Minggu, 23 Oktober 2016

IKHLAS UNTUK ALLAH SYARAT UTAMA DITERIMANYA AMAL SHOLEH

Assalamu'alaikum Wr, Wb
Dunia adalah ujian bagi seluruh penghuninya, terutama manusia yang memang telah diciptakan dengan nafsu, akal, dan hati. Manusia yang memang telah di takdirkan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, tentu tidak akan ada yang dapat terlewat dari jerat ujian dan cobaan hidup yang diberikan oleh Allah SWT.

Ikhlas, adalah sebuah kata sederhana dan mengandung makna yang sangat indah. Kata ini sangat mudah untuk di ucapkan, namun sangat sulit untuk di realisasikan.

Dalam ajaran agama Islam, kata ikhlas ini senantiasa dikaitkan dengan ridho Allah SWT. Artinya, sebuah perbuatan baru dikatakan sebagai perbuatan yang ikhlas manakala tidak mengharapkan imbalan sekecil apapun, kecuali hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Hal ini telah disampaikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur'an yang artinya:

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridho dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karuniaNya dan demikian (pula) RasulNya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah”, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah : 59).

Ikhlas artinya bersih dari segala bentuk pamrih dan harapan kepada selain Allah SWT, sebesar apapun pamrih dan harapan tersebut. Satu-satunya harapan yang boleh dan wajib ada didalam sebuah keikhlasan hanyalah keridhoan Allah SWT semata. Dengan memurnikan tujuan hanya bertaqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotorinya. Ikhlas juga berarti menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan dan mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berorientasi hanya kepada Allah SWT.

Hal ini hanya akan dapat datang dari seseorang yang mencintai Allah SWT dan menggantung seluruh harapannya pada akhirat, tidak tersisa tempat di hatinya untuk mencintai dunia. Seseorang yang dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah SWT dan akhirat pasti seluruh aktivitas hariannya mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kembali merupakan cerminan dari cita-citanya untuk akhirat kelak sehingga yang dilakukannya dengan keikhlasan. Sebagaimana didalam Al-Qur'an di firmankan:

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagiNya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
(QS. Al-An’am: 162-163).

Suatu kalimat IKRAR yang sering kita baca ketika shalat, sebagai pernyataan rendah diri dan rasa tawadhu kita kepada Allah SWT.

Sesungguhnya segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta ini, baik di langit maupun di bumi pasti memiliki tujuan dan hikmahnya, bahkan seekor nyamuk kecil pun tidaklah diciptakan Allah secara sia-sia.

Puncak tujuan Allah menciptakan Jin dan manusia semata-mata untuk beribadah kepadanya, dimana di dalam Al-Qur'an Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ayat diatas jelas menyebutkan puncak tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah, yaitu hanya menyembah Allah semata.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: ‘Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hambaKu..? Dia menjawab: ‘Saya berjuang dan berperang demi Engkau Ya Allah sehingga saya mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untukKu, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat..? ‘ Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al-Qur’an demi Engkau.’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. ’Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat dengannya..?’ dia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai.” Allah berfirman: ‘Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 1905).

Abu Sa'id Al-Khudriy radiyallahu anhu meriwayatkan bahwa pada waktu Haji wada', Rasulullah SAW bersabda:
"Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar kata-kataku lalu menjaganya. Betapa banyak orang yang membawa pemahaman, tetapi ia sendiri tidak paham. Tiga hal yang seorang mukmin tidak akan dengki terhadapnya, mengikhlaskan amal kepada Allah, memberikan loyalitas kepada para pemimpin kaum muslimin dan selalu bergabung dengan jamaah mereka."(HR. Al-Bazzar dengan isnad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).

Hadist diatas memberi pengarahan bahwa ketiga hal diatas dapat memperbaiki hati (menjauhkan dari sifat dengki). Barangsiapa menjadikan ketiganya sebagai akhlak, pasti hatinya akan bersih dari khianat maupun kerusakan.

Seorang hamba hanya akan akan selamat dari godaan setan dengan keikhlasan. Allah SWT berfirman mengungkapkan pernyataan iblis. "Kecuali hamba-hambaMu yang selalu ikhlas" (QS. Shad: 83).

BAGAIMANA CARA AGAR IKHLAS.
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantaniy menyebutkan:
وكمال مقام الاخلاص يحصل بشهود العبد ان عمله خلقا لله على سبيل اليقين
"Kedudukan ikhlas yang sempurna bisa diraih dengan pernyataan seorang hamba secara yakin bahwa segala amal ibadah yang dia lakukan semata-mata milik Allah SWT (Allah Ta'ala yang menghendakinya)".

Semoga kita bisa menanamkan jiwa ikhlas yang sesungguhnya dalam ibadah dan beramal saleh. Aamiin yaa robbal aalamiin.

0 komentar:

Posting Komentar