Perisai Mukmin Sejati

PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Channel youtube berbagi kumpulan shalawat nabi dan dzikir serta kisah islami

SHALAWAT SULTHON MAHMUD AL-GHOZNAWI

Sekali Baca = 300.000 Shalawat! Shalawat Sulthon Mahmud Al-Ghoznawi | Dahsyatnya Keutamaan!

THORIQOH SAMMANIYAH ABAH GURU SEKUMPUL

Dzikir Paling LANGKA Dalam 100 Tahun | Hanya Diberikan Kepada 1 Orang

Ustadz Abdul Shomad Lc MA

Amalan Penghapus Dosa dan Mengangkat Derajat

Ijazah Membuka Sesuatu yang tertutup

Ijazah amalan dari Habib Syech untuk membuka sesuatu yang tertutup

KEUTAMAAN DAN BERKAH MANDI DI WAKTU FAJAR

keistimewaan mandi fajar yaitu mandi pada pagi hari sebelum adzan subuh yang sebagian orang tidak mengetahuinya.

HAJAT TERKABUL DENGAN ISTIQOMAH SHALAT TASBIH

Memohon hajat yang sulit agar terkabul dengan barokah melaksanakan shalat tasbih

03 November 2025

Meracik Jamu Kuat Seks

Meracik Jamu Kuat Seks

Dalam kehidupan rumah tangga, berhubungan intim antara suami dan istri merupakan hal yang penting dalam menjaga keharmonisan keluarga. Berhubungan intim dilakukan bukan hanya untuk memenuhi hasrat biologis saja, namun di dalamnya terdapat dimensi psikis atau batin yang dapat menguatkan hubungan jiwa antara suami dan istri.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin juz II, halaman 50 menjelaskan bahwa berhubungan badan dengan istri bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Suami dan istri bisa mempercepat atau memperlambat frekuensi hubungan intim sesuai kebutuhan pasangan. Hal ini agar tidak ada pemikiran dan tindakan perselingkuhan. Suami memiliki kewajiban memenuhi hasrat biologis istrinya dan suami tidak boleh memaksakan kepada istri, keinginannya untuk berhubungan intim.

Imam Ghazali menyebut, idealnya suami melakukan hubungan intim dengan istri dalam empat malam sekali. Angka ini didasarkan pada maksimal istri yang boleh dinikah oleh seorang laki-laki adalah empat orang. Sehingga suami boleh menunda tidak berhubungan intim hingga lebih dari empat hari. Berhubungan intim juga bukan hanya terkait dengan kuantitas atau frekuensi sering dan tidaknya. Aktivitas seksual tersebut juga sangat penting memperhatikan kualitas sehingga mampu memuaskan keduanya. Berbagai persiapan perlu dilakukan baik fisik maupun psikis. Dan yang sering menjadi ukuran kualitas dari berhubungan suami istri adalah durasi dari ‘permainan’ yang dilakukan.

Masing-masing pasangan harus mampu memberikan kenikmatan seksual yang salah satunya adalah dengan ketahanan dalam ‘bercinta’ atau tidak mengalami ejakulasi dini. Kondisi ejakulasi dini dapat mengakibatkan pasangan kecewa karena salah satu tidak dapat menikmati ‘puncak’ kenikmatan dalam berhubungan. Jika ini terjadi maka sebaiknya dikomunikasikan baik-baik dengan isteri untuk mencari jalan keluarnya.

Usaha medis perlu dilakukan di antaranya dengan melakukan konsultasi kepada dokter spesialis dan melakukan pengobatan. Karena ejakulasi dini lebih banyak dialami oleh suami, maka dalam mengatasinya, istri juga harus memberikan dukungan penuh.

Dalam literatur Islam, ada kitab yang memuat sebuah doa agar laki-laki tidak mengalami ejakulasi dini dan dapat membahagiakan istri. Ikhtiar tersebut termaktub dalam kitab Faidlul Qadir karya Abdurra’uf al-Munawi yang Ibnul Munkadir memanjatkan do’a agar dikuatkan dzakarnya untuk memberi nafkah batin yang diinginkan oleh istrinya.

Berikut kutipannya:

وَكَانَ ابْنُ الْمُنْكَدِرِ يَقُولُ : اَللَّهُمَّ قَوِّ ذَكَرِي فَإِنَّهُ مَنْفَعَةٌ لِأَهْلِي. وَإِنَّمَا سَأَلَ قُوَّتَهُ لِيَخْرُجَ مِنْ حَقِّ زَوْجَتِهِ لَا لِقَضَاءِ النَّهْمَةِ لِأَنَّ الْمَرْأَةَ نَهْمَتُهَا فِي الرِّجَالِ فَإِذَا عَطَلهَا خِيفَ عَلَيْهَا الزِّنَا.

"Artinya, “Ibnul Munkadir berdo’a, ‘Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat buat isteriku’. Doa itu dipanjatkan agar Allah menguatkan dzakar Ibnul Munkadir semata-mata untuk memenuhi kewajibannya sebagai suami yang menjadi hak isterinya, bukan untuk mengumbar syahwatnya. Sebab, birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan"(Aburra’uf al-Munawi, Faidlul Qadir, Darul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz, IV, h 145)


Dari kutipan ini kita bisa memahami bahwa harus ada upaya untuk tidak ejakulasi dini guna membahagiakan istri sehingga tidak terjadi perselingkuhan. Upaya tersebut bukan hanya dalam bentuk ikhtiar medis, namun juga melalui doa sebagai kamantapan dan keyakinan hati untuk tidak mengalami ejakulasi dini. Di antara doa yang bisa dibaca adalah doa yang dipanjatkan Ibnul Mukadir, salah seorang tabi’in yakni:

اَللَّهُمَّ قَوِّ ذَكَرِي فَإِنَّهُ مَنْفَعَةٌ لِأَهْلِي

ALLAAHUMMA QOWWI DZAKARI FA-INNAHU MANFA’ATUN LI AHLI

"Artinya, “Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat buat isteriku.”

Lalu bagaimana hukumnya jika untuk tidak ejakulasi dini dan memiliki daya tahan tubuh, suami istri mengonsumsi obat-obat baik medis maupun ramuan seperti madu, telur, dan ramuan-ramuan lainnya.?

Dalam Kitab I’anatuth Thalibin, Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha menjelaskan bahwa meminum obat kuat agar tidak ejakulasi dini dan kuat dalam berhubungan badan dengan istri hukumnya sunnah. Kesunahan ini dengan catatan bahwa obat yang digunakan diperbolehkan secara medis dan dengan tujuan baik seperti menjaga keharmonisan keluarga dan mendapatkan keturunan.

ويندب التقوي له بأدوية مباحة مع رعاية القوانين الطبية ومع قصد صالح، كعفة ونسل، لأنه وسيلة لمحبوب فليكن محبوبا، وكثير من الناس يترك التقوي المذكور فيتولد من الوطئ مضار جدا

"Artinya: “Dan disunnahkan bagi lelaki menggunakan media yang bisa memperkuat tubuh dengan obat-obatan yang diperkenankan namun harus dengan memperhatikan aturan-aturan medis serta mempunyai tujuan yang baik, seperti menjaga keharmonisan keluarga dan keturunan. Karena hal tersebut merupakan media supaya lelaki tetap dicintai istrinya. Oleh karena itu sebaiknya lelaki memang dicintai istrinya. Banyak masyarakat yang tidak menggunakan obat kuat tersebut. Akhirnya senggamanya menghasilkan bahaya yang cukup besar.” (Abu Bakar bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I’ânatuth Thâlibîn"(Dârul Fikr, 1997], juz 3, halaman 316)


Sementara ikhtiar medis dikutip dari laman hallo doc menyebutkan bahwa rata-rata sekitar 45 persen pria berejakulasi dalam dua menit. Sementara itu, waktu yang ideal untuk mendapatkan kepuasan selama berhubungan intim maksimal adalah 7-13 menit saja. Agar bisa tahan lama, beberapa upaya fisik perlu dilakukan di antaranya dengan olahraga, konsumsi makanan sehat, mengontrol pikiran, mengeksplorasi posisi berhubungan badan, menjadwalkan kegiatan hubungan intim, dan berkomunikasi untuk menghilangkan stres.

MERACIK JAMU KUAT SEX

Bahan-Bahan:

  • Kopi Bubuk 1 sendok makan
  • Madu 1 sendok makan
  • Merica 7 butir (di tumbuk sampai halus)
  • Jahe kira kira 1 ons (di parud di ambil airnya)
  • Telur ayam kampung 1 butir (di kocok)
  • Jeruk nipis 1 biji di ambil airnya
  • Kecap 1 sendok makan.
  • Semua bahan di campur sampai betul betul merata habis itu di minum sebelum berhubungan badan atau sebelum tidur.

Khasiatnya untuk : kejantanan suami saat melakukan Hubungan badan dengan istrinya, serta dapat menyembuhkan sakit pinggang, pegal linu, dan penghilang capek setelah habis bekerja. Semoga Bermanfaat.

02 November 2025

Doa anti gendam, pencuri, perampok dan jambret

Doa anti gendam, pencuri, perampok dan jambret

Sebagai seorang muslim, kita menyadari bahwa kehidupan di dunia ini penuh dengan berbagai tantangan dan ancaman, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Ancaman tersebut bisa datang dari berbagai sumber, mulai dari manusia, jin, setan, hingga berbagai bentuk bencana dan ujian kehidupan.

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-Mukmin ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗ

"Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan)"


Melalui doa, kita mengakui keterbatasan diri dan menempatkan kepercayaan penuh kepada Allah sebagai satu-satunya tempat memohon perlindungan.

Dalam menghadapi berbagai ancaman tersebut, kita perlu memahami bahwa setiap bentuk perlindungan yang kita rasakan hakikatnya berasal dari Allah SWT. Meskipun kita melakukan berbagai upaya lahiriah untuk melindungi diri, tanpa pertolongan Allah, segala upaya tersebut tidak akan berarti apa-apa. Oleh karena itu, memohon perlindungan kepada Allah melalui doa merupakan bentuk ibadah yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.

Di artikel blog Perisai Mukmin ini, kita akan membahas suatu doa meminta perlindungan Anti gendam, Pencuri, Perampok dan Jambret yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

DOA ANTI GENDAM, PENCURI DAN JAMBRET
يَا وَدُوْدُ ، يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيدِ ، يَا فَعَالُ لِمَا يُرِيْدُ ، أَسْأَلُكَ بِعِزَكَ الَّذِي لَا يُرَامُ ، وَمُلْكِكَ الَّذِي لَا يُضَامُ ، وَبِنُوْرِكَ الَّذِي مَلَأَ أَرْكَانَ عَرْشِكَ أَنْ تَكْفِينِي شَرَّ هَذَا (......) ، يَا مُغِيْثُ ، أَغِثْنِي،  يَا مُغِيْثُ ، أَغِثْنِي.

YAA WADUUD, YAA DZAL 'ARSYIL MAJIID, YA FA'AALU LIMA YURIID, AS-ALUKA BI-'IZZIKAL LADZII LAA YUROOM, WA MULKIKAL-LADZII LAA YUDHOOM, WA BINUURIKAL LADZII MALA ARKAANA 'ARSYIKA AN TAKFIYANI SYARRO HADZAA (di isi dengan keadaan yang sedang dihadapi) YAA MUGHIITSU AGHITSNII, YAA MUGHIITSU, AGHITSNII...

"Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Pencinta, wahai Pemilik ‘Arasy yang mulia, wahai Dzat yang berbuat sesuai kehendak-Nya, aku memohon kepada-Mu dengan keperkasaan-Mu yang tak terkalahkan, dengan kerajaan-Mu yang tak terhinakan, dan dengan cahaya-Mu yang telah memenuhi seluruh penjuru ‘Arsy-Mu, agar Engkau lindungi aku dari kejahatan (……), wahai Dzat Yang Maha Penolong, tolonglah aku, wahai Dzat Yang Maha Penolong, tolonglah aku, wahai Dzat Yang Maha Penolong, tolonglah aku."


Keterangan:
  • Lafadz Aghitsni yang pertama dan kedua diulang sebanyak 3x.
  • Saat membaca Aghitsnii berdoalah sepenuh hati memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT.
  •  
  • Tatacara dibaca 3x setelah keluar dari rumah/hendak berpergian.
  • Atas izin Allah akan diberi perlindungan dan bahkan orang yang akan berbuat jahat bisa jadi meninggal seketika itu.Harap berhati-hati

Shalawat Fulus Emas

Shalawat Fulus Emas

Ada bermacam macam shalawat, salah satunya Shalawat Fulus Emas yang berarti ‘Fulus’ adalah uang. Memang banyak shalawat yang dibentuk oleh para ulama untuk wasilah berdoa dan memohon kepada Allah SWT atas suatu hajat. Seperti Shalawat Thibbil Qulub untuk maksud penyembuhan, ada shalawat Nariyah untuk banyak sekali hajat dan shalawat-shalawat lain yang jumlahnya sangat banyak. Diantara shalawat itu ada shalawat Fulus Emas untuk urusan rezeki.

Sebab itulah, berikut ini saya akan sampaikan mengenai shalawat untuk kerezekian. Sebuah amalan dzikir untuk menarik uang dan mendatangkan berbagai rezeki. Sehingga rezeki Anda akan terbuka lebar serta kekayaan yang melimpah

SHALAWAT FULUS EMAS
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْمَبْعُوْثِ صَلَاةً تُجِعُلِى بِهَا مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْفُلُوْسِ فِيْ هَذِهِ السَّاعَةِ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِمْ

ALLAHUMMA SHOLLI WASALLIM WABAARIK ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADINIL MAB'UTSI SHALATAN TUJI'ULI BIHAA MINAL AMWAALI WAL FULUUSI FII HADZIHIS SAA'ATI WA ALAA AALIHI WASHOHBIHI WASALLIM

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam, dan berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad yang diutus, dengan shalawat yang menjadikan aku mendapatkan harta dan uang pada saat ini, serta limpahkan pula kepada keluarga dan para sahabat beliau, dan berilah kesejahteraan


TATA CARA MENGAMALKAN
  • "Bismillaahirrahmaanirrahiim"
  • Astaghfirulloohal azhiim (100x)
  • Ilaa hadhrotin-nabiyyil mushthofaa Muhammadin SAW (Al-Faatihah 1x)
  • Ilaa hadhrotin-nabiyulloh Khidhir abil abbas balya ibni malkan alaihis-salam (Al-Faatihah 1x)
  • Ilaa hadhroti sayyidi Syaikh Muhyiddin Abi Muhammad sulthonil Auliya-i Syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani bin Abi sholih musa janka dausat, wa sayyidi Syaikh Abil Abbas ahmad bin Ali Al-Buni, wa sayyidi Syaikh Abil Hasan Ali bin Abdillah bin Abdil Jabbar Asy-syadzili, wa sayyidi Syaikh Ahmad Ar-rifa’i, wa sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi, wa sayyidi Syaikh Ibrahim Al-Qurasy Ad-dusuqi rodhialloohu anhum (Syai'ul-lillaahi lahumul faatihah 1x)
  • Ilaa hadhroti sayyidi Syaikh Raden rahmat sunan ampel, wa ilaa Syaikh Syarif hidayatullah sunan gunung jati, wa ilaa Raden syahid sunan kalijaga, wa ilaa Mbah kuwu sangkan cirebon girang, (Syai'ul-lillaahi lahumul faatihah 1x)
  • Ilaa hadhroti Sayyidi Syaikh Almarhum Kyai Muhammad Abdul Malik Kedungparuk purwokerto, Wa Sayyidi Syaikh Almarhum Kyai Hamim Jazuli Gus Miek Kediri, wa Sayyidi Syaikh Al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim Pekalongan, wa ila Al-ustadz Maulana Gus Laduny, (Syai'ul-lillaahi lahumul faatihah 1x)
  • Ilaa hadhroti jami’il khola-iqi ajma’iin khususon liro’iyyah qoryati (…nama daerah tempat tinggal anda….....) wa dzallilhum lii birohmatika Yaa Arhamar-rahimiin (Syai'ul-lillaahi lahumul faatihah 1x)
  • Wa ilaa haajaati……………………. Lillaahi ta'aalaa (Al-Faatihah 1x)
  • Ilaa hadhroti li-man ajazani Alwan Idris Ma’ruf/Ulul Mukmin Sunan Idris (Al-Faatihah 1x)
DOA SETELAH MENGAMALKAN SHALAWAT FULUS EMAS
اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ, يَاسَيِّدِنَا يَا رَسُولُ اللّٰهُ مُحَمَّدِ, إِنَّا نَتَوَسَّلُ بِكَ إِلَى اللّٰهِ تَعَالٰى لِيَقْضِيَ حَاجَاتِنَا یَا آللّٰهِ أَكُؤْ مُؤْهُوْنْ بٓارْكَهْيٓا صَلَوَاتْ الفُلُوْسْ بِالصَّلَاةِ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

ASH-SHOLAATU WASSALAMU ALAIKA YAA SAYYIDINAA YAA RASUULALLAH MUHAMMAD, INNA NATAWASSALU BIKA ILALLAH TA’ALAA LIYAQDHIYA HAJATINAA, YA ALLAH AKU MOHON BERKAHNYA SHOLAWAT FULUS BISH-SHOLAATI ‘ALAA NABIYYIKA MUHAMMADIN SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, WALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIIN.


KETERANGAN:

Untuk mengaktifkan energi Sholawat Fulus Emas ini caranya dengan dipuasai selama tiga hari berturut-turut yaitu pada hari Selasa, Rabu dan kamis, dengan setiap malamnya pukul. 00.00 WIS melakukan pembacaan wirid amalan diatas. Apabila sudah menyelesaikan puasa selama tiga hari selanjutnya wirid amalan ini harus di istiqomahkan dengan diwirid setiap hari, dan khusus bacaan Shalawat-nya cukup dibaca sebanyak 11x saja.

KHASIAT SHALAWAT FULUS EMAS:

Khasiatnya khusus supaya rizki lancar dan khususnya rizki dalam bentuk uang dan memiliki banyak perhiasan Emas.

Ragam puasa sunnah

Ragam puasa sunnah

Puasa sunnah adalah salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam. Meskipun tidak diwajibkan, melaksanakan puasa sunnah memiliki nilai keutamaan yang tinggi dan banyak manfaatnya bagi umat Muslim. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara komprehensif tentang hukum puasa sunnah dalam Islam, macam-macam puasa sunnah, dan manfaat melaksanakan puasa sunnah.

Pengertian Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah bentuk ibadah puasa yang dianjurkan dalam agama Islam, tetapi tidak diwajibkan. Ini berarti bahwa melaksanakan puasa sunnah adalah suatu kebaikan dan mendatangkan pahala, tetapi tidak membawa konsekuensi dosa jika ditinggalkan. Puasa sunnah dilakukan atas dasar kesadaran individu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan ketakwaan.

Puasa sunnah adalah ibadah puasa yang dilakukan atas dasar kemauan dan kesadaran pribadi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini dilakukan di luar puasa wajib seperti puasa Ramadan yang diwajibkan bagi setiap Muslim dewasa dan mukallaf (seseorang yang telah memenuhi beberapa kreteria untuk menyandang kewajiban dari Allah sebagai konsekuensinya). Puasa sunnah juga dapat dilakukan dengan berbagai macam pola dan pada waktu-waktu tertentu yang tidak ditentukan secara khusus oleh syariat Islam.

Perbedaan antara Puasa Sunnah dan Puasa Wajib

Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW di luar puasa wajib (puasa Ramadan). Puasa sunnah berfungsi sebagai nafilah, yaitu ibadah tambahan dan pelengkap yang dapat melengkapi ibadah fardu yang sudah dikerjakan agar lebih sempurna.

Adapun beberapa perbedaan utama antara puasa wajib dan puasa sunnah yaitu:

Niat puasa wajib harus dilakukan sebelum fajar. Niat puasa sunnah boleh dilakukan setelah terbit fajar jika belum makan, minum, dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Untuk puasa wajib, seseorang yang hendak melakukannya wajib untuk memperjelas jenis puasanya, seperti puasa Ramadan, kafarat, nazar, atau qadha'. Untuk puasa sunnah, orang tersebut tidak perlu untuk memperjelas jenis puasa yang hendak dilakukan.

Hukum Puasa Sunnah dalam Islam

Puasa sunnah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama Islam. Meskipun tidak diwajibkan, melaksanakan puasa sunnah sangat dianjurkan dan mendatangkan banyak keutamaan.

Dalam Islam, hukum puasa sunnah diperoleh dari dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad SAW, serta penjelasan ulama-ulama terkemuka. Beberapa dalil yang spesifik menyebutkan puasa sunnah ada pada hadis Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad:

"Pada hari Senin dan Kamis semua amal (manusia) diangkat (diserahkan pada Allah). Maka, aku sangat menyukai ketika amalku diangkat, aku sedang dalam keadaan berpuasa"(HR. Muslim).

"Rasulullah SAW biasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis"(HR. Bukhari dan Muslim).

"Rasulullah SAW selalu menjaga puasa Senin dan Kamis"(HR Tirmidzi dan Ahmad).

"Amal perbuatan manusia akan disampaikan pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diserahkan saat aku berpuasa"(HR Tirmidzi).

Rasulullah SAW memberikan contoh dengan melaksanakan puasa sunnah secara rutin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan teladan yang baik bagi umat Islam.

Keutamaan Melaksanakan Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah ibadah tambahan dan pelengkap yang dapat melengkapi ibadah fardu yang sudah dikerjakan agar lebih sempurna. Puasa sunnah juga berarti bentuk pendekatan diri atau taqarrub kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa keutamaan puasa sunnah:

  • Menambah pahala dan ketakwaan kepada Allah SWT
  • Meningkatkan derajat seseorang muslim
  • Memperoleh gelar takwa
  • Mendapat pahala besar serta keberkahan dari Allah SWT
  • Malaikat selalu berselawat atas orang yang berpuasa
  • Allah akan menjauhkannya dari api neraka selama 70 tahun
  • Seorang muslim yang melaksanakan puasa sunnah ayyamul bidh maka bagaikan puasa sepanjang masa
Macam-Macam Puasa Sunnah

Puasa sunnah merupakan ibadah tambahan yang dianjurkan bagi umat Islam selain dari puasa wajib seperti puasa Ramadan. Berikut adalah beberapa macam puasa sunnah yang diajarkan dalam agama Islam:

1. Puasa Sunnah Senin Kamis

Puasa Senin Kamis adalah puasa sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Puasa ini dilakukan pada hari Senin dan Kamis, dari saat fajar hingga matahari terbenam. Puasa Senin Kamis adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa dan mendapatkan pahala yang besar. Puasa ini juga bisa menjadi bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Puasa Senin Kamis memiliki banyak keutamaan dan manfaat. Dalam hadits Nabi Muhammad Saw pun disebutkan keistimewaan puasa sunnah ini. Dalam HR Tirmidzi, Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya)


Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)


Tata cara melaksanakan puasa Senin Kamis sama seperti puasa pada umumnya. Umat Islam wajib menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Niat puasa hari Senin:

نَوَّيْتُ صَوْمَ يَوْمُ الْاِثْنَيْنِ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma yaumul itsnaini sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa hari Senin, Sunnah karena Allah ta’aala”


Niat puasa hari Kamis:

نَوَّيْتُ صَوْمَ يَوْمُ الخَمِيْسْ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma yaumul khomis sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’aalaa”


2. Puasa Sunnah Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender Hijriah. Puasa ini juga dikenal sebagai puasa hari-hari putih. Puasa Ayyamul Bidh memiliki keistimewaan karena dilakukan pada malam hari di mana bulan purnama tengah bercahaya dengan cahaya putih.

Puasa Ayyamul Bidh memiliki keutamaan dan diganjar pahala puasa sepanjang tahun. Rasulullah SAW juga mengamalkan puasa Ayyamul Bidh.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur” (HR. Bukhari no. 1178)


Mu’adzah bertanya pada Aisyah:

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulannya....?” Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut..?” Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR.Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)


Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar” (HR. An Nasai no. 2345. Hasan)


Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda padanya:

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan)


Niat Puasa Ayyamul Bidh:

نَوَّيْتُ صَوْمَ اَيَّامُ الْبِيْضْ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma ayyamul bidh sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa pada hari-hari putih, sunnah karena Allah ta’aalaa”


3. Puasa Sunnah Daud

Puasa Daud adalah puasa sunnah yang dilakukan oleh Nabi Daud AS. Puasa Daud dilakukan dengan cara berpuasa selama satu hari dan berbuka pada hari berikutnya, dan dilakukan secara berkesinambungan.Intinya cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak

Puasa Daud merupakan salah satu jenis puasa sunnah dalam agama Islam. Artinya, puasa ini tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk ibadah tambahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT serta mengamalkan ajaran Nabi.

Durasi Puasa Daud sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Waktu pelaksanaan puasa Daud bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari diharamkan puasa yaitu pada: Idul fitri (1 Syawal), Idul adha (10 Zulhijah).

Rasulullah Saw. sendiri mengatakan bahwa puasa Daud merupakan puasa sunah yang lebih utama dibandingkan puasa sunnah yang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)


Dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma, ia berkata:

أُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنِّى أَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ . فَقَالَ لَهُ رَسسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « أَنْتَ الَّذِى تَقُولُ وَاللَّهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ وَلأَقُومَنَّ اللَّيْلَ مَا عِشْتُ » قُلْتُ قَدْ ق قُلْتُهُ . قَالَ « إِنَّكَ لاَ تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ ، فَصُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ، فَإِنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ » . فَقُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ » . قَالَ قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ . قَالَ « فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا ، وَذَلِكَ صِيَامُ دَااوُدَ ، وَهْوَ عَدْلُ الصِّيَامِ » . قُلْتُ إِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ

Disampaikan kabar kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa aku berkata; "Demi Allah, sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku akan shalat malam sepanjang hidupku”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya kepadanya (Abdullah bin Amru): “Benarkah kamu yang berkata; “Sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku pasti akan shalat malam sepanjang hidupku...?". Kujawab; “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku memang telah mengatakannya”. Maka Beliau berkata: “Sungguh kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya. Akan tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah dan berpuasalah selama tiga hari dalam setiap bulan karena setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan itu seperti puasa sepanjang tahun". Aku katakan: “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah”. Beliau berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah selama dua hari”. Aku katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu”. Beliau berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa Nabi Allah Daud alaihi salam yang merupakan puasa yang paling utama”. Aku katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu”. Maka beliau bersabda: “Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu” (HR. Bukhari no. 3418 dan Muslim no. 1159)


Ibnu Hazm mengatakan, “Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang dari melakukan puasa lebih dari puasa Daud yaitu sehari puasa sehari tidak.”.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Puasa seperti puasa Daud, sehari berpuasa sehari tidak adalah lebih afdhol dari puasa yang dilakukan terus menerus (setiap harinya).”.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat, di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa.Wallahul Muwaffiq

Niat Puasa Daud:

نَوَّيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma dawuda sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa Daud, sunnah karena Alloh ta’aalaa”


4. Puasa di Awal Dzulhijah (Tarwiyah)

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al-Qur’an, dan amalan sholih lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى ى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ »

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah..?" Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih)


Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya” (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih)


Niat Puasa Tarwiyah:

نَوَّيْتُ صُوْمَ تَرْوِيَهْ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma tarwiyah sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa tarwiyah, sunnah karena Allah ta’aalaa”


5. Puasa Sunnah Arafah

Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Puasa ini dinamakan Arafah karena bertepatan dengan momen wukuf di Arafah yang dilakukan oleh para jamaah haji.

Puasa Arafah merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan dilaksanakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Imam Muslim meriwayatkan:

"Puasa hari Arafah adalah puasa yang aku harapkan dengan puasa tersebut Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa pada tahun yang telah lewat dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang".(HR. Muslim)

Abu Qotadah Al-Anshoriy berkata:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Nabi shallallahu alaihi wasallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arofah...? Beliau menjawab, ”Puasa Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura..? Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162)


Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah. Dari Ibnu Abbas, beliau berkata:

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ

“Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya” (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih)


Niat Puasa Arofah:

نَوَّيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma Arofah sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa Arofah, sunnah karena Allah ta’aala”


6. Puasa di Bulan Sya’ban

Aisyah radhiyallahu anha mengatakan:

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu alaihi wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)


Dalam lafazh Muslim, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan:

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Nabi shallallahu alaihi wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja” (HR. Muslim no. 1156)


Yang dimaksud disini adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya) sebagaimana diterangkan oleh Az-Zain ibnul Munir. Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.

Niat Puasa Sya’ban:

نَوَّيْتُ صَوْمَ شَهْرِ شَعْبَانْ سُنَةً لِلّٰه تَعَالٰى

Nawwaitu shouma syahri sya’baan sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Alloh ta’aalaa”


7. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh” (HR. Muslim no. 1164)


Niat Puasa Syawal:

نَوَّيْتُ صَوْمَ شَهْرِ شَوَّالْ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma syahri syawwal sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa syawal, sunnah karena Alloh ta’aalaa”


8. Puasa Muharram (10 Muharram)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ االْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam” (HR. Muslim no. 1163)


An-Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.”

Keutamaan puasa Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah diatas. Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu alaihi wasallam bertekad diakhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun di ikut sertakan dengan puasa pada hari sebelumnya yaitu (9 Muharram). Dimana tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan insya Allah (jika Allah menghendaki) kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia” (HR. Muslim no. 1134)


Jadi untuk melakukan puasa Asyura 10 Muharram harus di mulai dari tanggal 9,10,11 Muharram, dimana hal itu untuk membedakan dengan hari raya orang yahudi.

Niat Puasa Muharram:

نَوَّيْتُ صَوْمَ عَشُرَ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma Asyuro sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa asyuro, sunnah karena Allah ta’aalaa”


9. Puasa Rajab

Di awal atau saat memasuki bulan Rajab, sebagian saudara kita ada yang menyebarkan info bahwa puasa Rajab tanggal 1 akan menghapus dosa selama 3 tahun, tanggal 2 akan menghapus dosa 2 tahun, tanggal 3 akan menghapus dosa 1 tahun, tanggal 4 akan menghapus dosa selama 1 bulan, dan amal di bulan rajab akan diberi pahala 70 kali lipat. Adakah anjuran secara khusus puasa awal Rajab..?

Hadits Tentang Puasa Rajab

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 213).

Ibnu Rajab menjelaskan pula, “Sebagian salaf berpuasa pada bulan haram seluruhnya (bukan hanya pada bulan Rajab saja). Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Ibnu Umar, Al Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Sabi’iy. Ats Tsauri berkata, “Bulan haram sangat kusuka berpuasa di dalamnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 214).

Ibnu Rajab kembali berkata, “Tidak dimakruhkan jika seseorang berpuasa Rajab namun disertai dengan puasa sunnah pada bulan lainnya”.Demikian pendapat sebagian ulama Hambali.

Seperti misalnya ia berpuasa Rajab disertai pula dengan puasa pada bulan haram lainnya. Atau bisa pula dia berpuasa Rajab disertai dengan puasa pada bulan Sya’ban. Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ibnu Umar dan ulama lainnya berpuasa pada bulan haram (bukan hanya bulan Rajab saja). Ditegaskan pula oleh Imam Ahmad bahwa siapa yang berpuasa penuh pada bulan Rajab, maka saja ia telah melakukan puasa dahr yang terlarang (yaitu berpuasa setahun penuh).” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 215).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap hadits yang membicarakan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat setelah Maghrib pada malam-malam pertama bulan Rajab), itu berdasarkan hadits dusta.” (Al Manar Al Munif, hal. 49).

Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, “Adapun puasa Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram yang lain. Tidak ada hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa Rajab secara khusus. Jika pun ada, maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah, 1: 401).

Sebagaimana dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah (1: 401), Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Tidak ada dalil yang menunjukkan keutamaan puasa di bulan Rajab atau menjelaskan puasa tertentu di bulan tersebut. Begitu pula tidak ada dalil yang menganjurkan shalat malam secara khusus pada bulan Rajab. Artinya, tidak ada dalil shahih yang bisa jadi pendukung.”

Syaikh Sholih Al-Munajjid hafizhohullah berkata, “Adapun mengkhususkan puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian orang dengan mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk puasa dengan keyakinan bahwa puasa saat itu memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak ada dalil yang mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 75394).

Puasa Hari Tertentu dari Bulan Rajab

Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya, “Diketahui bahwa di bulan Rajab dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Apakah puasa tersebut dilakukan di awal, di tengah ataukah di akhir.”

Jawaban dari para ulama yang duduk di komisi tersebut, “Yang tepat, tidaklah ada hadits yang membicarakan puasa khusus di bulan Rajab selain hadits yang dikeluarkan oleh An Nasa-i dan Abu Daud, hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari hadits Usamah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah pernah melihatmu berpuasa yang lebih bersemangat dari bulan Sya’ban.” Beliau bersabda, “Bulan Sya’ban adalah waktu saat manusia itu lalai, bulan tersebut terletak antara Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah saat amalan diangkat pada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karenanya, aku suka amalanku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Ahmad 5: 201, An Nasai dalam Al Mujtaba 4: 201, Ibnu Abi Syaibah (3: 103), Abu Ya’la, Ibnu Zanjawaih, Ibnu Abi ‘Ashim, Al Barudi, Sa’id bin Manshur sebagaimana disebutkan dalam Kanzul ‘Amal 8: 655).

Nah bila saudara pembaca mau berpuasa rajab, berpuasalah semata-mata karena Allah dan biarlah Alloh sendiri yang membalas puasa yang telah kita lakukan.

Niat Puasa Rajab:

نَوَّيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبِ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰى

Nawwaitu shouma syahri Rojab sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa rajab, sunnah karena Allah ta’aala”


10. Puasa Hajat

Puasa Hajat adalah puasa yang dilakukan bila seseorang ingin memohon kepada Alloh agar segala doa dan harapan yang diminta terkabul. Seperti agar lulus ujian, mau melamar kerja, agar mudah mencari rizki, dan lain sebagainya. Puasa hajat dapat dikerjakan kapanpun asal waktu yang di larang untuk berpuasa

Niat Puasa Hajat:

نَوَّيْتُ صَوْمَ غَدِنْ لِقَضَعِلْ حَجَاتِ سُنَةً لِلّٰهِ تَعَالٰ

Nawwaitu shouma ghodin li-qodho’il hajaati sunnatan lillaahi ta’aalaa

“Saya niat puasa agar dilaksanakan segala hajat, sunnah karena Allah ta’aala”


Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah

Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ

“Pada suatu hari, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan...?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa” (HR. Muslim no. 1154).


An-Nawawi memberi judul dalam Shahih Muslim, “Bab, Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur”

Kedua: Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

Ketiga: Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026).


An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.” [13] Beliau rahimahullah menjelaskan pula, “Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang dengannya.”

Manfaat Melaksanakan Puasa Sunnah

Puasa sunnah tidak hanya memberikan keutamaan spiritual, tetapi juga memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan dan keuangan seseorang. Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melaksanakan puasa sunnah:

1. Manfaat Spiritual

Puasa sunnah merupakan salah satu bentuk ibadah yang dapat meningkatkan kedekatan seseorang dengan Allah SWT. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama beberapa waktu, seseorang dapat lebih fokus pada ibadah dan introspeksi diri. Puasa sunnah juga membantu seseorang untuk membersihkan jiwa dan memperkuat ikatan spiritualnya dengan Sang Pencipta.

2. Manfaat Kesehatan

Selain manfaat spiritual, puasa sunnah juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Puasa secara periodik telah terbukti dapat membantu tubuh dalam melakukan proses detoksifikasi dan regenerasi sel. Selain itu, puasa sunnah juga dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan metabolisme tubuh, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

3. Manfaat Keuangan

Melaksanakan puasa sunnah juga dapat memberikan manfaat bagi keuangan seseorang. Dengan menahan diri dari makan dan minum dalam waktu tertentu, seseorang dapat menghemat pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan minuman. Selain itu, puasa sunnah juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan pengendalian diri dalam mengelola keuangan, sehingga dapat membantu seseorang untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan pribadinya.

SEDANG HARI YANG DILARANG UNTUK BERPUASA

1. Dua Hari Raya

Dari Abi Sa’id Al-Khudlriyyi R.a: "Bahwasanya Rasulullah SAW telah melarang puasa pada dua hari: hari Idul Fithri dan hari Idul Adha" (HR. Muttafaq’alaih).

Para ulama telah sepakat atas haramnya berpuasa pada kedua hari raya baik puasa fardu maupun puasa sunnah berdasakan hadis Umar ra “Sesungguhnya Rasulullah saw melarang puasa pada kedua hari ini. Adapun hari raya Idul fitri ia merupakan hari berbuka dari puasamu sedang hari raya Idul adha maka makanlah hasil kurbanmu.”

2. Hari-Hari Tasyriq 11, 12 dan 13 Dzulhijjah

Dari Nubaitsah Al-Hudzali R.a. ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Hari-hari tasyriq itu adalah hari makan dan minum, dan hari dzikir kepada Allah Azza wa Jalla”. (HR. Muslim)

Haram berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idul adha berdasakan riwayat Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah berkeliling kota Mina utk menyampaikan “Janganlah kamu berpuasa pada hari ini krn ia merupakan hari makan minum dan berzikir kepada Allah.”

3.Berpuasa pada Hari Jumat secara Khusus Hari Jumat merupakan hari raya mingguan bagi umat Islam. Oleh sebab itu agama melarang berpuasa pada hari itu. Akan tetapi jumhur berpendapat bahwa larangan itu berarti makruhbukan menunjukkan haram kecuali jika seseorang berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya atau sesuai dgn kebiasaannya atau secara kebetulan bertepatan pada hari Arafah atau hari Asyura maka tidaklah makruh berpuasa pada hari Jumat itu.

Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW masuk ke rumah Juwairiyah binti Harits pada hari Jumat sedang ia sedang berpuasa. Lalu Nabi bertanya kepadanya “Apakah engkau berpuasa kemarin...?” Dia menjawab “Tidak” dan besok apakah engkau bermaksud ingin berpuasa...? “Tidak” jawabnya. Kemudian Nabi bertanya lagi dia menjawab tidak pula. “Kalau begitu berbukalah sekarang!” . Diriwayatkan pula dari Amir al-Asy’ari dia berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya hari Jumat itu merupakan hari rayamu karena itu janganlah kamu berpuasa pada hari itu kecuali jika kamu berpuasa sebelum atau sesudahnya!”. Ali R.a berpesan “Siapa yg hendak melakukan perbuatan sunnah diantaramu hendaklah ia berpuasa pada hari Kamis dan jangan berpuasa pada hari Jumat karena ia merupakan hari makan dan minum serta zikir.” (HR Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang hasan)

Menurut riwayat Bukhari dan Muslim yang diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW bersabda “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jumat kecuali jika disertai oleh satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya.” Dan menurut lafal Muslim “Janganlah kamu mengkhususkan malam Jumat di antara malam-malam itu buat bangun beribadah dan jangan kamu khususkan hari Jumat itu di antara hari-hari lain untuk berpuasa kecuali bila bertepatan dengan puasa yang dilakukan oleh salah seorang di antaramu!”

4.Berpuasa pada Hari Sabtu secara Khusus Larangan berpuasa pada hari ini didasarkan pada dalil yang telah dipadukan dari dalil-dalil yang membolehkan puasa pada hari Sabtu dan dalil-dalil yang melarang puasa pada hari itu. Di antara dalil itu adalah hadits Busr seperti di bawah ini.

Dari Busr as-Sulami dari saudara perempuannya ash-Shamma bahwa Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu kecuali karena diwajibkan kepada kamu. Dan seandainya seseorang di antaramu tidak menemukan kecuali kulit anggur atau bungkal kayu hendaklah dimamahnya makanan itu!”.

Turmudzi mengatakan hadits tersebut Hasan seraya berkata “Dimakruhkan disini maksudnya ialah jika seseorang mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa karena orang-orang Yahudi membesarkan hari Sabtu.” Dari Ummu Salamah dia berkata “Nabi SAW lebih banyak melakukan puasa pada hari-hari Sabtu dan Minggu daripada hari-hari yang lainnya dan beliau bersabda “Kedua hari itu merupakan hari besar orang-orang musyrik maka saya ingin berbeda dengan mereka.” (HR Ahmad Baihaqi Hakim dan Ibnu Khuzaimah seraya keduanya yang terakhir ini menyatakan sah. Berdasarkan bermacam-macam hadits ini Syekh Albani berpendapat “Dari sini maka tampaklah dengan jelas bahwa kedua macam ini membolehkan. Maka jika dilakukan kompromi antara hadits-hadits yang membolehkan dengan hadits ini bisa ditarik kesimpulan bahwa hadits ini lebih didahulukan daripada hadits-hadits yang membolehkan. Demikian juga sabda Nabi SAW kepada Juwairiyah “Apakah kamu akan berpuasa besok...?” dan yang semakna dengan sabda ini adalah dalil yang membolehkan juga maka tetap lebih mendahulukan hadits yang melarang daripada Sabda Nabi SAW kepada Juwairiyah ini.”

5. Berpuasa pada Hari yang diragukan Dari Ammar bin Yasir ra berkata “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukannya berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim”. Menurut Turmudzi hadits ini hasan lagi shahih dan menjadi amalan bagi kebanyakan ulama. Hadits itu juga merupakan pendapat Sufyan Tsauri Malik bin Anas Abdullah ibnu Mubarok Syafi’i Ahmad serta Ishak. Kebanyakan mereka berpendapat jika hari yg dipuasakannya itu termasuk bulan Ramadhan hendaklah ia mengqadha satu hari sebagai gantinya. Dan jika ia berpuasa pada hari itu karena kebetulan bertepatan dengan kebiasaannya maka hukumnya boleh tanpa dimakruhkan. Dari Abu Hurairah R.a Nabi SAW bersabda “Janganlah kamu mendahului puasa Ramadhan itu dengan sehari dua hari kecuali jika bertepatan dengan hari yang biasa dipuasakan maka bolehlah kamu berpuasa pada hari itu.”

6. Berpuasa Sepanjang Masa, Hal ini berdasarkan hadits “Tidaklah berpuasa orang yang berpuasa sepanjang masa.” . Solusi dari larangan ini adalah hendaknya seseorang

berpuasa dengan puasa Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa sunnah memiliki peran yang penting dalam praktik keagamaan umat Islam. Puasa sunnah bukan hanya sekadar ibadah tambahan, tetapi juga membawa berbagai keutamaan, manfaat, dan hikmah bagi kehidupan sehari-hari.

Penting untuk diingat bahwa melaksanakan puasa sunnah merupakan bentuk pengabdian kepada Allah SWT yang patut diperjuangkan oleh setiap umat Muslim. Dalam menjalankan puasa sunnah, kita juga diajarkan untuk menjaga kesehatan tubuh, menguatkan ikatan spiritual, dan mengelola keuangan dengan bijaksana.

Dengan memahami hukum, manfaat, dan keutamaan puasa sunnah, diharapkan setiap Muslim dapat lebih termotivasi untuk melaksanakannya secara konsisten. Selain itu, praktik puasa sunnah juga menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kemuliaan bershalawat atas Nabi Muhammad saw

Kemuliaan bershalawat atas Nabi Muhammad saw

Shalawat merupakan Jamak dari kata shalat, dengan arti doa, rahmat dari Tuhan, memberi berkah, dan juga merupakan ibadah. Bershalawat mempunyai pengertian: Apabila dari Allah berarti memberi rahmat, dari malaikat berarti memohonkan ampunan dan kalau dari kita (orang mukmin) berarti doa supaya diberi rahmat. Shalawat memegang kunci, sebab merupakan realisasi dari kecintaan umat kepada Sang Pembawa Penerang (Nabi Muhammad SAW) dengan shalawat kita bisa mendapatkan segala karuniaNya. Mengenai shalawat jelas-jelas Allah memerintahkannya, hal ini Allah SWT kemukakan dalam firmannya:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS.Al-Ahzab [33]: 56)


Para ahli tafsir mengatakan pada kata Nabi disini adalah Nabi Muhammad SAW. karena beliau selalu dipanggil bukan dengan namanya tetapi dengan julukan panggilan kemuliaan seperti Rasul atau Nabi tidak seperti Nabi-nabi yang lain, di ayat ini ulama mengatakan bahwa pada ayat tersebut Allah dan para Malaikatnya selalu bershalawat kepada Rasulullah sampai saat ini dan terus sedang dikerjakan, karena di ayat tersebut (yusholuuna) menggunakan kata kerja fi’il mudhori yaitu kalimat kata kerja yang sedang dilakukan dan terus menerus.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ بُنْدَارٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ ابْنُ عَثْمَةَ حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ يَعْقُوبَ الزَّمْععِيُّ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ كَيْسَانَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ شَدَّادٍ أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرُوِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا وَكَتَبَ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ

Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Qabishah dari Sufyan dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Ath Thufail bin Ubai bin Ka’ab dari ayahnya berkata: Bila dua pertiga malam berlalu, Rasulullah Shallallaahu alahi wasalam bangun lalu bersabda: “Wahai sekalian manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, tiupan pertama datang dan diiringi oleh tiupan kedua, kematian datang dengan yang ada padanya, kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya, kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya.” Berkata Ubai: “Wahai Rasulullah, aku sering membaca shalawat untuk baginda, lalu seberapa banyak aku bershalawat untuk baginda..?” Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menjawab: “Terserah.” Aku bertanya: Seperempat..? Rasulullah Shallallahu alahi wasalam menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku bertanya: Setengah..? Beliau menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku bertanya: Dua pertiga..? ”Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku berkata: “Aku akan menjadikan seluruh doaku untuk baginda”. Beliau bersabda: “Kalau begitu, kau dicukupkan dari dukamu dan dosamu diampuni.” Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih. (HR. At Tirmidzi No.2381, Ahmad dan Al Hakim).


Pentingnya bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. terdapat dalam hadits Rasulullaah dan kisah para ulama zuhud diantaranya:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى وَزِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِدِيُّ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa serta Ziyad bin Ayyub mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqadi dari Sulaiman bin Bilal dari Umarah bin Ghaziyyah dari Abdullah bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib dari ayahnya dari Husain bin Ali bin Abu Thalib dari Ali bin Abu Thalib ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku.” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib. (HR. At Tirmidzi No.3469, 3498 dan Ahmad No.7139).


أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ ححَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Manshur dia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam dia berkata; telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah Shalallaah alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan mengucapkan shalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan ia diangkat sepuluh derajat untuknya.” (HR. An Nasa’i No.1280, Ahmad No.13257 dan Al Hakim).


Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa disebutkan namaku disisinya, maka hendaklah ia mengucapkan shalawat kepadaku, karena barang siapa bershalawat kepadaku sekali, Allah Azza wa Jalla bershalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali”. (HR. Ibnu Sunni dengan isnad jayyid).

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Syarik dari Laits dari Ka’ab dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bershalawatlah untukku, karena itu adalah zakat bagi kalian, dan mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena itu adalah derajat di surga yang paling tinggi yang tidak akan bisa didapat kecuali oleh satu orang saja, dan aku berharap bahwa orang itu adalah aku.” (HR. Ahmad No.8415)

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Manshur Al Kausaj dia berkata; telah memberitakan kepada kami Affan dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad dia berkata; telah menceritakan kepada kami Tsabit dia berkata; datang kepada kami Sulaiman mantan budak Al Hasan bin ‘Ali pada masa Al Hajjaj, maka dia menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abu Thalhah dari Bapaknya bahwa pada suatu hari Rasulullah Shalallaah alaihi wasallam datang dengan wajah yang berseri-seri, maka kami berkata kepadanya, “Kami melihat wajahmu berseri-seri”. Kemudian beliau bersabda: “Malaikat datang kepadaku, ia berkata kepadaku; ‘Wahai Muhammad, Rabbmu berfirman, “Tidaklah Allah menjadikanmu ridha kalau ada seseorang yang bershalawat kepadamu kecuali Aku juga bershalawat kepadanya sepuluh kali”. Tidak ada seorangpun yang menyampaikan salam kepadamu kecuali Aku juga menyampaikan salam kepadanya sepuluh kali.” (HR. An Nasa’i No.1266 dan Ibnu Hibba, dengan sanad yang baik).

Telah menceritakan kepada kami Jubarah bin Al Mughallas berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Amru bin Dinar dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka ia akan keliru menempuh jalan ke surga. ”(HR. Ibnumajah No.898).

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Haiwah, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Shakhr bahwa Yazid bin Abdullah bin Qusaid menceritakan kepadanya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah seseorang memberi salam kepadaku melainkan Allah azza wajalla akan mengembalikan ruhku hingga aku menjawab salamnya.”(HR. Ahmad No.10935, Abudaud).

At-Taimi meriwayatkan, bahwa Nabi saww. bersabda : “Bacalah shalawat untukku, maka bacaan shalawatmu untukku itu menjadi penebus dosamu, dan kesucian untuk dirimu, maka barangsiapa membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah bershalawat padanya sepuluh kali (yakni rahmat Allah akan turun padanya sepuluh kali lipat).(di dalam Kitab Irsyadul Ibad Ilasabilirrosyad).

Nabi Muhammad Saw. bersabda : “Barangsiapa yang membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah bershalawat untuknya sepuluh kali, dan barangsiapa bershalawat untukku sepuluh kali, maka Allah bershalawat untuknya seratus kali, dan barangsiapa bershalawat untukku seratus kali, maka Allah menulis diantara kedua matanya kebebasan dari nifak, dan kebebasan dari neraka dan ditempatkan pada hari kiamat bersama orang-orang yang mati syahid.”(HR. At Thabarani, di dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrosyad).

Nabi Muhammad Saww. bersabda: “Perbanyaklah membaca shalawat untukku, karena shalawatmu padaku itu menyebabkan pengampunan dosa-dosamu, dan mintalah pada Allah untukku derajat wasilah, maka sesungguhnya wasilahku dihadapan Tuhan itu akan berupa syafa’at bagi kamu.”(HR. Ibnu As Sakir, di dalam Kitab Irsyadul Ibad Ilasabilirrosyad).

Abubakar ra. Berkata: “Membaca shalawat pada Rasulullah Saw. lebih kuat untuk menghapus dosa dari pada air terhadap api, dan mengucap salam kepada Rasulullah Saw. lebih afdhol dari memerdekakan budak, dan cinta kepada Rasulullah Saww. itu lebih afdhol daripada mengorbankan jiwa dan daripada memukul dengan pedang fisabilillah.” (HR. An Numairi dan Ibn Basykual, di dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrosyad).

Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Tiga macam orang yang akan mendapat naungan Allah Azza Wajalla, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah. Maka ditanya : siapakah mereka itu ya Rasulullah..? Jawab Nabi Muhammad Saw: Siapa yang meringankan kesukaran orang dari umatku, dan siapa yang menghidupkan sunnahku, dan siapa yang banyak membaca shalawat kepadaku (untukku).”(di dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrosyad).

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih, aku membacakan kepada Abdullah bin Nafi’, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abu Dzi`bin dari Sa’id Al Maqburi, dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullaah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada.”(HR. Abudaud No.1746, Ahmad No.8449).

Allah menurunkan wahyu kepada Musa as.: “Hai Musa, kalau engkau ingin Aku lebih dekat denganmu daripada pembicaraan dengan lidahmu, daripada bisikan hati dengan hatimu, daripada nyawa dengan badanmu, daripada sinar penglihatan dengan matamu dan daripada pendengaran dengan telingamu, perbanyaklah membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw”.

Sabda Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya Allah SWT. telah menciptakan malaikat yang memiliki sebuah sayap di dunia timur dan sebuah sayap lagi di dunia barat, kepalanya di bawah arasy dan kedua kakinya dibawah bumi yang ketujuh, padanya ada bulu sebanyak bilangan makhluk Allah SWT, lalu apa bila ada seseorang laki-laki atau perempuan dari umatku membaca shalawat kepadaku, memerintahlah Allah SWT kepada malaikat itu untuk menyelam dalam laut dari cahaya di bawah Arasy. Malaikat itu menyelam di dalamnya kemudian keluar dan mengibaskan sayapnya. Meneteslah sebuah tetesan dari setiap bulu dan dan Allah SWT menjadikan dari setiap tetesan itu malaikat yang memintakan ampun padanya sampai hari kiamat”.

Datang seorang perempuan kepada Hasan Al-Bashri ra, berkatalah dia: “Sesungguhnnya anak perempuanku yang masih sangat muda telah mati dan aku ingin untuk melihatnya di dalam tidur. Maka aku dating kepadamu agar kau ajarkan kepadaku apa yang dapat aku buat perantara untuk melihatnya”. Diajarkannya oleh Hasan Al-Bashri perempuan itu, dan ia dapat bermimpi melihat anaknya yang pada anaknya itu ada pakaian dari aspal, pada lehernya terdapat rantai dan kakinya terikat. Diceritakanlah hal itu pada Hasan dan bersedihlah hatinya Hasan Al-Bashri. Berselang beberapa waktu Hasan bermimpi melihatnnya didalam surga dan pada kepalanya terdapat mahkota, lalu ia berkata: “Hai Hasan, tidakkah engkau mengenalku..? Aku adalah anak puteri dari perempuan yang datang padamu dahulu dan mengatakan begini kepadamu”. Berkatalah Hasan kepadanya: “Apa yang menjadikanmu dalam keadaan yang aku lihat ini..?” Dia menjawab: “Ada seorang laki-laki lewat pada kami, dia membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. sekali sedang dalam kuburan itu ada lima ratus lima puluh orang dalam siksa. Lalu dipanggillah: “Hilangkanlah siksa dari mereka berkat bacaan shalawat laki-laki ini”.

Disebutkan bahwa sesungguhnya seseorang laki-laki melihat perwujudan yang sangat buruk di hutan. Dia bertanya: “Siapakah engkau ini..?” Bentuk yang buruk itu menjawab: “Aku adalah amalmu yang jahat”. Bertanya lagi laki-laki itu: “Bagaimana bisa selamat darimu..?” Dia menjawab: “Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.” Sebagaimana Nabi Muhammad Saw telah bersabda: “Membaca shalawat kepadaku dalam hari Jum’at delapan puluh kali, Allah akan mengampuni dosa selama delapan puluh tahun baginya”.

(Hikayah) Sesungguhnya seseorang laki-laki lupa dari membaca shalawat kepada tuan kita Nabi Muhammad Saw. Pada suatu malam dia mimpi melihat Nabi Muhammad Saw tidak mau menoleh padanya, dia bertanya: “Ya Rasulallah, apakah engkau marah padaku..?” Beliau menjawab: “Tidak”. Dia bertanya lagi: “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku..?” Beliau menjawab: “Karena aku tidak mengenalmu”. Laki-laki itu bertanya: “Bagaimana engkau tidak mengenalku sedang aku adalah seorang dari umatmu. Para ulama meriwayatkan bahwa sesungguhnya engkau lebih mengenal umatmu dari pada seseorang ibu mengenali anaknnya”. Beliau bersabda: “Mereka benar tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan bacaan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka padaku”. Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. setiap hari seratus kali. Dia selalu melakukan itu, lalu dia melihat beliau dalam tidur dan beliau bersabda: “Aku mengenalmu sekarang dan akan memberi syafaat padamu”. Yakni karena dia telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah Saw”.

Dari Anas Bin Malik ra, dia berkata: “Bersabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang membaca shalawat atas aku sekali, Allah akan menciptakan dari diri orang yang membaca shalawat itu sebuah awan putih. Kemudian Allah memerintahkan awan itu mengambil dari lautan rahmat. Dia mengambil dan Allah memerintahkannya menurunkan hujan. Ketika dia telah menurunkan hujan, maka setiap tetes yang manapun menetes di atas bumi Allah menciptakan emas darinya, dan setiap tetes yang menetes di atas gunung Allah menciptakan darinya perak, dan setiap tetes yang menetes pada orang kafir Allah menganugrahkan pada orang kafir itu keimanan”.

Diriwayatkan dari Muhammad Bin Munkadir, Sesungguhnya dia berkata: “Aku mendengar ayahku berkata: “Ketika Sufyan Ats-Tsauri sedang tawaf, tiba-tiba dia melihat seorang laki-laki yang tidak akan mengangkat telapak kaki dan tidak pula meletakkan telapak kaki itu, kecuali dia mesti membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.” berkata Ats-Tsauri: “Aku berkata kepadanya: “Hai orang ini, sesungguhnya engkau telah meninggalkan tasbih dan tahlil serta menghadapi shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Adakah di sampingmu sesuatu mengenai ini?” Dia berkata: “Siapa engkau..? Semoga Allah mengampunimu”. Aku menjawab: “Aku Sufyan Ats-Tsauri”. Dia berkata: “Seandainya engkau bukanlah orang yang zuhud ahli zamannya, tentu tidak akan aku ceritakan padamu dan tidak aku perlihatkan rahasiaku”. Kemudian dia berkata kepadaku: “Aku pernah keluar dengan ayahku beribadah haji ke Baitullah Al-Haram, sehingga pada sementara tempat ayahku jatuh sakit, Aku mengurus perkaranya sehingga pada akhirnya ia meninggal dan menjadi hitamlah wajahnya. Aku berkata : “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” dan aku menutup wajahnya. Tertidurlah aku karena sangat mengantuk dengan perasaan amat sedih. Aku bermimpi bertemu seorang laki-laki yang tidak pernah aku lihat lebih tampan dari dia, yang lebih bersih pakaiannya dan lebih harum darinya. Dia mengangkat kaki dan melakkan yang lain, sehingga dekatlah dengan ayahku. Kemudian dia membuka kain dari wajah ayahku itu dan mengusapkan tangannya pada wajah ayah, dan menjadi bersinarlah wajah itu. Laki-laki itu mengundurkan diri pulang dan aku berpegang pada pakainnya lalu bertanya: “Hai hamba Allah, siapakah engkau ini yang Allah telah memberi anugerah kepada ayahku sebab engkau di bumi asing ini?” Dia berkata: “Tidaklah engkau mengenalku..? Aku adalah Muhammad Bin Abdullah pemilik Al-Qur’an. Ingat, ayahmu adalah orang yang berlebihan pada dirinya tetapi dia memperbanyak shalawat atas aku. Ketika dia mengalami apa yang sedang dialaminya, dia minta pertolongan padaku sedang aku adalah orang yang banyak menolong kepada orang yang memperbanyak bacaan shalawat atasku”. Lalu terbangunlah aku dan tiba-tiba wajah ayahku benar telah menjadi terang”.

Datang dalam sebuah hadist, sesungguhnya Jibril as datang pada suatu hari kepada Nabi Muhammad Saw. dan berkata: “Ya Rasulallah, aku telah melihat seorang malaikat di langit berada diatas singgasana. Di sekitarnya terdapat 70 ribu malaikat berbaris melayaninnya. Setiap nafas yang dihembuskan malaikat itu, Allah menciptakan darinnya seorang malaikat. Dan sekarang ini aku lihat malaikat itu ada diatas gunung Qaf dengan patah sayapnya, dan dia sedang menangis. Ketika dia melihat aku, dia berkata: “Adakah engkau mau menolong aku?” Aku berkata: “Apa salahmu..?” Dia berkata: “Ketika aku berada diatas singgasana pada malam mi’raj, lewatlah padaku Muhammad Saw. Lalu aku tidak berdiri menyambutnya dan Allah menghukumku dengan hukuman ini, serta menjadikan aku berada di tempat ini seperti apa yang kau lihat”. Jibril berkata: “Merendakan dirilah aku kepada Allah dan memberikan pertolongan padanya. Maka Allah berfirman : “Hai Jibril, katakanlah agar ia membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw”. Membaca shalawatlah malaikat itu pada engkau dan Allah mengampuninya serta menumbuhkan kedua sayapnya”.

Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas dari Nabi shallallahu alaihi wasallam Dan telah menceritakan pula kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Qotadah dari Anas berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya”.(HR. Bukhori No.14, Muslim No.63, An Nasa’I No.4928, Ibnu Majah No.66 dan Ahmad No.12349).

Dari Abi Hurairah dan Amar bin Yasir Ra. Dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: “Sungguh Allah ta’alaa telah menciptakan satu malaikat dan memberikan kepadanya pendengaran makhluk semuannya, dan dia berdiri di atas kuburku sampai qiyamat. Maka tidak seorangpun dari umatku yang membacakan shalawat untuk saya sekali, kecuali dia Malaikat menyebutkan namanya dan nama ayahnya serta berkata: ”Hai Muhammad Saw, sungguh fulan bin fulan telah bershalawat kepadamu. Mereka para sahabat berkata: ”Hai Rasulullah apakah engkau tidak tahu firman Allah: “Sungguh Allah dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi”. Maka beliau Nabi Saw. bersabda: ”Ini adalah dari ilmu yang terjaga, dan kalau sekiranya kamu sekalian tidak bertanya, tentu tidak saya beritahu kepadamu. Sabda Nabi Saw.: ”Sungguh Allah Swt. telah mewakilkan/menyerahkan dua malaikat untuk saya, maka tidaklah aku disebutkan dihadapan seseorang muslim kemudian membaca shalawat untuk saya, kecuali dua Malaikat itu berkata: ”Mudah-mudahan Allah Swt. mengampuni engkau”, dan para Malaikat pun berkata sebagai jawaban kepada keduanya: ”Aamiin” (”Semoga Allah mengabulkan”). Dan tidaklah aku disebutkan dihadapan seorang muslim, kemudian dia tidak membaca shalawat untuk saya kecuali dua Malaikat itu berkata: ”Semoga Allah tidak mengampuni engkau”, dan para Malaikat berkata sebagai jawaban kepada keduanya: ”Aamiin” (”Semoga Allah mengabulkan”).(Abus Su’ud Ra).

Dari Anas bin Malik Ra dari Nabi Saw:“Tidak satu doa pun kecuali antara doa itu dan langit terdapat suatu hijab/aling-aling, sehingga dibacakan shalawat kepada Nabi Saw. Kalau dibacakan shalawat kepada Nabi Saw. maka terkoyaklah hijab itu dan masuklah doa itu. Dan bila tidak dibacakan shalawat, maka kembalilah doanya”.

Diceritakan bahwa ada seseorang laki-laki yang shalih telah duduk bertasyahud dan dia terlupa membaca shalawat untuk Nabi Saw. Maka dia bermimpi melihat Rasulullah Saw. dan berkata kepadanya: ”Mengapa engkau lupa membaca shalawat untuk saya”. Kata orang laki-laki itu: ”Wahai Rasulullah Saw, karena saya disibukkan dengan menyanjung kepada Allah serta ibadah kepadanya, maka saya lupa”. Maka Nabi Saw bersabda: ”Apakah engkau tidak mendengar sabdaku: ”Semua amal itu terhenti dan semua do’a itu tertahan, sehingga dibacakan shalawat untuk saya”. Selanjutnya beliau bersabda: ”Kalau sekiranya pada hari qiyamat ada seorang hamba datang dengan membawa kebagusan seluruh penghuni dunia dan tidak terdapat shalawat untuk saya, niscaya kebagusan itu ditolak dan tidak diterima”.(Zubdatul Waa’izdiina).

Dari Abdurrahman bin Aufin Dari Nabi Saw: “Telah datang kepada saya Malaikat Jibrail dan berkata: ”Hai Muhammad Saw, tidak seorangpun membaca shalawat untukmu kecuali dibacakan shalawat oleh tujuh puluh ribu Malaikat, dan barangsiapa dibacakan shalawat oleh para Malaikat, maka dia tergolong keluarga surga”.

Diriwayatkan oleh Hasan Al-Bashari Ra. bahwa dia berkata: ”Saya melihat Abu Ishmah dalam mimpi, maka saya berkata kepadanya: ”Hai Abu Ishmah, apakah yang dilakukan oleh Allah Swt. Kepadamu..?” Dia menjawab: ”Dia Allah Swt. telah mengampuni saya”. Kata saya: ”Dengan sebab apa..?” Kata dia: ”Saya tidak menuturkan sebuah hadits kecuali saya membaca shalawat untuk Nabi Saw.”.(Zubdatul Waa’Izdiina).

Dari Nabi Saw., bahwa beliau bersabda: “Telah datang kepada saya Malaikat Jibrail, Mikail, Israfil dan Izrail As. Berkata Jibrail As. : “Hai Rasulullah Saw, barang siapa membaca shalawat untukmu pada tiap-tiap hari sepuluh kali, maka akan saya bimbing tangannya dan saya lewatkan dia diatas jembatan seperti halilintar yang menyambar”. Berkata Mikail As.: ”Saya akan memberi minum kepadanya dari telagamu”. Berkata Israfil As.: ”Saya akan sujud kepada Allah Swt. serta tidak saya angkat kepala saya sehingga Allah Swt. Mengampuninya”. Berkata Izrail As: ”Saya akan mencabut ruhnya sebagaimana saya mencabut ruh para Nabi As.

Diriwayatkan dari Abdullah bahwa dia berkata: ”Kami mempunyai seorang pembantu yang melayani Sultan/raja, sedang dia bersifat fasiq. Maka pada suatu malam dia saya jumpai sedang tangannya pada/memegang tangan Nabi Saww. (bergandengan). Maka kata saya kepadanya (Nabi Saw): ”Hai Nabi Saw. Allah, orang ini adalah termasuk hamba yang fasiq, maka bagaimana dia boleh meletakkan tangannya diatas tangan engkau..? Sabda Nabi Saw.: ”Sungguh dia telah diampuni, dan saya telah memberikan syafaat kepadanya dari Allah Swt.”.

Berkata saya: ”Wahai Nabi Saw. Allah, dengan sebab apa dia memperoleh kedudukan itu..? Berkata Nabi Saw: ”Dengan sebab banyaknya membaca shalawat untuk saya. Sungguh dia pada tiap-tiap malam akan tidur diranjangnya, dia membaca shalawat untuk saya seribu kali”.(Tuhfatul Muluuki).

Dari Ka’ab Ra. bahwa dia berkata: ”Bila telah datang hari qiyamat, maka Nabi Adam As. melihat salah seorang dari umat Muhammad Saw. yang digiring/di halau ke neraka; dan dia Nabi Adam As. memanggil: ”Hai Muhammad”. Jawab Nabi Muhammad Saw. : ”Yaa, hai Abul basyar/ayah para manusia”. Berkata Adam: ”Sungguh ada seorang dari umatmu yang dihalau keneraka”. Berkata Nabi Saw. meloncat dibelakangnya sehingga mendapatkan orang itu dan berkata: ”Hai para Malaikat Tuhanku, berhentilah dahulu!”. Mereka para Malaikat Berkata: ”Hai Muhammad tidakkah engkau baca firman Allah Swt: “Laa ya’shuuna maa amarahum wa yaf’aluuna maa yu-maruun” Mereka itu tidak mendurhakai kepada Allah terhadap apa-apa yang diperintahkan dan mereka mengerjakan apa-apa yang mereka diperintah”. Maka mereka mendengar seruanNya (Allah) : “Hai para Malaikat; taatlah kamu sekalian kepada Muhammad Saw.”. Kata Nabi Saw.: ”Kembalikan dia ketempat timbangan!”. Maka amalnya pun di timbang dan menjadi lebih beratlah kejahatannya daripada kebaikannya. Lalu Nabi Saw. mengeluarkan kertas/catatan dari sakunya yang didalam catatan itu terdapat tulisan shalawat yang dibacakan sewaktu didunia, kemudian diletakkan sebagai tambahan kebaikan sehingga menjadi lebih berat. Orang laki-laki itupun gembira dan berkata: ”Demi ayahku dan ibuku, siapakah engkau ini..? Rasulullaah Saw. Bersabda: ”Saya adalah Muhammad”. Kemudian laki-laki itu mencium kaki Nabi Saw. seraya berkata: ”Wahai Rasulullah, Apakah kertas/catatan itu..?” Kata Nabi Saw.:”Dia adalah shalawat yang engkau baca untuk saya sewaktu didunia saya simpan untuk kamu”. Kata seorang hamba: ”Duh menyesal sekali aku terhadap apa-apa yang telah aku lengahkan (tidak bershalawat) disisi Allah Swt.”.(Kanzul Akhbaari).

Diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda: ”Sesungguhnya Allah ta’aala telah menciptakan para Malaikat yang di tangannya terdapat beberapa pena dari emas dan beberapa kertas dari perak, yang mereka itu tidak mencatat sesuatupun melainkan shalawat untuk saya dan keluarga rumah saya.”

Telah diceritakan bahwa ada seorang Yahudi yang menuduh orang muslim mencuri untanya. Maka ia datangkan empat orang saksi palsu dari golongan manafiq. Nabi Saw. memutuskan hukum unta itu milik orang Yahudi dan memotong tangan orang muslim, sehingga orang muslim itu kebingungan. Maka dia mengangkat kepalanya menengadah ke langit seraya berkata: “Tuhanku, dan Baginda Tuanku, Engkau Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mencuri unta ini”. Kemudian dia berkata pula: ”Wahai Rasulullah, sungguh keputusan hukum engkau itu betul, akan tetapi mintalah keterangan kepada unta ini”. Berkata Nabi Saw.: ”Hai unta milik siapakah engkau..?” Unta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih terang : “Wahai Rasulullah, saya adalah milik orang muslim ini dan sesungguhnya mereka para saksi itu semua dusta”. Berkata Nabi Saw. : “Hai muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah Swt. menjadikan unta ini bisa mengatakan milikmu..? Wahai Rasulullah, saya tidak tidur diwaktu malam sehingga lebih dulu membaca shalawat untuk engkau 10 kali”. Berkata Nabi Saw.: ”Engkau telah selamat dari hukum dipotong tanganmu di dunia ini, dan selamat juga dari siksa di akhirat nantinya dengan sebab berkahnya engkau membaca shalawat untuk saya”.(Durratul Waa’izdiina).

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: “Bershalawatlah atas para Nabi Allah dan utusan-Nya sebagaimana kamu semua bershalawat kepadaku, sebab mereka itu sama diutus sebagaimana aku di utus”.(HR. Ahmad dan Al-Khathib).

Nabi Muhammad Saw. bersabda : “Perbanyaklah membaca shalawat untukku pada hari Jum’at dan malam Jum’at, maka barangsiapa yang berbuat itu, maka aku akan menjadi saksi dan member syafa’at padanya dihari kiamat.”(HR. Al Baihaqi, di dalam Kitab Irsyadul Ibad Ilasabilirrosyad).

Rasulullah Saw. Bersabda : “Siapa bershalawat kepadaku dihari Jum’at seratus kali maka ia datang dihari kiamat dengan cahaya, andaikata dibagi antara makhluk semuanya maka cahaya itu akan memenuhinya”.(HR. Abu Nu’aim, di dalam Kitab Irsyadul Ibad Ilasabilirrosyad dan didalam Al-Hilyah).

Nabi Muhammad Saw. bersabda : “Sesungguhnya hari-hari yang utama bagi kamu yaitu hari Jum’at maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku, karena bacaan shalawatmu itu langsung disampaikan kepadaku (yaitu pada hari Jum’at itu).”(HR. Abudaud dan An Nasa’i, di dalam Kitab Irsyadul Ibad Ilasabilirrosyad).

Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah Saw, Bersabda: “Siapa bershalawat kepadaku disisi kuburku maka saya mendengarnya, siapa bershalawat kepadaku dari jauh maka shalawat itu diserahkan oleh seorang malaikat yang menyampaikan kepadaku, dan ia dicukupi urusan keduniaan dan keakhiratannya, dan aku sebagai saksi dan pembela baginya”.(HR. Al-Baihaqy dan Al-Khatib).

وَقاَلَ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ إنَ فِي الأَرْضِ مَلَائِكَةِ سياحين يبلغوني عَنِ أُمَتِي السَلَامَ

Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Sesungguhnya diatas bumi ini ada malaikat yang berkelana dan menyampaikan salam dari umatku kepadaku”.(Di dalam kitab Ihya Ulumiddin).


Kata Syaikh Al-Muzdhir: ”Sungguh kebiasaan para raja dan para orang-orang yang terhormat itu memuliakan kepada orang-orang yang mau menghormati para kekasihnya dan mau memuliakan para sahabat karibnya. Maka sesungguhnya Allah Swt. itu raja dari sekalian raja dan Dzat yang paling mulia, sehingga Dia Allah Swt. lebih berhak terhadap kebiasaan yang mulia itu. Sungguh orang yang memuliakan kekasihNya serta NabiNya Saw. dengan membaca shalawat untuk beliau, maka akan dia dapatkan rahmat dari Allah Swt, terhapus semua dosanya dan ditinggikan derajatnya”.

Kata Ibnu Syaikh Rahimahullaah ta’aalaa: “Yaitu Wajib membaca shalawat setiap disebutkan asma Nabi Saw, dan meskipun dalam satu majlis disebutkan seribu kali”. (Durratun Nasihin).

وروى التيمي عن زين العابدين أنه قال: علامة أهل السنة كثرة الصلاة على رسول الله

At-Taimi meriwayatkan dari Zainal Abidin berkata: “Tanda bahwa orang itu termasuk ahlussunnah, bila ia banyak membaca shalawat terhadap Rasulullaah Saw.”(di dalam kitab irsyadul Ibad Ilasabilir-rosyad).


مَنْ قَالَ جَزَى الله عَنّا مُحَمَّداً بِمَا هُوَ أَهْلُهُ أَتْعَبَ سَبْعِينَ مَلَكاً ألْفَ صَبَاحٍ: والطبراني

At-Thabarani berkata: “Barangsiapa yang membaca Jazallaahu annaa Muhammadan bimaa huwa ahluhu, maka akan melelahkan (mencatat pahalanya) tujuh puluh Malaikat seribu hari.”(di dalam kitab irsyadul ibad ilasabilir-rosyad).Wallaahu a’lam bishawab.


Jadi banyak-banyaklah kita bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw, terutama pada malam Jum’at dan hari Jum’at dan mengikuti Sunahnya Rasulullaah Saw, agar kita di ridhai oleh Allah Swt. dan mendapat syafaat dari Rasulullaah Saw, serta tidak menjadi orang yang merugi diakhirat nanti karena mengetahui ganjaran dari shalawat kepada Nabi Saw. karena “siapa yang cinta pada sesuatu hal maka ia akan sering menyebut-nyebutnya”.

Semoga Bermanfaat

01 November 2025

Keberkahan Memajang Foto Habib Sholeh Tanggul Jember

Keberkahan Memajang Foto Al-Habib Muhammad Sholeh bin Ahmad bin Salim Al-Tangguli Jember

Habib Sholeh Tanggul Jember
Al-Habib Muhammad Sholeh bin Ahmad bin Salim Al-Tangguli

Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul adalah seorang ulama yang menghabiskan masa dakwahnya di Tanggul, Jember, Jawa Timur. Ia dipercaya sebagai keturunan ke-39 Rasulullah dari Hadramaut, Yaman, yang hijrah ke tanah Jawa pada sekitar 1920-an, dan menetap di Jember hingga akhir hayatnya. Habib Sholeh Tanggul dikenal sebagai ulama yang dermawan dan memiliki banyak karomah, atau anugerah di luar akal dan kemampuan manusia yang biasanya terjadi pada seseorang wali.

Awal kehidupan

Habib Sholeh Tanggul lahir di Yaman pada 1895 dengan nama asli Sholeh bin Muhsin al-Hamid. Ayahnya merupakan seorang ulama bernama Muhsin bin Ahmad al-Hamid, yang dijuluki oleh masyarakat sekitar sebagai al-Bakri al-Hamid. Sementara ibunya bernama Aisyah, berasal dari keluar al-'Abud Ba 'Umar. Sedari kecil, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu agama. Ia belajar tentang ilmu fikih dan tasawuf dari sang ayah. Selain itu, ia juga belajar Al Quran dari Syekh Said Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi 'Amd.

Hijrah ke Indonesia Sewaktu berusia 26 tahun, atau pada 1921, Habib Sholeh memutuskan untuk hijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari. Dalam perjalanannya, ia sempat singgah di Gujarat, India, lalu sampai di Jakarta dan tinggal selama beberapa waktu untuk mengunjungi para ulama. Setelah itu, saudara sepupunya yang sudah lebih dulu hijrah ke Indonesia, yaitu Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid, meminta Habib Sholeh untuk berkunjung ke rumahnya di Lumajang. Selama di Lumajang, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat, khususnya bahasa Jawa. Selama 12 tahun, Habib Sholeh berkeliling dari satu desa ke desa lainnya sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di daerah Tanggul, Jember, Jawa Timur. Belum diketahui secara pasti alasan kepindahannya ke Jember. Akan tetapi, keluarganya meyakini bahwa Habib Sholeh pindah ke sana atas petunjuk Allah SWT.

Di Jember, Habib Sholeh melaksanakan khalwat atau menyepi untuk beribadah selama lebih dari 3 tahun. Habib Sholeh berhenti khalwat atas perintah Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, yang memintanya datang ke Gresik. Sesampainya di Gresik, Habib Sholeh diberi mandat untuk segera menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Sepulangnya dari berhaji, Habib Sholeh mulai berdakwah dan mendirikan mushala di kediamannya. Beberapa tahun kemudian, ia mendapat hadiah berupa sebidang tanah dari pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid. Habib Sholeh membangun masjid di atas tanah tersebut yang dinamai Masjid Riyadus Shalihin, yang kemudian diwakafkan.

Karomah Habib Sholeh Tanggul

Habib Sholeh merupakan ulama dari kalangan alawiyyin atau keturunan Nabi Muhammad Saw yang dianugerahi karomah oleh Allah SWT. Bahkan karomahnya tidak terhitung. Salah satunya adalah, Habib Sholeh pernah menyingkirkan wabah mematikan di sebuah desa. Konon, wabah tersebut hilang setelah orang-orang desa meminum air danau yang telah dicelupkan sebuah kertas yang berisi tulisan Habib. Habib Sholeh Tanggul juga memiliki sumur keramat di Lumajang yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit. Selain itu, ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Habib Sholeh pernah bertemu dengan Nabi Khidir dalam wujud seorang pengemis. Sejak itu, kediaman Habib Sholeh tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang yang ingin bersilaturahmi dan meminta doa, Bahkan banyak tokoh di Indonesia dan dari beberapa negara yang tercatat pernah mengunjunginya.

Suatu kisah cerita ini pernah diutarakan oleh Al-Habib Muhammad bin Sholeh Al-Hamid Tanggul, putra dari Habib Sholeh. Dahulu, ada seorang pecinta Habib Sholeh di daerah Ampel Surabaya yang sedang membutuhkan biaya besar untuk kebutuhan keluarganya. Di rumah terpajang foto Habib Sholeh Tanggul. Setiap ia melihat foto tersebut selalu bermohon kepada Allah dengan berkah Habib Sholeh, semoga ia mendapatkan uang yang ia butuhkan, hal itu dia katakan berkali-kali.

Singkat cerita, suatu hari Habib Sholeh didatangi oleh beberapa pejabat pemerintah Adam Malik. Mereka datang membawa hadiah untuk Habib berbentuk sejumlah uang yang banyak. Waktu itu, Habib Sholeh menyatakan kepada pejabat yang hadir dirumahnya.

"Coba ambil uang yang kalian bawa sejumlah sekian juta, dan serahkan uang itu kepada fulan yang tinggal di daerah Ampel Surabaya. Bilang, ini dari Habib Sholeh Tanggul atas karunia yang Allah berikan, hanya itu saja, selebihnya kalian bawa kembali."

Habib Sholeh kemudian meminta kepada putranya, yaitu Habib Muhammad bin Sholeh Al-Hamid, untuk menulis alamatnya, dan surat kepada si penerima uangnya.

Tidak lama berselang, utusan pejabat itu sampai di rumah orang yang dimaksud Habib Sholeh. Lalu menyerahkan uang tersebut sesuai dengan arahan Habib Sholeh.

Melihat hal itu, pecinta Habib Sholeh jatuh tersungkur sambil berucap “Alhamdulillah..”, barokah cucu Rasulullah.

Lalu, ia pun membuka surat dari Habib Sholeh yang isinya: "Uang ini yang kau inginkan dalam situasi permintaanmu kepada Allah, di saat memandang gambarku.”, Wallahu A'lam

Itulah salah satu keberkahan memajang foto Habib Sholeh Tanggul. Cerita ini memberikan motivasi kepada kita bahwa betapa berkahnya kecintaan kita terhadap para habaib yang alim. Bukan habaib yang hanya bisa mencaci, tetapi habaib yang mencerminkan cahaya akhlak Rasulullah SAW.

Kisah ini merupakan cuplikan ceramah dalam rauhah “Haul Ke-43 Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Sholeh Bin Muhsin Al-HamidTanggul” yang disampaikan Al-Habib Abubakar bin Abdul Qadir Mauladdawilah Malang.

Habib Sholeh Tanggul wafat Habib Sholeh Tanggul meninggal pada 8 Syawal 1396 H atau 1976 M, di usia 81 tahun. Jasad Habib Sholeh Tanggul dimakamkan keesokan harinya di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.

Shalawat Ulul Azmi

Shalawat Ulul  Azmi

Shalawat gubahan Syekh Al-Imam Al-Jazuly Ra ini dinamakan shalawat Ulul Azmi, lantaran di dalam redaksinya disebutkan lima nama-nama Rasul Ulul Azmi yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Menurut pendapat Imam Athiyyah dan Imam Mujahid, kelima Rasul itulah yang mendapat gelar Ulul Azmi. Sedangkan menurut pendapat Imam al-Hasan, Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi ada empat yaitu: Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Isa. Didahulukan penyebutan Nabi Adam karena beliau merupakan Nabi pertama dan manusia pertama.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآدَمَ وَنُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَمَا بَيْنَهُمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ صَلَوَاتُ الله وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ

ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM WABAARIK ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA SAYYIDINAA AADAMA, WA SAYYIDINAA NUUHIN, WA SAYYIDINAA IBRAAHIIMA, WA SAYYIDINAA MUUSAA, WA SAYYIDINAA IISAA, WA MAA BAINAHUM MINAN NABIYYINA WAL MURSALIINA, SHALAWAATULLAAHI WASALAAMUHU ALAIHIM AJMA'IIN

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan seluruh Nabi dan Rasul di antara mereka. Semoga rahmat dan salam Allah selau tercurah kepada mereka semua


Keutamaan Membaca Shalawat Ulul Azmi

Syaikh Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy mengatakan:

مَنْ قَرَأَهَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَكَأَنَّمَا خَتَمَ الْكِتَابَ يَعْنِي دَلاَئِلَ الْخَيْرَاتِ

"Siapa saja yang membaca shalawat Ulul Azmi sebanyak 3 (tiga) kali, seakan-akan ia mendapat pahala mengkhatamkan kitab Dalail al-Khairat


Penjelasan: Dalam kitab Afdhal al-Shalawaat alaa sayyid al-saadaat dijelaskan mengenai fadhilah shalawat ini sebagai berikut:

هذه صلاة أولى العزم من قرأها ثلاث مرات فكأَنما ختم الكتاب يعني دلائل الخيرات نقل ذلك شُراحها عن مؤلفها سيدي أبي عبد الله محمد بن سليمان الجزولي الشريف الحسيني رضي الله عنه

"Ini merupakan shalawat yang bernama shalawat Ulul Azmi. Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali, maka seolah-olah ia menghatamkan membaca kitab Dalaail al-Khairaat. Para pensyarah shalawat ini mengutipnya langsung dari penggubahnya, yaitu Abu Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuli al-Syariif al-Hasani ra"


KEUTAMAAN LAINNYA:
  • Untuk keselamatan dan mendatangkan rizki
  • Untuk menolak bala dan Mendatangkan rahmat dari Allah Swt
  • Dan salah satunya untuk mendukung masuknya ilmu gaib ke tubuh kita.