayahnya pangeran Anggalarang menjadi raja kedua dari kerajaan Gajah, yang disebut-sebut kerajaan Gajah itu simbol atau tanda lambang kerajaan yang dibawa dari adat atau budaya, karena jika punya kerajaan harus tahu nama kerajaannya.

Pangeran Pamanah Rasa berkelana, dan mempunyai  Macan Putih (dari bangsa Jin)
Pangeran Pamanah Rasa ingin mencoba keluar meninggalkan saudara-saudaranya (yakni Prabu Rangga Pupukan dan Prabu Jaya Pupukan) dan rakyat gajah, untuk keluar dari kerajaan gajah  guna mencari ilmu dan mengunjungi kerajaan-kerajaan yang lain sambil beliau memperkenalkan diri bahwa beliau yang memegang kerajaan Gajah, Beliau pergi sendiri tidak dikawal oleh satu orang pun padahal prajurit-prajuritnya banyak yang menawarkan diri agar di kawal, tetapi beliau tetap pergi sendiri.

Setelah beliau keluar dari hutan, beliau merasa haus lalu mencari air untuk minum. Akhirnya Pangeran Pamanah Rasa menemukan air terjun yang besar (air terjun ini bernama curug sawer di Majalengka). Setelah beliau mendatangi air terjun tersebut Pangeran Pamanah Rasa kaget karena di sekelilingnya banyak harimau putih dan besar.

Harimau Putih tersebut menghampiri Pangeran Pamanah Rasa, sudah hampir sampai tinggal beberapa langkah lagi Harimau Putih itu mau menerkam Pangeran Pamanah Rasa.

Pangeran Pamanah Rasa memakai keilmuan-nya membuat gulungan angin besar, dan angin tersebut dibentuk dan dipadukan dengan air terjun yang mengalir menggunakan tenaga dalam ilmu kanuragan, dibentuklah menjadi gulungan Angin dan Air yang dijadikan senjata untuk melawan Harimau Putih itu ternyata tak ada pengaruhnya bagi harimau putih itu, karena harimau putih itu jelmaan dari Jin Ifrit, sehingga harimau putih itu menerkam Pangeran Pamanah Rasa dan Pangeran Pamanah Rasa pun menangkisnya dengan gelang timah yang ada di tangannya, sehingga Harimau putih itu pun menjerit kesakitan, dari situlah  Pangeran Pamanah Rasa mengetahui kelemahan Harimau putih itu yakni dengan gelang yang terbuat dari Timah.

Maka dibukalah 2 gelang timah itu dari kedua tangannya, ketika harimau putih itu mau menerkam dengan gesitnya Pangeran Pamanah Rasa memasukan gelang dari timah itu di kedua tangan Harimau putih itu dan satu gelang lagi di kedua kaki Harimau putih itu sehingga dari situlah Harimau Putih pun kalah tak berdaya, menjerit meminta ampun kepada Pangeran Pamanah Rasa. 

Dari kejadian itulah Pangeran Pamanah Rasa mengetahuinya bahwa harimau putih itu bukan harimau biasa karena harimau itu bisa berbicara seperti manusia, maka Harimau Putih jadi-jadian yang mau mencelakakan Pangeran Pamanah Rasa itu bertobat, dan ia akan mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya yang sudah dilakukan padanya. 

Sebelum Pangeran Pamanah Rasa berangkat Harimau Putih jadi-jadian itu memberikan pakaian, Karena pakaian pangeran sobek bekas pertarungan tadi. Pangeran Pamanah Rasa dikasih pakaian dari kulit harimau oleh Harimau Putih jelmaan dari Jin itu. Harimau Putih jelmaan dari jin itu merasa kurang cukup apabila hanya memberi pakaian saja, jadi dia memutuskan untuk mengabdi kepada Pangeran Pamanah Rasa dengan mendampingi beliau.

Pangeran Pamanah Rasa kembali ke kerajaan Dengan Mongol Pati
Pangeran Pamanah Rasa perasaan-nya tidak tenang, beliau takut ada apa-apa sesuatu yang buruk menimpa pada kerajaannya. Pangeran Pamanah Rasa menempuh perjalanan dalam waktu tiga hari untuk sampai ke kerajaan.

Eyang Jaya Perkasa yang disuruh dan yang di titipi memegang kerajaan mendapatkan surat dari kerajaan Mongol Pati untuk masalah wilayah, surat dari kerajaan Mongol Pati, yang isi suratnya mengajak berperang. Eyang Jaya Perkasa menggantikan Pangeran Pamanah Rasa dikarenakan tiga hari lagi dari kerajaan Mongol Pati mau menyerang ke kerajaan Gajah. 

Secara terus menerus berlangsung dengan hebatnya, saling hantam senjata tajam dan sebagainya. Tidak lama kemudian Harimau Putih jelmaan dari Jin itu mendadak keluar berhamburan entah dari mana datangnya, ada beberapa Harimau Putih muncul, menyerang prajurit Mongol Pati, tak lama kemudian prajurit kerajaan Mongol Pati mundur kocar kacir di amuk Harimau Putih, sebagian lagi mati oleh Harimau Putih.

Siang itu juga perang selesai, Harimau Putih berjejer menghadap Panglima Eyang Jaya Perkasa dan prajuritnya. Tak lama kemudian dihadapan Harimau Putih yang berbaris, Pangeran Pamanah Rasa mendadak ada disamping Harimau Putih yang lebih besar, dari sana prajurit-prajurit tertunduk menyembah kepada beliau, seketika Harimau Putih yang berbaris lenyap menghilang, tinggal satu lagi yang disamping Pangeran Pamanah Rasa.

MENGGANTI NAMA KERAJAAAN GAJAH MENJADI PAKUAN PEJAJARAN 
DAN MEMBUAT SIMBOL SENJATA KUJANG YANG PERTAMA

Pangeran Pamanah Rasa sudah menghitung nama apa yang baik untuk mengganti nama kerajaan yang sekarang. Terus beliau mempertimbangkan bersama panglimanya, kata Pangeran Pamanah Rasa.

Negara kita Negara sunda, maka kita bisa disebut orang sunda, kemudian sekarang zaman-nya sudah agak beda bukan zaman purba lagi, memang sejak dulu kerajaan Gajah terkenal, berkat Ramahanda saya, yang masih termasuk zaman purba, dengan simbol Gajah, disatukan jadi simbol kerajaan, datang dari petunjuk yang jadi kekuatan berdirinya kerajaan Gajah juga sama.

Negara ini juga ada nama, yaitu Negara yang kita diami adalah tataran sunda yang termasuk dari simbolnya yaitu binatang yang paling buas yaitu Harimau sunda tersebut harus benar-benar dipegang oleh saya, jadi harus dipercepat membuat barang-barang yang membentuk pisau untuk ciri dari kerajaan sunda sebagai simbol yang bisa menyimpan kekuatan, buatkan pisau berbentuk Harimau sebanyak tiga buah.

Pada waktu itu juga Pangeran Pamanah Rasa menyuruh Eyang Jaya Perkasa untuk membuat senjata, yaitu harus menyimbolkan tataran sunda, senjata sunda yaitu pisau yang berbentuk Harimau, sebagai awal mula sejarah dibuatnya tiga senjata yang berbentuk Harimau tiga warna, yaitu kuning, hitam, putih senjata-senjata tersebut diminta untuk langsung dibuatkan.

- Senjata pertama yang berwarna hitam, dibuat dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang dibakar oleh Pangeran Pamanah Rasa sendiri, dibentuk besi yang diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.

- Senjata Kedua dibuat dari air api yang dingin, yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning.
- Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi putih berkilau.

Barang sudah jadi tinggal namanya, semalam penuh Pangeran Pamanah Rasa memikirkan nama untuk barang itu, tepat ayam berkokok tepat ditemukan nama untuk ketiga barang tersebut, yaitu dengan bahasa sandi, bahasa itu sangat tepat untuk barang senjata yang sudah jadi, yaitu namanya KUJANG, dikarenakan barangnya ada tiga, beda-beda warna tapi bentuknya sama disebut jadi KUJANG TIGA SERANGKAI, YANG ARTINYA BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA atau nama yang beda warna tapi berkaitan, dikarenakan bentuknya sama, Pangeran Pamanah Rasa bicara lagi.

Nah, saya ini ada petunjuk yaitu jika dari barang sudah selesai sekarang masalah nama kerajaan, dikarenakan saya ada yang membantu yaitu bangsa Jin atau Harimau-harimau ghaib, jadi saya membawa nama kerajaan dari Negara Gajah dengan kerajaan Harimau, bila disatukan maka namanya disebut PAKUAN PAJAJARAN disatukan lagi oleh barang yang tiga itu yang namanya KUJANG jadi tepat sudah, nah ditatar sunda ini lahir Kerajaan Pajajaran.

Eyang saat mengganti kerajaan ini namanya bukan untuk saya sendiri tapi untuk rakyat semua supaya ada perubahan untuk semuanya, oleh karena itu kita semua harus mengikuti zaman, sekarang sudah agak maju zamannya dikarenakan harus di iringi oleh ilmu ekonomi, hal itu dari melihat kerajaan yang lain, hal itu juga untuk merebut kerajaaan Galuh yang membayar Mongol Pati untuk menyerang kerajaan kita, jadi kita juga sama, kita serang kerajaan Galuh dengan tenaga baru, prajurit Gajah dan prajurit Harimau kita satukan memakai Bahasa sandi, jadi nama ini Pajajaran. Nah begitu barangkali rencana saya.

Pangeran Pamanah Rasa bicara begitu ke panglimanya dikarenakan ingin didukung oleh panglimanya, jawab Eyang Jaya Perkasa.

Iya Pangeran, saya mengikuti, dikarenakan itu petunjuknya, laksanakan saja jangan takut dibantu oleh saya Insya Allah, nah itu jawaban Eyang Jaya Perkasa dengan menyebut Insya Allah dikarenakan Eyangnya seorang yang beragama islam beda dengan Pangerannya.

Pangeran Pamanah Sari Masuk Islam Oleh Syekh Quro

Pangeran Pamanah Rasa berganti nama menjadi Pangeran Pamanah Sari untuk menaklukan Syekh Quro (yakni Syekh Hasanuddin bin Yusuf  dari bani Husain cucu Nabi Saw) atas perintah ayahandanya Prabu Anggalarang, Namun waktu mau menyerang ke pesantren Quro yang berada di karawang milik Syekh Quro,  Pangeran Pamanah Sari mendengar Alunan Bacaan Al-Qur’an yang merdu sekali, sehingga penyerangan pun dibatalkan. 

Akhirnya Pangeran Pamanah Sari menyelidiki siapakah gerangan yang telah membaca Al-qur’an itu..? ternyata setelah diselidiki yang membaca Al-Qur’an itu seorang Gadis yang cantik jelita, sehingga Pangeran Pamanah Sari terpikat oleh kecantikannya, kemudian Pangeran Pamanah Sari mendatangi Syekh Quro untuk melamar gadis cantik jelita itu, yang tadinya bertujuan menyerang jadi berbalik haluan menjadi bentuk pelamaran, namun Syekh Quro menyarankan agar mendatangi ayah aslinya yang bernama Ki Gedeng Tapa, beberapa hari kemudian Pangeran Pamanah Sari meminta kepada Ki Gendeng Tapa membawa putrinya untuk di nikahi oleh Pangeran Pamanah Sari, penawaran itu sudah diserahkan semuanya kepada Syekh Quro, sebab Nyi Subang Larang sudah menjadi putri angkatnya Syekh Quro.

Pangeran Pamanah Sari datang lagi ke Syekh Quro. Setelah sampai ditempatnya Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari berbicara hanya pokok masalah penting saja, yaitu tentang mau menikahi Nyimas Subang Larang, Syekh Quro menerima lamaran Pangeran Pamanah Sari namun dalam masalah itu Syekh Quro meminta syarat yang harus di penuhi dan dilakukan yaitu ada 3 syarat.

- Pertama harus masuk islam, 
- Kedua harus belajar ngaji, 
- Dan yang ketiga harus berangkat dulu ke Haji, 
itulah 3 syarat yang diberikan oleh Syekh Quro kepada Pangeran Pamanah Sari.

Pangeran Pamanah Sari Kebingungan dengan persyaratan tersebut karena terlalu berat buat beliau karena beliau dari agama Hindu, tetapi karena ada yang ingin dicapai oleh Pangeran Pamanah Sari, maka Pangeran Pamanah Sari memutuskan untuk menerima 3 syarat tersebut dan Syekh Quro berjanji menentukan waktu untuk mengislamkan Pangeran Pamanah Sari yaitu satu hari setelah Pangeran Pamanah Sari menyanggupinya, tidak terlalu lama waktu yang ditunggu telah tiba. 

Pangeran Pamanah Sari siap untuk di islamkan, beliau datang kepada Syekh Quro untuk di islamkan ketika sampai ke tempatnya Syekh Quro. Semua orang dikumpulkan ke dalam ruangan, Ki Gendeng Tapa menyaksikan Pangeran Pamanah Sari di islamkan, tidak terlalu lama Pengeran Pamanah Sari diberikan janji oleh Syekh Quro sambil memegang tangan-nya dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat (Syahadatain), setelah selesai membaca Syahadat kemudian dicukur Rambut kekufurannya dan mandi masuk islam, kemudian di sunat dan Pangeran Pamanah Sari dianggap sah menjadi muslim, seminggu kemudian Pangeran Pamanah Sari langsung menjalankan syarat yang kedua yaitu belajar ngaji.

Syekh Quro langsung mengajarkan, siang malam Pangeran Pamanah Sari belajar ngaji dengan Syekh Quro, karena ingin bisa serta ingin cepat mengejar pada syarat yang ketiga, tidak lama kemudian setelah 5 bulan Pangeran Pamanah Sari bisa ngaji seperti membaca huruf Arab, Sholat, dan pemikiran islam seperti apa artinya islam, semua ilmu agama islam telah diserapnya.

Syekh Quro bingung dan heran Pangeran Pamanah Sari bisa belajar dengan cepat, padalah sampai tingkatan semua itu, bisa butuh waktu sekitar dua atau tiga tahun. Pangeran Pamanah Sari langsung meminta syarat yang ketiga yaitu naik Haji, Syekh Quro langsung menyiapkan Pangeran Pamanah Sari, sebab Pangeran Pamanah Sari mau dibawa ke Arab yaitu ke Mekkah tampat orang naik Haji, beliau dikasih tahu dulu oleh Syekh Quro harus itikaf, berdiam diri di Mekkah selama 40 hari.

Pangeran Pamanah Sari Berangkat ke Haji

Setelah Syekh Quro menjelaskan, Pangeran Pamanah Sari mengerti dan menyanggupi, pada malam itu juga Syekh Quro membawa Pangeran Pamanah Sari ke Mekkah. Pangeran Pamanah Sari berangkat ke Mekkah dibawa terbang oleh Syekh Quro sampai ke Mekkah membutuhkan waktu satu malam, berangkat malam sampai subuh tiba di Mekkah langsung sholat shubuh, setelah sholat subuh Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari istirahat dulu, setelah istirahat langsung melaksanakan ibadah haji sejak pertama melaksanakan sholat berjamaah sampai amalan-amalan yang diajarkan oleh Syekh Quro diamalkan, sehari penuh berkeliling Ka'bah.

Pangeran Pamanah Sari kebingungan kenapa dirinya jadi begini, sudah beberapa hari Pangeran Pamanah Sari ada perubahan dalam dirinya sedikit-sedikit dosa dan kejadian-kejadian oleh beliau yang di alami seperti nyata kelihatan nampak seperti mimpi buruk atau jelek.

Pangeran Pamanah Sari sampai menangis habis-habisan didepan Ka’bah. Semenjak itu Pangeran Pamanah Sari percaya islam dan percaya adanya Allah, 40 hari tidak terasa sudah berlalu Pangeran Pamanah Sari dibawa pulang oleh Syekh Quro setelah sampai kembali ketempat, banyak yang berkumpul menunggu yang pulang dari Haji.

Malam itu juga Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari sudah sampai ditempat, pulang dari haji. Karena malam itu sudah pada lelah tidak terlalu lama setelah mengobrol lalu istirahat.

Ayam sudah bekokok yang artinya waktu sholat subuh, Pangeran Pamanah Sari yang biasanya bangun pagi setelah matahari bersinar, tetapi sekarang masih gelap juga sudah bangun untuk sholat subuh dengan Syekh Quro, setelah sholat subuh Pangeran Pamanah Sari melanjutkan Wirid dan dzikir sampai matahari terbit.

Setelah selesai wirid dan Dzikir, Pangeran Pamanah Sari ditanya oleh Syekh Quro dalam masalah pernikahannya dengan Nyai Subang Larang, dari situ Pangeran Pamanah Sari ingin bicara dulu kepada semuanya, karena sebelumnya beliau ada niat hati yang jelek, setelah belajar dengan Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari mengalami banyak perubahan dalam dirinya dan tahu mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah, oleh karena itu Pangeran Pamanah Sari menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia yang sebenarnya adalah Raja di Kerajaan Pajajaran.\

Setelah dijelaskan ada yang terkejut, ada yang langsung menyembah dan sebagainya, tetapi Syekh Quro biasa saja karena sudah tahu dari awalnya juga, tidak ada yang membuat marah satupun malahan senang Pangeran Pamanah Sari berterus terang.

Pamanah Sari Menikah dengan Nyimas Subang Larang

Dikarenakan Syekh Quro sudah berjanji kepada Pangeran Pamanah Sari dalam syarat yang ketiga yaitu menikahkan Nyimas Subang Larang dengan Pangeran Pamanah Sari. 

Pangeran Pamanah Sari langsung gembira mendengar perkataan Syekh Quro, semua yang ada disitu terus memastikan atau menentukan hari-harinya untuk pernikahan yang baik, Itu semua diserahkan kepada Syekh Quro yang lebih mengetahui waktu yang baik. Tidak lama waktu sudah ditentukan oleh Syekh Quro, ada waktu 3 hari untuk mempersiapkannya. Waktu tiga hari terasa cepat tidak disangka-sangka Pangeran Pamanah Sari menikah juga dengan Nyimas Subang Larang, pada hari itu pesta besar dilaksanakan, namun hanya dipenuhi oleh para santri Syekh Quro saja dari pertama sampai akhir (yakni tanpa memberitahukan ayahandanya dan  rakyat pajajaran).

Pangeran Pamanah Sari Menjadi Penguasa di Cirebon dan Bergelar Prabu Siliwangi

Kemudian Pangeran Pamanah Sari Menikah dengan Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Raja Sindang kasih (Majalengka) yakni putri Ki Gedeng Sindangkasih.

Pangeran Pamanah Sari dengan Nyimas  Ambet Kasih sudah resmi menjadi suami istri. Pangeran Pamanah Sari berkumpul dengan istri-istrinya menjadi hidup bersama-sama. Tidak lama kemudian Ki Gedeng Sindangkasih menyerahkan sebagian tanah Cirebon karena yang sebagian lagi kepunyaan Ki Gendeng Tapa Raja singapura, lantas Pangeran Pamanah Sari menerima pemberian mertuanya itu, tidak lama kemudian Ki Gendeng Tapa sudah tua dan berusia lanjut akhirnya yang sebagiannya lagi diberikan juga kepada Pangeran Pamanah Sari. 

Jadi tanah Cirebon dipegang oleh Pangeran Pamanah Sari semuanya, tidak lama kemudian para sesepuh berkumpul dengan Pangeran Pamanah Sari, Ki Gedeng Tapa, Ki Gedeng Sindangkasih, Ki Dampu Awang dan Ki Susuk tunggal, beserta istri-istrinya Pangeran Pamanah Sari yakni ada 4 yaitu: 

- Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih, 
- Nyimas Subang Larang, 
- Nyimas Aciputih Putri 
- dan Nyimas Ratna Mayang Sunda/ Nyimas Kentring Manik.

- Istri yang pertama Nyimas Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang, 
- Istri yang kedua yaitu Nyimas Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa 
- Yang ketiga yaitu Nyimas  Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih 
- Yang ke-empat yaitu Nyimas Ratna Mayang Sunda / Nyimas Kentring Manik putri Ki Susuk Tunggal.

Semuanya pada kumpul sebab Pangeran Pamanah Sari sakti mandraguna dan pintar, terkenal dimana-mana yang menguasai kerajaan Pajajaran.

Pangeran Pamanah Sari oleh sesepuh diberi julukan SANG PRABU SILIWANGI yang artinya Raja Kerajaan Pajajaran yang harum dimana-mana terkenal dimana-mana, Pangeran Pamanah Rasa atau Pangeran Pamanah Sari menjadi terkenal dengan gelar Sang Prabu Siliwangi.

Prabu Siliwangi hidup jaya sampai dengan beliau mempunyai putra dari istri yang pertama
Yakni dari Nyimas  Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang  berputra :
1. Mundingsari Ageung  / Raden Arya Seta
2. Munding Kelemu Wilamantri / Mantri Kasurudan Tapa / Mantri Kasurutapa
3. Munding Dalem
4. Dalem Manggu Larang
5. Balik Layaran alias Sunan Kebo Warna

Dan dari istri yang kedua:
Yakni dari Nyimas Subang Larang mempunyai 2 orang putra dan 1 orang putri :
1. Pangeran Cakrabuana / Walangsungsang ( H. Abdullah Iman bergelar  Sunan Caruban),
2. Syarifah Muda’im/ Nyimas Lara Santang dan
3. Raja Sangara/prabu kiansantang (H. Mansur bergelar Sunan Rohmat Suci Godog garut). Ketiga-tiganya masuk Islam.seperti kata pepatah orang sunda “uyahmah tara tees ka luhur “ artinya Sifat orang tua turun ke anak, mana mungkin ayahnya hindu anaknya Islam, karena keumuman orang sunda menganut Islam tabi’in yakni islam turunan, karena ayahnya Islam maka anaknya juga Islam.

Dan dari istri yang ketiga,
Yakni dari Nyimas Ambet Kasih mempunyai 2 putra yakni :
1. Prabu Liman Sanjaya, dan
2. Raden Sake alias Prabu Wastu Dewata/ prabu basudewa

Dan dari istri yang keempat,
Yakni dari Nyimas Ratna Mayang Sunda / Nyimas Kentring Manik berputra :
1. Prabu  Surawisesa / Raden Jaka mangundra Prabu Guru Gantangan / Munding Laya Dikusuma/ Jaka Puspa /
2. Raden  Gantangan Wangi Mangkurat Mangkunagara
3. Raden Gantang Nagara
4. Raden Gantang Pakuan / Raden Ne-Eukeun
5. Raden Meumeut raden Ameut / Raden Ceumeut

Prabu Siliwangi Menghilangkan Kerajaan Pajajaran Pindah ke Alam Jin (Alam Ghaib).

Prabu Siliwangi dari keempat istrinya beliau mempunyai keturunan sampai beliau lupa terlalu lama tinggal di Cirebon. Tidak lama kemudian datanglah prajurit Pajajaran yang di utus oleh panglimanya untuk menjemput Prabu Siliwangi kembali pulang ke kerajaan, karena Kerajaan Pajajaran membutuhkan seorang Raja.

Prabu Siliwangi bingung karena sudah berbeda agama. Prabu Siliwangi sudah muslim sedangkan di kerajaan Pajajaran masih beragama Hindu. Akhirnya prabu Siliwangi mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah itu.

Sebelum pergi Prabu Siliwangi berpesan kepada seluruh istrinya agar tanah Cirebon dan ajarannya harus turun-temurun sampai pada anak cucu mereka. Lalu Prabu Siliwangi berangkat kembali ke Kerajaan Pajajaran bersama para prajurit dan ditemani oleh macan putih dari bangsa Jin yang telah diangkat menjadi panglima oleh Prabu Siliwangi.

Waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke kerajaaan Pajajaran sekitar 3 hari, tetapi karena Prabu Siliwangi telah mempunyai Ilmu Saefi Angin maka tak disangka-sangka mereka bisa sampai tujuan hanya dalam waktu setengah hari.

Seluruh rakyat Kerajaan dan segenap keluarga menyambut kedatangan Prabu Siliwangi, mereka menyembah Prabu Siliwangi sepanjang jalan menuju Kerajaan, lalu Prabu Siliwangi disambut dengan suka cita oleh kakeknya Panglima Eyang Jaya Karsa, Prabu Siliwangi masuk ke dalam kerajaan tak ada yang berubah satu pun di kerajaan masih seperti waktu di tinggalkan dulu.

Beberapa hari terakhir Prabu Siliwangi memikirkan bagaimana Fitnah dari rakyat-rakyatnya apabila mereka tahu bahwa dirinya sudah di islamkan oleh Syekh Quro. Sebenarnya beliau telah memikirkan hal ini semenjak berada di tanah Cirebon bagaimana caranya supaya menghilangkan Fitnah atau perkataan-perkataan dari rakyatnya yang tidak tahu tentang agama, tidak lama kemudian Prabu Siliwangi mendatangi Macan Putih panglimanya supaya membantu negara Pajajaran dipindahkan ke alam Jin (alam ghaib). Prabu Siliwangi menunggu datangnya bulan Purnama untuk menjalankan rencananya itu, ketika pintu ghaib terbuka, kebetulan datangnya bulan purnama hanya 2 hari lagi, sambil menunggu Prabu Siliwangi bersama Macan Putih malam-malam pergi ke batas Kerajaan Pajajaran untuk menanam pohon Jeruk, dari batas kerajaan supaya ketika menghilang tidak meninggalkan jejak sedikitpun dan tidak ada bukti apapun.

Akhirnya malam kedua di bulan Purnama waktu yang telah ditentukan oleh Prabu Siliwangi datang juga, Beliau bersama Macan Putih menyirep agar semua rakyatnya tidak ada yang mengetahui satu juga pindahnya kerajaan Pajajaran dari alam nyata ke alam ghaib. Prabu Siliwangi langsung memindahkan kerajaan tersebut dengan orang-orangnya, memakai ilmu dengan dibantu oleh Macan Putih menghilang. Nah, semua negara kerajaan Pajajaran pindah dari alam nyata ke alam ghaib.

Begitulah kurang lebih Babad cerita mengenai sejarah dari Prabu Siliwangi dan kerajaan Pajajaran yang telah dipindahkan ke alam ghaib. 

Guru Spiritual: Syekh Quro Karawang

Selain dikenal sebagai raja besar, Prabu Siliwangi juga disebut dalam beberapa naskah Sunda Islam sebagai murid Syekh Quro Karawang, yaitu Syekh Hasanuddin bin Yusuf Al-Husainy, seorang ulama keturunan Rasulullah ﷺ yang bermadzhab Hambali.

Syekh Quro dikenal sebagai penyebar Islam pertama di tanah Sunda pada abad ke-14 M, dan ajarannya banyak mempengaruhi tokoh-tokoh besar setelahnya. Dari beliau, Prabu Siliwangi dikisahkan menerima ajaran tentang tauhid, keadilan, dan akhlak mulia, yang kemudian membentuk dasar ajaran Sunda Wiwitan bercorak monoteistik.

Maqom Prabu Siliwangi

Masyarakat Sunda meyakini bahwa Prabu Siliwangi tidak wafat secara jasmani, tetapi ngahiang lenyap ke alam gaib dalam cahaya spiritual. Salah satu tempat yang diyakini sebagai maqom (petilasan) beliau berada di Rancamaya, Bogor, yang hingga kini masih di ziarahi oleh banyak orang untuk mengenang kebijaksanaan sang Raja.

Selain Rancamaya, Majalengka (Curug Sawer-Telaga Herang) juga disebut sebagai tempat beliau terakhir muncul, disertai sinar cahaya putih dan suara Auman Maung Bodas yang melambangkan perpindahan beliau ke alam kasucian.

Warisan dan Nilai

Warisan Prabu Siliwangi tidak hanya berupa kerajaan Pajajaran, tetapi juga falsafah kehidupan Sunda yang luhur:

“Silih asah, silih asih, silih asuh.”

Saling menasihati, saling mengasihi, dan saling menjaga dalam harmoni.

Ajaran ini menjadi pondasi budaya Sunda yang tetap hidup hingga kini, mengajarkan bahwa kekuasaan sejati bukan diukur dari senjata atau harta, melainkan kebijaksanaan dan pengabdian kepada kebenaran.

Prabu Siliwangi adalah simbol dari raja yang bijaksana, pemberani, dan spiritual, seorang pemimpin yang menyeimbangkan kekuatan lahir dan batin. Kisah beliau dengan maung bodas Si Tablo, Syekh Quro Karawang, serta maqom di Rancamaya menjadi cermin dari perjalanan rohani yang tinggi warisan abadi bagi bangsa Sunda dan Nusantara.

Semoga hal ini bisa menambah wawasan sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh kita, bahwa nusantara indonesia ini mempunyai kultur budaya yang sangat beraneka ragam dan mistis yang kuat pada zaman dahulu. Semoga para pembaca bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT. Aamiin.

Keutamaan Sunnah Nabi Saw Membakar Wewangian Bukhur Ketika Berdzikir

Keutamaan Sunnah Nabi Saw Membakar Wewangian Bukhur Ketika Berdzikir
Sering kali kita menjumpai pembakaran bukhur di tempat-tempat tertentu (misalnya makam para wali). Dan juga sering dijumpai pada acara-acara tertentu (seperti doa sedekah bumi) yang dilakukan secara islami dengan menggunakan bahasa Arab. Bagi sebagian warga bau aroma bukhur di identikan dengan pemanggilan roh, dan sebagian yang lain menganggapnya sebagai pengharum ruangan, dan ada pula yang merasa terganggu dengan bau kemenyan.

Bagaimanakah sebenarnya hukum menggunakan bukhur...?, Baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat maupun dalam urusan beribadah..?.

Mengharumkan ruangan dengan membakar bukhur, dupa, mustiki, setinggi kayu gaharu yang mampu membawa ketenangan suasana adalah suatu hal yang baik. Karena hal ini itba’ dengan Rasulullaah SAW, beliau sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik minyak wangi, bunga-bungaan ataupun pembakaran dupa.

Hal ini turun temurun diwariskan oleh beliau kepada sahabat dan tabi’in. Dan menurut berita yang kami peroleh dari seorang teman yang pernah menjadi TKI di Arab Saudi, ternyata tradisi membakar Bukhur masih ada disana hingga zaman sekarang. Dan Hingga sekarang banyak sekali penjual minyak wangi dan juga kayu gaharu, serta dupa-dupaan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Beberapa hadits menerangkan tindakan sahabat yang menunjukkan kegemaran mereka terhadap wangi-wangian hal ini ditunjukkan dengan hadits:
اذا جمرتم الميت فأوتروا
"Apabila kamu mengukup mayyit, maka ganjilkanlah". (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Ad-dailami juga menerangkan :
جمروا كفن الميت 
"Ukuplah olehmu kafan maayit".
Dan Ahmad juga meriwayatkan :
اذا اجمرتم الميت فاجمرواه ثلاثا
"Apabila kamu mengukup mayyit, maka ukuplah tiga kali".

Bahkan beberapa sahabat berwasiat agar kain kafan mereka diukup.
أوصى أبوسعيد وابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم ان تجمر اكفنهم بالعود
Abu Said, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas R.a. "Berwasiat agar kain-kain kafan mereka diukup dengan kayu gaharu".
Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda :
جنبوا مساجدكم صبيانكم وخصومتكم وحدودكم وشراءكم وبيعكم جمروها يوم جمعكم واجعلوا على ابوابها مطاهركم (رواه الطبرانى)
"Jauhkanlah masjid-masjid kamu dari anak-anak kamu, dari pertengkaran kamu, pendarahan kamu dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci". (HR. Al-Thabrani).

Hadits-hadits diatas sebenarnya menunjukkan betapa wangi-wangian adalah sesuatu yang telah mentradisi di zaman Rasulullaah SAW dan juga para sahabat. Hanya saja media wangi-wangian itu bergeser bersamaan dengan perkembangan zaman dan tekhnologi, sehingga saat ini kita merasa aneh dengan wangi bukhur dan dupa. Padahal keduanya merupakan pengharum ruangan andalan pada masanya.

Di satu sisi persinggungan dengan dunia pasar yang semakin bebas menyebabkan selera "wangi" jadi bergeser, yang harum dan yang wangi kini seolah hanya terdapat dalam parfum, bay fress dan fress room. Sedangkan bau "Bukhur" dan dupa malah diidentikkan dengan dunia klenik dan perdukunan.

Membakar dupa wangi ketika berdzikir, membaca Al-Qur'an, berada di majlis ilmu maka wangi-wangian (tathayyub) hukumNya sunnah berdasarkan kesukaan Nabi Muhammad SAW.

Pada sesuatu yang harum dan Nabi SAW senang dengan wewangian. Beliau Nabi SAW sering memakainya dan mendorong para sahabat untuk menggunnakanya. (Lihat dalam kitab Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺝ: ﺍﺧﺮﺍﻕ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻭﻣﺠﻠﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﻳﺤﺐ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺑﻠﻐﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺹ ٥٣ - ٥٤
“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca Al-Qur'an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya.” (Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺒﺨﺮ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﺣﻴﻦ ﻳﻤﻮﺕ ﻻﻧﻪ ﺭﺑﻤﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻪ ﺷﺊ ﻓﻴﻐﻠﺒﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ
Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/ menghalanginya.” (Al-Majmu' Syarh Muhadzdzab juz 5 halaman 160)

كان بن عمر إذا استجمر استجمر بالوة غير مطراة أو بكأفور يطرحه مع الألوة ثم قال هكذا كان يستجمررسول الله صلى الله عليه وسلم
"Apabila ibnu umar beristijmar (membakar dupa) maka beliau beristijmar dengan uluwah yang tidak ada campurannya, dan dengan kafur yang di campur dengan uluwah, kemudian beliau berkata: "Seperti inilah Rosululloh SAW, beristijmar". (HR. Nasa'i No seri hadits: 5152).

Imam Nawawi mensyarahi hadits ini sebagai berikut:
الاستجمار هنا استعمال الطيب والتبخر به وهو مأخوذ من المجمر وهو البخور وأما الألوة فقال الاصمعي وأبو عبيد وسائر أهل اللغة والغريب هي العود يتبخر به
"Yang di maksud dengan istijmar disini ialah memakai wewangian dan berbukhur "berdupa" dengannya. Lafadz istijmar itu di ambil dari kalimat Al majmar yang bermakna al bukhur "dupa" adapun Uluwah itu menurut Al ashmu'i dan abu ubaid dan seluruh pakar bahasa arab bermakna kayu dupa yang di buat dupa". (Syarh nawawi ala muslim: 15/10).

Di tambah pendapat Imam Nawawi pensyarah hadits ulung tentang hadits ini:
ويتاكد استحبابه للرجال يوم الجمعة والعيد وعند حضور مجامع المسلمين ومجالس ألذكر والعلم
"Dan sangat kuat kesunahan memakai wewangian (termsuk istijmar) bagi laki laki pada hari jumat dan hari raya, dan saat menghadiri perkumpulan kaum muslimin dan majlis dzikir juga majlis ilmu".(Syarah nawawi ala muslim: 15/10)

Dan membakar dupa saat majlis dzikir, atau majlis pengajian itu sudah di contohkan oleh imam malik RA, seperti yang di jelaskan dalam biografi imam malik yang di tulis di belakang kitab tanwirul hawalik syarah muwattho' malik imam suyuti. Juz 3 no 166
قال مطرف كان مالك إذا أتاه الناسخرجت اليهم الجارية فتقول لهم يقول لكم الشيخ تريدون الحديث أو المسائل؟ فإن قالوا المسائل خرج اليهم وافتاهم وان قالوا الحديث قال لهم اجلسوا ودخل مغتسله فاغتسل وتطيب ولبس ثيابا جددا وتعمم ووضع على رأسه الطويلة وتلقى له المنصة فيخرج اليهم وعليه الخشوع ويوضع عود فلا يزال يتبخر حتى يفرغ من حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم
Mutrif berkata: "apabila orang orang mendatangi kediaman imam malik, maka mereka di sambut oleh pelayan wanita beliau yang masih kecil lalu berkata kepada mereka, "imam malik bertanya apakah anda semua mau bertanya tentang hadits atau masalah keagamaan..?.

Jika mereka berkata: "masalah keagamaan" maka, imam malik kemudian keluar kamar dan berfatwa, jika mereka berkata"hadits" maka beliau mempersilahkan mereka untuk duduk, kemudian beliau masuk kedalam kamar mandi, lalu mandi, dan memakai minyak wangi, kemudian memakai pakaian yang bagus, dan memakai sorban.

Dan di atas beliau memakai selendang panjang di atas kepalanya, kemudian di hadapan beliau diletakkan mimbar (dampar) dan setelah itu beliau keluar menemui mereka dengan khusyu lalu di bakarlah dupa hingga selesai dari menyampaikan hadits Rosululloh SAW".

مسئلة ج اخراق البخور عند ذكر الله و نحوه كقراءة القرأن و مجلس العلم له اصل فى السنةمن حيث ان النبى صلى الله عليه و سلم يحب الريح الطيب الحسن و يحب الطيب و يستعملها كثيرا بلغة الطلاب ص 54-53
“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca Al-Qur’an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari Al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya .” (Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

قال بعض أصحابنا ويستحب أن يبخر عند الميت من حين يموت لانه ربما ظهر منه شئ فيغلبه رائحة البخور
“Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/ menghalanginya.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 5, halaman 160).

Bila kita ada sesuatu hajat kepada Allah SWT, alangkah baiknya disaat berdzikir untuk membakar bukhur gaharu, dimana untuk mengharumkan seisi ruangan dengan harapan para malaikat ikut hadir berdzikir dengan kita dan mengaAamiinkan segala doa kita kepada Allah SWT.

Sebagaimana diungkapkan oleh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Nafa'analloh bihi, beliau mengatakan : "Salah satu dari kalian jika ada hajat, maka menyendirilah disuatu tempat yang damai/cocok, lalu bakarlah dupa yang harum kemudian membaca ayat suci Al-Qur'an "HASBUNALLOH WA NI'MAL WAKIL " ( 450x ), Maka dengan izin Allah hajat akan terkabulkan. Mujarrab.
fadhilah membakar bukhur terkabulnya hajat
dzikir hasbunallah wa ni'mal wakiil
Semoga segala Sunnah Rasulullaah SAW patut kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengharapkan keridhoan Allah SWT. Aamiin Yaa robbal Aalaamiin. Semoga Bermanfaat.

ALLOHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ALAA AALIHII WASHOHBIHII WA UMMATIHII WASALLIM.

Semoga Bermanfaat

Amalan Shalawat Untuk Memudahkan Rezeki Dan Menyampaikan Hajat, Ijazah Dari Rasulullah Saw Kepada Al-Habib Quraisy Baharun

Shalawat tersebut sudah di ijazahi dari beliau, bagi siapapun boleh untuk mengamalkannya. Saya mendengar langsung cerita ini dari salah seorang santri senior Al-Habib Quraisy, yang bersyukur telah menjadi santrinya, dia berkata:

"Tidak seperti biasanya disaat sholat subuh wajah Habib begitu berseri bahagia, pagi itu saat saya menjadi orang pertama yang bersalaman denganNya beliaupun langsung memberi hadiah uang Rp.500.000 kepada saya, agak bingung saya menerimanya, beliau berkata: "Hadiah buat kamu karena saya hari ini dapat rizki, sambil tersenyum".
Saya pun penasaran dan dihari yang sama saya beranikan diri untuk bertanya mengapa hari itu beliau begitu lembut dan bahagia, beliau terlihat agak ragu untul berkata namun dengan mata berkaca-kaca sesekali terlihat wajahnya terharu yang pada akhirnya beliau bercerita :

"Dihari minggu itu tgl 13Desember 2014 saya keluar dari rumah jam 07.00 pagi seperti biasa melaksanakan kewajiban sebagai pengasuh Pesantren lalu berangkat untuk berdakwah dibeberapa tempat dipelosok dan pegunungan Kabupaten Kuningan Jawa Barat dimana didaerah itulah saya ditunjuk Guru mulia Al-Habib Umar bin Hafidz untuk menetap dua tahun terakhir ini,

Sepanjang pagi siang dan malam saya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan tanpa terasa saat kembali masuk rumah saya melihat jam sudah menunjukkan hampir 02.00 dini hari, ada rasa malu untuk mengeluh lelah saat teringat bagaimana junjunganku Nabi Muhammad SAW sangat prihatin penuh derita dalam berdakwah.

Maka saat itu saya hanya bisa berdoa: "Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw dan balaslah kebaikan beliau kepada kami dengan sebaik-baik balasan yang pernah Engkau berikan kepada hambaMu".

Lalu sayapun bersiap untuk istirahat dan tidur mumpung masih ada sedikit waktu menjelang adzan subuh.

Namun, Subhanallah Senin dini hari 14 Desember 2014 sekitar jam 03.00 saat tidur itulah saya bermimpi, Seakan saya sangat lelah karena sedang menanggung beban dan berbagai permasalahan berat yang nyaris saya tidak sanggup lagi memikulnya, saya coba mencari Habib Gasim Baharun (Almarhum ayah saya) untuk curhat sekaligus minta doa pada beliau, saya pun bergegas mencarinya dan ternyata beliau sedang menghadiri majelis yang dipimpin oleh Rasulullaah SAW.

Tampak wajah Nabi Muhammad SAW sangat indah rupawan bersinar bagaikan bulan purnama di malam yang amat cerah.

Di majelis itupun juga hadir Guru Mulia Al-Jabib Umar bin Hafidz, saya mendekati Almarhum Ayah saya sambil menunggu kesempatan yang tepat untuk membicarakan masalah saya, saat majelis selesai dan jamaah mulai lengang saya coba beranikan diri sambil berbisik menceritakan beban yang sedang saya alami selama ini.

Lalu beliau berkata dengan suara yang jelas hingga didengar oleh Rasulullaah SAW juga oleh habib Umar bin Hafidz:
"Ceritakan pada gurumu mumpung dia sekarang sedang dihadapanmu", terkejut saya dengan suara Almarhum ayah dan dengan sebab suara itu pula Rasulullaah SAW beserta Habib Umar menoleh ke arah saya.

Subhanallah, walhamdulillah, wajah lembut dan teduh Nabi Muhammad SAW ibarat lautan biru seorang pelindung hakiki, dan senyumannya yang tulusnya itu, Ya Allah.

Ingin rasanya memeluknya dan menangis dipangkuan mulianya sambil menumpahkan segala apa yang selama ini saya rasakan sangat menghimpit dada.

Tiba-tiba beliau berkata: "katakanlah hai Quraisy, aku adalah Nabimu dan kakekmu.....",
tak kuasa air mata ini mengalir deras dihadapannya tanpa saya mampu berkata.

Masih tetap dengan pandangan dan senyuman yang terlihat teduh dari bibir dan wajah sucinya beliau berkata: "Hai Quraisy, ucapkanlah; "ASH-SHOLAATU WAS-SALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA ROHMATULLAHI WABAROKATUH".

Saya pun dengan terbata dan diiringi derasnya cucuran air mata mengucapkan; "Ash-sholaatu was-salaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh".

Tiba-tiba guru mulia Al-Habib Umar meminta izin kepada Nabi SAW untuk berbicara kepada saya dan Nabipun mengangguk mengiakan.

Kata habib umar: Quraisy, Jika kamu atau teman-temanMu atau siapapun dari umat ini membaca "Ash-sholaatu was-salaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh" hingga 100 kali dalam sehari, maka mustahil Nabimu tidak memperhatikanMu, kata guru mulia dibarengi dengan anggukan kepala Nabi SAW yang bersorban putih bersih berkali-kali tanda setuju.

Ya Allah, Saya kaget dan terbangun dari tidur dengan perasaan bahagia dan gembira, walaupun masih jelas terdengar isak tangis dengan deras linangan air mata yang terbawa dari mimpi.

Alhamdulillah Ya Allah, Maha Agung Engkau dengan sifat Rohman dan RohimMu, manusia sekotor saya ternyata masih diperhatikan dan didatangi juga oleh Rasulullaah Sang Nabi pembawa Rahmat walau hanya dalam mimpi. Lanjutnya sambil terus menyeka air matanya.

Tanpa terasa saya pun menangis, air mata deras mengalir dipipi saat saya dengan seksama mendengarkan tutur mimpi beliau Al-Habib Quraisy, guru yang sangat saya cintai.

Dalam hati ini saya menjerit, Ya Rabb, kapan saya bisa bermimpi Rasulullah SAW seperti guru saya.
Salam kepadamu Ya Rasulallaah.
Salam kepadamu Ya Nabiyallah
Salam kepadamu Duhai kekasih Allah.
AMALAN SHALAWAT UNTUK MEMUDAHKAN REZEKI DAN MENYAMPAIKAN HAJAT, IJAZAH DARI RASULULLAH SAW KEPADA AL-HABIB QURAISY BAHARUN
Cerita Ini disampaikan oleh Ustadz Muhammad Pontianak
ALLOHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ALAA AALIHI WASHOHBIHII WA UMMATIHI WASALLIM


Semoga Bermanfaat