Nama asli beliau adalah Balya Bin Malkan. Beliau lebih dikenal dengan nama julukannya, yaitu Khidir. Beliau dijuluki khidir dikarenakan setiap tempat yang beliau singgahi langsung menjadi hijau. Ini sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim Al-Bajuri dalam mukadimah kitabnya, Al-Baijuri ‘ala Ibni Qosim,
وكذا الخضر بفتح الخاء وكسر الضاد او سكونها ولقب بذلك لانه ما جلس على ارض الا اخضرت
Wakadzal khodru bifathil kho’i wakasridldlodi aw sukuniha waluqiba bidzalika liannahu ma jalasa fi ardin illakhdorrot.
Seperti itu juga Nabi Khidir, (termasuk sahabat), dibaca dengan kho’ fathah dan dlod kasroh (khodir) atau sukun (khodr). Beliau dijuluki demikian karena dimana saja bumi yang beliau duduki, maka langsung menjadi hijau (subur).
انما سمي الخضر لانه اذا جلس على فروة بيضاء فاذا هي تهتز من خلفه خضراء
“Beliau diberi nama Khidr karena ketika beliau duduk di atas tanah putih, tiba-tiba iabergetar, lalu di belakang beliau berwarna hijau (subur).” (HR. Bukhari 3221, Fathul Bari)
Nama Nabi Khidir AS tidak disebut langsung oleh Allah Swt. dalam Al-Quran. Namun ayat yang berhubungan dengan beliau tercatat di dalamnya. Bahkan kisah beliau dengan Nabi Musa cukup menjadi perhatian umat islam. Kisah nabi dan rasul ini terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 65,
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا
Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. (Qs. Al-Kahfi (18) : 65)
Kisah antara Nabi Musa dan Nabi Khidir ini tentang tiga hal, yaitu kapal yang dirusak, anak kecil yang dibunuh, dan bangunan hampir roboh yang direnovasi. Ketiga hal ini adalah hal aneh pada Nabi Musa as. dan hal yang biasa bagi Nabi Khidir. Karena apapun yang dikerjakan oleh Nabi Khidir adalah berdasarkan ilham dari Allah Swt. Ilmu yang dimiliki Nabi Khidir adalah Ilmu Ladunni (ilmu hakikat) sedangkan ilmu Nabi Musa adalah Kasbi. Jadi wajar terjadi perbedaan pandangan antara keduanya.
Jadi, Nabi Balya Bin Malkan ini adalah nabi yang menjadi guru dari Nabi Musa as. Beliau adalah salah satu nabi yang sampai detik ini masih belum wafat. Selain beliau, ada nama Nabi Isa yang belum merasakan maut. Sangat banyak orang yang ingin berjumpa dengan beliau. Jangankan di dunia nyata, dalam mimpi saja banyak yang merindukan pertemuan dengan beliau. Bahkan ada yang sampai bertapa (kholwat) di pinggir sungai patemon (pertemuan dua sungai) untuk bertemu dengan Nabi Khidir.
Jangankan para waliyullah atau para ulama, orang biasa seperti saya juga ingin sekali berjumpa dengan beliau walaupun hanya sekedar mencium tangannya. Namun, ketika di antara kita tetap tidak bisa menjumpai beliau sampai akhir hayat, maka alangkah ruginya jika kita tidak tahu terhadap nama asli beliau. Nama asli beliau adalah Nabi Balya bin Malkan. Semoga Allah Swt. memberikan rahmat dan salamnya untuk beliau dan kita diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan beliau di dunia. Amin.
Bahkan, meski memiliki kisah yang unik dengan Nabi Musa as, Taurat maupun Injil tidak menceritakannya. Kisah itu hanya diceritakan dalam Al-Qur’an, meski tak secara langsung menyebut namanya.Sisi misterius memang memainkan peran tersendiri dalam membentuk ketokohan Nabi Khidir as. Atas dasar itu, kalangan sufi menyebutnya sebagai tokoh rijalul-ghaib. Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyatakan, “Di antara para wali ada orang yang sudah fana’ dari kebutuhan makan dan minum, menghindar dari umat manusia dan tak terlihat oleh pandangan mata mereka, ia diberi umur panjang, tidak mati-mati, seperti Nabi Khidir as.”
Banyak hal yang mengisahkan Nabi Khidir as. bersama Nabi Musa as. menjadi sumber inspirasi kehidupan batin para sufi, meski dalam beberapa hal pula, ada beberapa oknum dari kelompok sufi yang salah paham, dan justru menganggap kisah tersebut sebagai perseteruan antara ilmu dhahir dan ilmu batin, atau antara syariat dan hakikat.
Bahkan, atas dasar kisah itu, aliran Bathiniyyah beranggapan bahwa syariat hanya berlaku untuk para nabi dan kalangan awam, tidak berlaku untuk kalangan wali atau kalangan khawash.
Sosok Nabi Khidir as. memang begitu lekat dengan benak kaum sufi. Syekh Muhammad al-Khasanzan, Khalifah Tarekat Qadiriyah dunia pada akhir abad 14 Hijriyah, menyatakan bahwa Sosok Nabi Khidir as. adalah ramzun lit-thariq al-mushil ilal-hayat al-khadhra’ al-abadiyah. Berarti dalam anggapan beliau, Al-Khidir adalah semacam perlambang bagi jalan tasawuf.
Menurutnya, kata “Khidr” adalah lambang kehidupan. Khidr memiliki akar kata yang sama dengan khudrah yang berarti hijau. Hijau adalah lambang kehidupan. Secara jasmani beliau hidup dalam masa yang panjang, dan secara ruhani beliau adalah lambang kehidupan batin.Kenyataannya, Al-Khidir memang menjadi ikon yang tak tergantikan dalam perjalanan kehidupan sufistik.
Kisah para tokoh sufi, baik para wali yang masyhur ditingkat dunia ataupun para wali yang masyhur ditingkat lokal, nyaris tak pernah lepas dari “bumbu” kedatangan beliau. Bahkan, beliau terkesan seperti menjadi pemberi stempel bagi status kewalian.
Karena banyaknya pengalaman mistik para sufi dengan Sosok Nabi Khidir as. ini, maka mereka menjadi kelompok yang paling gigih dalam membela pandanganteologis bahwa Al-Khidir masih hidup. Bagi kalangan sufi, keberadaan Nabi Khidir adalah nyata dan bersentuhan langsung dengan dunia empiris mereka.
Dari berbagai referensi tasawuf tidak terlalu sulit menemukan kisah-kisah pertemuan para sufi dengan Sosok Nabi Khidir as.. Seperti dalam kisah-kisah Umar bin Abdil Aziz, Ibrahim bin Adham, Abdullah bin Mubarak, Junaid al-Baghdadi, al-Khawash, Ahmad Rafi’i, dan tokoh-tokoh sufi masyhur lainnya.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaylani, tercatat memiliki kisah yang cukup banyak dengan Al-Khidir. Al-Khidir menjadi semacam pembimbing bagi beliau, mulai sejak tirakat pengembaraan selama 25 tahun, hingga beliau menetap di Baghdad dan menjadi tokoh besar yang didatangi oleh para salik dari seluruh penjuru dunia.
Sebelum masuk ke Baghdad dan mengakhiri tirakat pengembaraannya, konon Sosok Nabi Khidir as. menyuruhnya untuk tirakat dipinggir sungai di tepi banghdad selama 7 tahun. Beliau makan dari rumput dan tumbuh-tumbuhan sekitarnya, hingga warna hijau rumput membekas dilehernya. Setelah itu, Al-Khidir mengatakan, “Hai Abdul Qadir, masuklah ke Baghdad”.
Selain Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tokoh sufi lain yang memiliki banyak kisah dengan Al-Khidir adalah Ibnu Arabi. Beliau menceritakan sendiri kisah-kisah itu dalam kitabnya Al-Futuhat al-Makkiyyah.
Maka tidak heran jika Muhammad Ghazi Arabi, seorang peneliti tasawuf di Jazirah Arab yang masih semasa dengan Syekh al-Khasanzan, menyatakan, “Sosok Nabi Khidir as. adalah guru kalangan sufi. Beliaulah yang menjadi penuntun dalam perjalanan panjang mereka. Maka, bagi para sufi, Khidir adalah guru, teman bicara, dan kawan terbaik yang pernah menyertai mereka. Dialah gurunya para syekh. Ia membimbing dan menuntun para salik, langkah demi langkah”.
Apa yang diungkapkan oleh Ghazi Arabi itu sangat pas dengan konsepsi para sufi tentang Sosok Nabi Khidir as. Pertemuan dengan Nabi Khidir as. selalu membawa pesan yang sangat berharga bagi jalan suluk yang mereka tempuh. Bagi mereka, Nabi Khidir as. memang pembimbing yang paling teduh, seteduh warna hijau yang terpantul didalam namanya.
"Nama asli/nama lengkap Nabi Khidir ditulis di kertas kemudian ditempel di dinding rumah atau toko/tempat usaha, fadhilahnya adalah insya allah rumah itu selalu damai, aman, dan suatu saat orang yang ada di dalam rumah itu akan bertemu nabi khidir, serta tokonya akan disukai orang banyak (syarat dagang)."
"dan apabila nama Nabi Khidir ditulis di kertas, kemudian disimpan dan dibawa kemana-mana, apabila kita mendapat masalah yang sulit kita pahami, insya Allah masalah itu cepat kita pahami dan mampu kita selesaikan. berkat Nabi khidir alaihis salam"
"Nama Lengkap Nabi Khidir Adalah Abul Abbas (Balya bin Malkan bin Falikh bin Anbar bin Salakh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh AS bin Lumakh bin Mutawasylikh bin Idris As bin Yard bin Mahlail bin Qainan bin Yanasy bin Syits bin Adam 'Alaihis Salam)."
Catatan: menulisnya bisa dengan bahasa arab dan juga bisa bahasa latin.
Mudah-mudahan berkat Rasulullah SAW, Datu kalampayan, abah guru sekumpul, para Auliya Allah SWT, dan orang-orang sholeh, diampuni segala dosa dan kesalahan dzohir bathin seumur hidup, qobul segala hajat, selamat dunia akhirat, husnul khatimah, dan masuk surga bighoiri hisaab, aaamiin yaa rabbal aalamiin.
0 komentar:
Posting Komentar