Sebuah blog Islam yang didedikasi untuk memberdayakan Muslim melalui cerita iman, perlindungan spiritual, doa harian, dan pelajaran inspiratif dari kehidupan para percaya sejati. Biarkan iman Anda menjadi tameng Anda.
Penguasa pertama dalam sejarah dunia yang mengenakan gelar sultan secara resmi adalah Sultan Mahmud Ghaznawi, pendiri Dinasti Ghaznawiyah.”
Sultan adalah gelar kebangsawanan dengan beberapa makna sejarah. Awalnya, itu adalah kata benda abstrak bahasa Arab yang berarti ‘kekuatan’, ‘kekuasaan’, ‘pemerintahan’, atau ‘kediktatoran’, berasal dari kata dasar (masdar) ‘sultoh’ ( سلطة), yang berarti ‘kekuasaan’ atau ‘kekuatan’. Kemudian, sultan digunakan sebagai gelar penguasa tertentu yang mengklaim kedaulatan penuh secara praktis, tanpa mengklaim kekhalifahan secara keseluruhan, atau untuk merujuk pada seorang gubernur yang kuat dari sebuah provinsi di dalam kekhalifahan. Dinasti dan wilayah yang diperintah oleh sultan disebut sebagai kesultanan. Bentuk feminim sultan yang digunakan oleh orang Barat adalah ‘sultana’ atau ‘sultanah’; dalam beberapa referensi sultana bisa juga mengacu kepada istri seorang sultan, atau seorang sultan perempuan.
Dunia Islam mengenal nama-nama raja besar ternama yang memakai gelar sultan, misalnya saja Sultan al-Muzhafar Saifuddin Qutuz dari Dinasti Mamluk, Sultan Suleiman Agung dari Dinasti Ustmani (Ottoman), Sultan Salahuddin Ayyubi dari Dinasti Ayyubi, dan Sultan Malik Syah dari Dinasti Seljuk. Sementara itu, di Indonesia sendiri, meskipun sekarang sudah masuk ke dalam sistem kenegaraan Republik, beberapa wilayah masih menggunakan gelar kesultanan yang merupakan warisan monarki dari masa sebelum kemerdekaan, misalnya saja Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Cirebon. Namun, sebenarnya siapakah Sultan pertama di dalam dunia Islam..?
Di dalam buku karya Riad Aziz Kassis yang berjudul The Book of Proverbs and Arabic Proverbial Works, dikatakan bahwa Khalifah Abu Ja’far Abdallah ibn Muhammad al-Mansur (714-775 M), atau biasa disebut Khalifah al-Mansur, khalifah ke-2 Dinasti Abbasiyah, memiliki gelar lain sebagai “Sultan Allah”. Makna sultan di masa itu adalah “bayangan Allah di muka bumi”. Meskipun demikian itu bukan titel resmi, secara resmi al-Mansur adalah seorang khalifah.
Penguasa pertama dalam sejarah dunia yang mengenakan gelar sultan secara resmi adalah Sultan Mahmud Ghaznawi, pendiri Dinasti Ghaznawiyah. Gelar tersebut disematkan kepadanya dengan makna bahwa dia merupakan seorang Khalifah Muslim, pemimpin tertinggi dalam otoritas keagamaan, dan pemimpin politik dari sebuah wilayah kekuasaan yang sangat luas, yang mana mencakup Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Afghanistan, Pakistan, dan India utara pada hari ini.
Pada tahun 971 M, Yamin ad-Dawlah Abdul-Qasim Mahmud bin Sabuktegin, atau lebih dikenal sebagai Mahmud Ghaznawi, lahir di kota Ghazna, sekarang di Afghanistan tenggara. Ayahnya, Abu Mansur Sabuktegin, adalah orang Turki, mantan prajurit Mamluk dari Ghazni.
Kata “Mamluk” berasal dari bahasa Arab yang berarti “seseorang yang dimiliki”, maknanya setara dengan kepemilikan terhadap barang tertentu, atau bila disederhanakan, Mamluk artinya adalah “budak”. Meskipun Mamluk secara faktanya memang budak, namun penting untuk diketahui bahwa gambaran tentang sosok Mamluk jauh dari gambaran umum tentang budak
Mamluk adalah prajurit elit yang tadinya merupakan tawanan perang, kemudian dipekerjakan untuk mengabdi secara militer kepada seorang khalifah. Pemanfaatan orang-orang Mamluk sebagai komponen utama tentara Muslim, yang nantinya akan menjadi ciri khas peradaban Islam, pertama kalinya terjadi pada awal abad ke-9. Praktek ini dimulai di Baghdad oleh khalifah Abbasiyah pada waktu itu, al-Muʿtaṣim (833–842). Segera setelahnya praktek ini menjadi menyebar ke seluruh dunia Muslim.
Masa Kecil Mahmud Ghaznawi
Ketika Dinasti Samaniyah (819–999), yang berbasis di Bukhara (sekarang di Uzbekistan) mulai runtuh, Sabuktegin mengambil alih kekuasaan di kampung halamannya di Ghazni pada tahun 977. Dia kemudian melanjutkan penaklukkan terhadap kota-kota besar Afghanistan lainnya, di antaranya Kandahar. Kerajaan yang dibangunnya membentuk inti dari kekuasaan Dinasti Ghaznawiyah yang akan datang, dan dia dinobatkan sebagai pendiri tonggak awal dinasti. Ibu Mahmud kemungkinan adalah istri muda Sabuktegin yang tadinya merupakan seorang budak, namun siapa namanya tidak diketahui.
Tidak banyak yang diketahui tentang masa kecil Mahmud. Informasi yang diketahui hanya bahwa dia memiliki dua adik laki-laki. Adiknya yang pertama bernama Ismail, dia merupakan anak dari istri pertama Sabuktegin. Namun, faktanya Ibunda Ismail adalah seorang wanita berdarah bangsawan yang terlahir sebagai manusia merdeka. Persoalan keturunan ini nantinya akan menjadi kunci dari proses suksesi yang terjadi ketika Sabuktegin meninggal selama kampanye militer pada tahun 997.
Di pembaringan, Sabuktegin menyerahkan tahta kekuasaan kepada Ismail. Mahmud, waktu itu berusia 27 tahun, yang merupakan anak pertama, dan secara militer dan diplomatik sebenarnya lebih unggul, dilewati oleh adiknya tirinya sendiri. Besar kemungkinan alasan Sabuktegin memilih Ismail adalah karena dia adalah satu-satunya anak yang lahir dari keturunan bangsawan dari pihak Ibunya. Tidak seperti Mahmud dan adik ketiganya yang baik ayah maupun ibunya berasal dari kalangan budak.
Ketika Ismail diangkat menjadi raja baru, Mahmud Ghaznawi sedang ditempatkan di Nishapur (sekarang di Iran). Mendengar adiknya naik tahta, dia segera melakukan perjalanan ke timur, menentang pengangkatan Ismail. Maka terjadilah perang, Mahmud dapat mengalahkan Ismail, adiknya sendiri, pada tahun 998. Mahmud kemudian mengambil alih Ghazhni, mengangkat dirinya sendiri menjadi raja, dan menempatkan adik laki-lakinya menjadi tahanan rumah selama sisa hidupnya. Setelah naik tahta Mahmud akan terus memerintah sampai kematiannya pada tahun 1030.
Setelah menjadi sultan, Mahmud memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Ghaznawiyah ke wilayah-wilayah yang dulunya merupakan daerah kekuasaan kerajaan kuno, yaitu Kerajaan Kushan. Dalam kampanyenya, dia menggunakan teknik dan taktik militer khas Asia Tengah, yang terutama mengandalkan kavaleri berkuda yang sangat mudah berpindah-pindah, yang dipersenjatai dengan busur pendek (compound bows).
Invasi ke India
Pada tahun 1001, Mahmud mengalihkan perhatiannya ke tanah subur Punjab (sekarang di India), yang terletak di tenggara kesultanannya. Wilayah yang menjadi targetnya adalah wilayah kekuasaan milik raja-raja Hindu Rajput yang terkenal ganas namun mereka tidak bersatu dan terpecah-pecah, mereka menolak untuk bekerja sama untuk membentuk pertahanan yang solid atas ancaman kerjaan Muslim yang akan masuk melalui Afghanistan. Selain itu, orang-orang Rajput menggunakan kombinasi infantri dan kavaleri, sebuah bentuk formasi yang tangguh tetapi lebih lambat dari pasukan berkuda Ghaznawiyah.
Juga dilaporkan, mereka terlalu mengandalkan gajah, sementara itu, pasukan Mahmud sudah lebih modern, mereka memiliki sistem organisasi, disiplin, dan ikatan yang lebih baik.
Selama tiga dekade berikutnya, Sultan Mahmud melakukan lebih dari selusin serangan militer ke kerajaan-kerajaan Hindu dan Ismailiyah di utara. Sebelum kematiannya, kesultanannya membentang sampai ke pantai Samudra Hindia di Gujarat selatan.
Mahmud menunjuk raja-raja lokal untuk menjadi bawahan yang memerintah atas namanya di banyak daerah yang telah ditaklukkan. Selain itu dia juga membuka hubungan baik dengan masyarakat non-Muslim. Dia menyambut para prajurit dan perwira Hindu dan Ismailiyah yang ingin bergabung ke dalam pasukannya. Namun, karena ekspansi dan peperangan yang terus-menerus, pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahannya, kondisi keuangan Dinasti Ghaznawiyah mulai sulit. Akibatnya Mahmud memerintahkan pasukannya untuk menyerang kuil-kuil Hindu dan menjarah sejumlah besar emas.
Pada tahun 1026, Sultan Mahmud yang sudah berusia 55 tahun berangkat untuk menyerang negara bagian Kathiawar, yang berada di pantai barat India (Laut Arab). Pasukannya melaju ke ujung selatan Somnath, yang terkenal dengan kuil yang indah Dewa Siwa.
Meskipun pasukan Mahmud berhasil menduduki Somnath, dan menjarah dan menghancurkan kuil, namun berita buruk datang dari Afghanistan. Sejumlah suku Turki telah bangkit untuk menantang pemerintahan Ghaznawiyah, termasuk di antaranya orang-orang Turki Seljuk, yang telah merebut Merv (Turkmenistan) dan Nishapur (Iran). Pada saat Mahmud meninggal pada 30 April 1030, para pemberontak ini sudah mulai menggerogoti perbatasan-perbatasan wilayah kekuasaan Kesultanan Ghaznawiyah. Sultan Mahmud meninggal pada usia 59 tahun.
Warisan Sultan Mahmud
Sultan Mahmud menghabiskan sebagian besar hidupnya berjuang melawan orang-orang yang dia anggap “kafir” yaitu Hindu, Jain, Buddha, dan kelompok minoritas Muslim seperti Syiah Ismailiyah. Kenyataannya, kaum Ismailiyah tampaknya telah menjadi sasaran khusus dari kemarahannya, karena Mahmud (dan penguasa di atasnya, yang sebenarnya hanya sebatas formalitas, yakni Kekhalifahan Abbasiyah) menganggap mereka adalah pelaku bid’ah.
Meskipun demikian, Mahmud Ghaznawi tampaknya lebih toleran terhadap orang-orang non-Muslim selama mereka tidak menentangnya secara militer. Toleransi warisan Mahmud relatif akan terus berlanjut ke kerajaan Muslim berikutnya di India: Kesultanan Delhi (1206-1526) dan Kekaisaran Mughal (1526-1857).
Dalam hal keilmuan, Sultan Mahmud dikenal menyukai buku dan menghormati orang-orang terpelajar. Di jantung kekuasaanya, Ghazni, dia membangun perpustakaan untuk menyaingi istana kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad (sekarang di Irak). Mahmud juga mensponsori pembangunan universitas, istana, dan masjid agung, menjadikan ibukotanya sebagai permata di Asia Tengah.
Rakyatnya mengenal Mahmud sebagai seorang yang saleh dan sangat suka belajar. Pada masa Mahmud berkuasalah wilayah Persia dilaporkan mengalami kemajuan pesat. Salah satu indikasinya adalah dengan diterbitkannya buku yang berjudul Shahnameh (Kitab para Raja) karya penyair Persia, Abul-Qasim Firdausi Tusi (940–1020)
Mahmud meninggalkan berbagai warisan. Dinastinya akan bertahan sampai tahun 1187, meskipun sudah mulai runtuh dari barat ke timur bahkan sebelum kematiannya. Pada tahun 1151, Sultan Ghaznawiyah penerus Mahmud, Bahram Shah, kehilangan Ghazni, dan melarikan diri ke Lahore (sekarang di Pakistan).
SULTAN YANG GEMAR MEMPERBANYAK SHALAWAT
Sultan Mahmud al-Ghoznawi sepanjang hidupnya raja selalu
menyibukkan dirinya dengan membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Setiap selesai sholat subuh, sang raja membaca shalawat
sebanyak 300.000 kali. Begitu
asyiknya raja membaca shalawat sebanyak itu, seolah-olah beliau lupa akan
tugasnya sebagai seorang raja, yang dipundaknya tertumpu berbagai tugas negara
dan berbagai macam harapan rakyatnya yang bergantung kepadanya. Sehingga kalau
pagi tiba, sudah banyak rakyatnya yang berkumpul di istana menunggu sang raja,
untuk mengadukan persoalannya.
Namun sang raja yang ditunggu-tunggu tidak kunjung hadir.
Sebab sang raja tidak akan keluar dari kamarnya, walau hari telah siang, jika
belum menyelesaikan wirid shalawatnya. Setelah kejadian ini berlangsung agak
lama, pada suatu malam beliau bermimpi bertemu dengan Rosululloh SAW.
Didalam mimpinya, Rasulullaah Saw bertanya, “Mengapa kamu
berlama-lama di dalam kamar.? Sedangkan rakyatmu selalu menunggu kehadiranmu
untuk mengadukan berbagai persoalan mereka,”
Raja menjawab, “Saya duduk berlama-lama begitu, tak lain
karena saya membaca shalawat kepadamu sebanyak tiga ratus ribu kali, dan saya
berjanji tidak akan keluar kamar sebelum bacaan sholawat saya selesai,”
Rasulullaah SAW lalu berkata, “Kalau begitu kasihan
orang-orang yang punya keperluan dan orang-orang lemah yang memerlukan
perhatianmu. Sekarang aku akan ajarkan kepadamu sholawat yang apabila kamu baca
sekali saja, maka nilai pahalanya sama dengan bacaan 100.000 kali shalawat.
Jadi kalau kamu baca tiga kali, pahalanya sama dengan tiga ratus ribu kali
shalawat yang kamu baca,”
Rosululloh SAW lalu membacakan lafazh shalawat yang kemudian
dikenal dengan nama shalawat Sultan.
Akhirnya, raja Mahmud lalu mengikuti anjuran Rasulullaah SAW
tersebut, yaitu membaca shalawat tadi sebanyak tiga kali. Dengan cara demikian,
sholawat dapat beliau baca dan urusan negara dapat dijalankan dengan sempurna. Setelah beberapa waktu mengamalkan sholawat itu, raja
kembali bermimpi bertemu Rosululloh Saw.
Kemudian Rasulullaah Saw bertanya
kepadanya, “Apa yang kamu lakukan, sehingga malaikat kewalahan menuliskan
pahala amalmu?”
Raja menjawab, “Saya tidak mengamalkan sesuatu, kecuali
mengamalkan sholawat yang anda ajarkan kepada saya itu.”
Doa Dan Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban Secara Syar’i Dan Mudah Dipahami
Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Islam. Pada hari yang mulia ini, umat Muslim di seluruh dunia menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ibadah dan pengorbanan kepada Allah SWT.
Bagi yang akan melaksanakan penyembelihan hewan kurban, berikut adalah tata cara yang syari dan mudah dipahami.
1. Menggunakan Alat Penyembelihan Yang Tajam
Rasulullah telah mengajarkan agar kita berbuat baik dalam segala hal, termasuk dalam penyembelihan hewan kurban.
Salah satu tindakan baik yang dianjurkan adalah menggunakan alat penyembelihan yang tajam. Alat yang tajam akan memudahkan proses penyembelihan dan mengurangi penderitaan hewan tersebut.
2. Menghadapkan Hewan Ke Arah Kiblat
Sebelum menyembelih hewan kurban, pastikan untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat, yaitu kearah Ka'bah di Makkah. Posisi kepala hewan yang akan disembelih bisa di sebelah utara atau di sebelah selatan.
3. Berdoa dengan Penuh Khidmat
Setelah menghadapkan hewan ke arah kiblat, luangkan waktu sejenak untuk berdoa dengan khidmat.
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan tulus ikhlas dan menyerahkan diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, pengabdianku, hidupku, dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikian aku diperintahkan"
Setelah berdoa dengan penuh khidmat, saatnya melanjutkan proses penyembelihan hewan kurban. Pastikan untuk melakukannya dengan hati yang tenang dan konsentrasi penuh.
4. Memutuskan Tenggorokan Dan Urat Nadi
Ketika akan menyembelih hewan kurban, pastikan untuk memutuskan tenggorokan dan dua urat nadi yang ada di leher hewan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memastikan penyembelihan dilakukan dengan sempurna dan sesuai syariat.
Pembagian Daging Kurban
Setelah hewan kurban disembelih, dagingnya akan dibagikan kepada penerima yang berhak. Berikut adalah tata cara pembagian daging kurban berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi:
1. Shohibul Kurban
Pemilik hewan kurban atau shahibul kurban berhak memanfaatkan bagian-bagian hewan kurban sesuai keperluan. Ia dapat memakan daging kurban, memanfaatkan kulitnya, dan memberikan bagian kepada orang yang berkecukupan.
2. Orang yang Sengsara dan Faqir
Sebagian daging kurban juga harus diberikan kepada orang yang hidup dalam kesulitan dan kekurangan (sengsara dan faqir). Ini bertujuan untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan makanan.
3. Orang yang Tidak Minta-minta dan Minta-minta
Dalam pembagian daging kurban, juga harus memperhatikan orang yang tidak meminta-minta (al-Qaani') dan yang meminta-minta (al-Mu'tar). Keduanya berhak mendapatkan bagian dari daging kurban sesuai kebutuhan mereka.
4. Orang-orang Miskin
Selain itu, daging kurban juga harus diberikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan. Pembagian ini bertujuan untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal-hal Yang Boleh Dan Tidak Boleh Dilakukan Oleh Shahibul Kurban
Sebagai shahibul kurban, terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Berikut adalah penjelasannya:
Hal Yang Boleh Dilakukan:
1. Memanfaatkan kulit hewan kurban untuk keperluan tertentu.
2. Memberikan bagian daging kurban kepada orang yang berkecukupan.
3. Menyedekahkan daging kurban kepada fakir miskin.
4. Membagikan seluruh bagian hewan kurban, termasuk daging, kulit, dan pakaian hewan kurban.
5. Memakan daging kurban dengan disertai rasa syukur kepada Allah SWT.
Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan:
1. Menjual bagian dari hewan kurban, baik daging, kulit, maupun bagian lainnya.
2. Memberikan bagian dari hewan kurban sebagai upah penyembelihan, namun boleh diberikan sebagai bagian dari penerima daging kurban.
Dengan memahami tata cara penyembelihan hewan kurban dan pembagian dagingnya, kita dapat melaksanakan ibadah kurban dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam.
Sejarah dan Asal-Usul Qurban Sejak Nabi Ibrahim AS: Jejak Pengorbanan Agung dalam Islam
Setiap datangnya bulan Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah qurban sebagai bentuk ketundukan kepada Allah SWT. Tapi tahukah Anda bahwa ibadah ini berakar dari sebuah kisah agung penuh pengorbanan antara seorang ayah dan anak yaitu Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Artikel ini akan mengupas secara lengkap sejarah dan asal-usul qurban, mulai dari wahyu pertama tentang perintah penyembelihan hingga bagaimana tradisi ini dilestarikan dalam syariat Islam hingga kini.
1. Perintah Qurban dalam Kisah Nabi Ibrahim AS Ibadah qurban berakar dari kisah luar biasa Nabi Ibrahim AS. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menceritakan bahwa Ibrahim menerima perintah dalam mimpi untuk menyembelih anaknya yang sangat ia cintai, Ismail AS:
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"(QS. As-Saffat: 102)
Perintah ini adalah ujian dari Allah untuk menguji keikhlasan dan ketundukan dua hamba-Nya. Dan ketika Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah menggantikannya dengan seekor hewan sembelihan:
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. As-Saffat: 107)
2. Nilai Spiritualitas di Balik Kisah Qurban Kisah ini bukan semata sejarah, tapi sarat makna:
Ketundukan total kepada kehendak Allah
Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada anak atau harta
Kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi ujian terberat
Ibadah qurban adalah simbol dari penyerahan diri yang utuh. Dalam Islam, setiap bentuk pengorbanan yang dilakukan karena Allah memiliki nilai besar di sisi-Nya.
3. Qurban dalam Syariat Nabi Muhammad SAW Tradisi qurban kemudian dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi syariat Islam. Dalam hadis disebutkan:
"Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam pada hari Nahr (Idul Adha) selain menyembelih qurban."(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Nabi sendiri selalu berqurban, bahkan saat sedang tidak memiliki banyak harta. Beliau mengajarkan agar umat Islam yang mampu menyembelih hewan qurban setiap Idul Adha.
4. Dari Kisah Menjadi Syariat: Hikmah yang Terus Hidup Ibadah qurban bukan sekadar ritual tahunan, tetapi perwujudan:
Syukur atas rezeki
Empati kepada kaum miskin
Pembersih jiwa dari cinta dunia berlebihan
Melalui daging yang dibagikan, qurban juga menjadi sarana memperkuat ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan sosial.
5. Penutup: Qurban, Jejak Ibrahim yang Hidup Dalam Diri Kita Kisah Nabi Ibrahim bukan hanya dongeng masa lalu, tetapi cermin bagaimana kita menghadapi ujian hidup hari ini. Apakah kita siap mengorbankan waktu, ego, atau harta demi Allah.
Setiap tetes darah hewan qurban adalah simbol dari ketundukan kita kepada Sang Pencipta, sebagaimana Ibrahim AS telah mencontohkannya dengan sempurna.
Keutamaan Bulan Dzulhijjah dan Amalan yang Dianjurkan
Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di dalamnya terdapat 10 hari pertama yang paling utama, bahkan lebih baik dari hari-hari lainnya dalam setahun. Allah SWT mengangkat derajat bulan ini karena banyaknya ibadah besar yang terjadi di dalamnya, seperti haji, kurban, dan puasa Arafah.
🌙 1. Termasuk Bulan Haram
Dzulhijjah adalah salah satu dari empat bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Di bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan menjauhi dosa dan memperbanyak amal saleh.
🌟 2. 10 Hari Pertama yang Paling Dicintai Allah
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari-hari yang amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari)
🕋 3. Waktu Pelaksanaan Ibadah Haji
Ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima, hanya bisa dilaksanakan di bulan ini. Puncaknya adalah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah.
🥩 4. Disyariatkan Ibadah Kurban
Pada 10 Dzulhijjah (Idul Adha), umat Islam diperintahkan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan dan mengenang kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
🌄 5. Disunnahkan Puasa Arafah
Puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (Arafah) memiliki keutamaan besar. Rasulullah bersabda: “Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
✅ Amalan yang Dianjurkan:
Berpuasa (terutama tanggal 1–9 Dzulhijjah)
Takbir, tahlil, dan tahmid setiap hari
Bersedekah dan memperbanyak ibadah
Bertobat dan memperbanyak doa
Menyembelih kurban
💡 Penutup
Bulan Dzulhijjah adalah momentum emas untuk memperbanyak amal shalih dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk meraih pahala berlimpah!
Hassan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna, (atau lebih dikenal sebagai Syekh Hassan al-Banna), adalah seorang guru sekolah dan imam asal Mesir. Dilahirkan pada 14 Oktober 1906 di Desa Mahmudiyah, Al-Buhayrah. Pada saat usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal Al-Qur'an. Hasan al-Banna adalah peletak dasar-dasar gerakan islam selaku pendiri dan pemimpin Ikhwanul Muslimin, salah satu organisasi revivalis Islam berpengaruh pada abad ke-20. Ia memperjuangkan islam menurut keyakinan Al-Qur'an dan sunnah, dia dibunuh oleh penembak misterius yang menurut pengikutnya dari kalangan Ikhwanul Muslimin diyakini sebagai penembak 'titipan' dari pemerintah Mesir pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Hasan Al-Banna pun wafat pada tanggal 14 Rabiul Tsani tahun 1368 Hijriyah bertepatan dengan 12 Februari 1949 M. Menurut beberapa Ulama pada zamannya Hasan Al-Banna mati syahid karena dibunuh oleh kaki tangan penguasa yang dzalim di Mesir. Sebelumnya tersiar kabar bahwa Hasan Al-Banna termasuk orang yang berbahaya di kalangan bangsa penjajah di Eropa. Hingga saat wafatnya tersebut, kaum penjajah Eropa merayakan kematiannya. Kepergian Hassan al-Banna mewariskan 2 karya monumental bagi Ikhwanul Muslimin, yaitu Catatan Harian Dakwah dan Da'i serta Kumpulan Surat-surat.
Al-Banna dikenal dengan cara berdakwahnya yang tidak biasa. Ia dikenal sering berdakwah di warung-warung kopi tempat masyarakat pada umumnya berkumpul sehabis bekerja. Di saat ulama lain pada umumnya berdakwah dari mimbar masjid. Kepemimpinan Al-Banna memberi pengaruh bagi pertumbuhan Ikhwanul Muslimin terutama dalam rentang tahun 1930-an hingga tahun1940-an.
Ketika Hassan al-Banna berusia 12 tahun, ia mulai terbiasa mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat; mengulang hafalan Al-Qur'an setelah salat subuh, menuntut ilmu di sekolah pada siang hari, belajar membuat dan membetulkan jam dengan orang tuanya hingga sore, dan mengulang pelajaran sekolah di waktu sore hingga menjelang tidur.
Berdirinya organisasi Ikhwanul Muslimin bertepatan pada tanggal 20 Maret 1928. Bersama keenam temannya, Hassan Al-Banna mendirikan organisasi Ikhwanul Muslimin di kota Isma'iliyah.
Pertumbuhan organisasi Ikhwanul Muslimin menjadi pesat ketika Hasan al-Banna pindah ke Kairo pada tahun 1932. Faktor ini penting dan membuat organisasi ini berekspansi semakin luas. Ketika di Isma'iliyah, Hasan al-Banna memberi kuliah malam kepada orang tua muridnya. Dia juga berkhotbah di masjid, dan warung kopi. Beberapa pandangannya tentang praktik Islam menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat dengan elite pemuka agama setempat, meski Hasan al-Banna sejak awal sudah berusaha menghindari perselisihan tersebut. Dia terkejut begitu menyaksikan supremasi militer dan ekonomi asing di daerah Isma'iliyah, diantaranya berupa adanya kamp-kamp militer Inggris, bidang pelayanan umum yang dimiliki oleh negara asing, dan tempat tinggal mewah dari karyawan asing dari Perusahaan Terusan Suez.
Pada masanya Hasal al-Banna berupaya membawa perubahan, melalui lembaga masyarakat, dan pergerakan aktivis di tingkat akar rumput. Dia mewujudkan itu semua dengan membawa Ikhwanul Muslimin masuk ke ranah sosial politk dengan menekankan keprihatinan bersama, gerakannya ini menarik berbagai konstituen, Al-Banna mampu merekrut berbagai jenis masyarakat Mesir dari berbagai strata sosial, seperti pegawai negeri modern-berpendidikan, karyawan kantor, dan profesional tetap menjadi kalangan aktivis organisasi dan pengambil keputusan di Ikhwanul Muslimin. Al-Banna juga aktif dalam menentang imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat ditangkap oleh pemerintah pro-Inggris, yang menganggap Al-Banna membawa pergerakan subversif bagi pemerintah Inggris saat itu.
Antara 1948 dan 1949, tidak lama setelah masyarakat Mesir mengirim relawan untuk bertempur dalam perang di Palestina, konflik antara pemerintah monarki Mesir dengan masyarakat Mesir mencapai puncaknya. Pemerintah Mesir khawatir dengan meningkatnya popularitas Ikhwanul Muslimin, Pemerintah Mesir saat itu mendengar desas-desus bahwa Ikhwanul Muslimin akan merencanakan kudeta, Perdana Menteri Mesir saat itu, Mahmoud El Nokrashy Pasha bertindak membubarkan Ikhwanul Muslimin pada bulan Desember 1948. Para aktivis organisasi tersebut ditangkap dan dikirim ke penjara. Kurang dari tiga minggu kemudian, perdana menteri tersebut dibunuh oleh salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin, Abdul Majid Hasan Ahmad.
Setelah pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan pernyataan mengutuk pembunuhan itu, yang menyatakan teror yang bukan cara yang dibenarkan dalam Ikhwanul Muslimin. Peristiwa ini mendorong terjadi pembunuhan Hasan Al-Banna. Pada tanggal 12 Februari 1949 di Kairo, Hasan Al-Banna datang ke kantor pusat Jamiyyah al-Shubban al-Muslimin dengan saudara iparnya Abdul Karim Mansur untuk bernegosiasi dengan Menteri Zaki Ali Basha yang mewakili pihak pemerintah. Namun, Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah datang ke negosiasi tersebut. 5 jam lamanya mereka menunggu, akhirnya Hasan Al-Banna dan saudara iparnya memutuskan untuk kembali. Ketika itu pembunuhan tersebut terjadi, Hasan Al-Banna dan saudaranya sedang menunggu taksi untuk pulang, tiba-tiba mereka ditembak oleh dua orang asing tak dikenal. Al-Banna terkena tujuh tembakan pada peristiwa tersebut. Dia segera dibawa ke rumah sakit, namun pada saat itu semua rumah sakit telah menerima perintah dari pemerintah untuk tidak memberi perawatan apapun kepada Hasan Al-Banna, akhirnya Hasan Al-Banna meninggal karena luka-lukanya tidak ditangani medis, di rumah sakit sebelum meninggal, Hassan Al-Banna telah menyadari bahwa mereka telah diperintahkan untuk tidak memberikan penanganan medis kepadanya, dan memutuskan untuk mendoakan pemerintah Mesir dengan 3 doa. Hassan Al-Banna wafat pada tanggal 12 Februari 1949.
Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak dalam pemikiran Islam modern. Dia adalah kakek dari Tariq Ramadan dan kakak Gamal al-Banna. Menurut Hasan Al-Banna, untuk menguduskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan melarang semua pengaruh sekulerisme dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian yang terintegrasi dengan masjid. Dia juga menginginkan kaum muslim aktif dan kegiatan partai politik dan lembaga demokrasi lainnya dari Syura (Dewan Islam) dan ingin semua pejabat pemerintah untuk memilih pembelajaran agama sebagai pendidikan utama.
Hasan Al-Banna adalah seorang ulama yang karir keilmuannya mengantarkan pada kedudukan sebagai orang yang disegani. Ia menyusun kitab Al-Matsurat saat kedudukannya sebagai pemimpin. Ketika, waktu pagi dan petang. Hasan Al-Banna rutin dan aktif dalam membiasakan dzikir juga aktif dalam kegiatan keagamaan. Kitab Al-Matsurat merupakan kitab yang disusun oleh Hasan Al-Banna.
Al-Matsurat adalah sebuah buku kumpulan bacaan dzikir yang telah dipilih oleh Hasan Al-Banna. Al-matsurat terdiri atas sejumlah potongan ayat dan hadist Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang dicetak dalam bentuk buku berukuran kecil dan praktis, sehingga dapat di bawa kemana-mana.
Allah memuji orang yang rajin berdzikir dan berdoa setiap pagi dan petang, “Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap Keridhaan-Nya.” (QS. al-Kahfi: 28).
Ibnul Qoyyim mengatakan,“Zikir pagi dan sore ibarat baju besi. Semakin banyak lapisan lempengnya, senjata tidak akan bisa menembus pemakainya. Bahkan, kekuatan baju besi bisa mencapai keadaan, dimana tombak bisa mental dan balik menyerang orang yang melemparnya.”
Al-Matsurat ini biasa di baca saat pagi dan petang. Lalu, kapan waktu pagi dan petang itu.?
Mengenai waktu tepatnya, Allah menyebutkan di dalam Al-qur’an, “Maka, bersabarlah terhadap yang mereka ucapkan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya matahari.” (Qs. Thaha: 130).
Dan ketika kita tidak sempat melakukannya karena ketiduran atau ada kesibukan, kita bisa membacanya setelah terbit matahari untuk pagi atau terbenam matahari untuk waktu sore.
Al-Matsurat sendiri terdiri dari dua jenis Al-Matsurat:
1. Al-Matsurat Kubro Al-Matsurat ini terdiri dari 20 hadist & ayat Al-Qur’an. Terdiri dari: Surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Imran, Thaha, At-Taubah, Al-Isra’ hingga 2 doa Hasan Al-Banna dan doa sehari-hari.
2. Al-Matsurat Sugro Terdiri dari 9 ayat Al-qur’an: Surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, 20 bacaan dzikir dan doa keseharian.
Semoga bermanfaat dan semoga kita semua bisa senantiasa berdzikir mengingat Allah, Aamiin Yaa Robbal aalamiin.
Assalamu'alaikum, untuk pertama kalinya saya ingin membagikan keilmuan Saya miliki atau lebih tepatnya ilmu yang saya terima dari seorang karkun sewaktu saya masih mondok di pesantren ikhwatul islamiyah, Kaltim.
Ilmu ini terbilang sangat ampuh dalam hal Kerezekian beliau berkata, dari guru beliau juga " menarik rezeki yang halal secara paksa untuk satu Minggu kedepan" .
Sedikit cerita saya sewaktu pengalaman mengamalkan ilmu ini, ketika saya mengamalkannya bersama teman sewaktu masih mondok, setelah mengamalkan ilmunya beberapa hari kedepan ada aja rezekinya. dari dapat undangan untuk membaca khataman 30 juz hingga dapet amplopnya hingga dapet kiriman uang bulanan dari orang tua lebih dari biasanya dan gak habis pikir, kok bisa gitu ya . ilmu ini udah lama tidak saya amalkan kerena lupa dan Karena saya ingat kembali maka saya bagikan aja dan semoga bermanfaat untuk semuanya, agar anda dan saya bisa mengamalkan nya dan mengobservasi ilmu ini.
✨ unik nya ilmu ini tidak memerlukan syarat apapun dalam prakteknya dan:
❎ tidak pakai wirid
❎ tidak usah memakai bukhur
❎ tidak perlu tirakat
❎ tidak perlu puasa
❎ dll, yang sejenisnya
📈 dan ilmu ini sangat cocok bagi anda yang:
☑️ punya masalah hutang
☑️ ekonomi yang merosot
☑️ ingin rejekinya lancar
☑️ uang selalu lebih dari biasanya
☑️ dll
📝 syarat untuk mengamalkan ilmu ini adalah sebagai berikut:
✅ kuku harus selalu bersih (tangan dan kaki
▫️ bagaimana sih keilmuanya kok gak pake wirid ⁉️
🤘 ya betul sesuai yang saya katakan tadi ilmu ini tidak perlu wirid dan bukan ilmu bacaan PENASARAN...❓
👉 baiklah dibawah ini akan saya babarkan rahasia keilmuan nya
🔥 TATACARANYA 🔥
" potonglah kuku tangan dan kaki anda pada hari kamis pada waktu sore selepas sholat AZHAR "
Yaa anda tidak salah baca begitulah rahasianya jika anda ingin rejeki anda semakin lancar, dan silahkan dibuktikan sendiri.
Sesungguhnya daya batin manusia sangatlah luar biasa, sebab manusia diciptakan sangat sempurna dan pada posisi paling mulia di samping makhluk lain. Kita lihat saja sumber daya lahir saja manusia sangat banyak manfaatnya, itulah sebabnya masa sekarang ini banyak yang menggali dan memanfaatkan daya lahir manusia dengan cara yang kuno sampai yang moderen. Seandainya kita memanfaatkan potensi batin berarti kita memanfaatkan dan mendayagunakan anugerah Tuhan yang pasti bermanfaat, karena yang namanya hidup tidak semua problem dapat di atasi secara jalan lahir saja, tapi banyak pula yang harus diselesaikan dengan jalur batin. Di sini saya akan babarkan bagaimana memanfaatkan daya batin dengan niat yang benar, cara yang benar (tidak bertentangan dengan agama), jalan yang benar dan hasil yang benar-benar dapat dirasakan manfaatnya, insya Allah kita menjadi lebih bahagia, lebih sukses dan memiliki nilai lebih dari manusia yang lainNya karena potensi batin kita di manfaatkan disamping potensi lahir yang terus kita gali.
Kami melakukan panggilan daya batin, dengan berbagai jalur positif seperti lewat belajar, berlatih, puasa, meditasi, pernafasan dan lain-lain, sehingga terciptalah sebagai metode pemanfaatan daya batin atau keilmuan yang teruji dan telah terbukti antara lain: ILMU PAMUNGKAS TENAGA DALAM.
Ilmu ini adalah tenaga dalam versi hikmah yang berkhasiat sebagai mana aliran tenaga dalam yang lain baik dari aliran mantra, klasik, latihan jurus dan tenaga dalam yang semuanya memerlukan waktu yang panjang dalam penguasaanNya.
Bedanya di sini hanya memerlukan cara sederhana namun hasilnya sangat luar biasa, (metode ini di temukan oleh para auliya yang sudah makrifat) bisa di kuasai dalam waktu yang cepat dan multifungsi, sangat kuat guna pertahanan diri dari serangan jahat segala penjuru.
CARANYA:
Lakukan Shalat Hajad 100 raka’at, (bila masing-masing 2 raka’at berarti 50x salam), dengan aturan pelaksanaan-Nya yaitu:
- Raka’at pertama sehabis Al-Fatihah membaca surat Ad-dhuha.
- Raka’at kedua sehabis Al-Fatihah membaca surat Al-Insyiroh.
Begitu seterusnya sampai selesai 100 raka’at, sehabis shalat tersebut atas izin Allah anda akan langsung memiliki tenaga dalam yang langsung dapat difungsikan.
Alangkah baiknya anda melatih ILMU PERNAFASAN juga agar semakin hebat dan kuat hasilnya akan jauh lebih hebat dari aliran ilmu tenaga dalam yang lainNya. Hal ini kami berikan secara umum karena dengan harapan bisa membawa manfaat bagi kehidupan pada umumnya. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam SHOLAT. SHOLAT dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini. Dalam hadits dinyatakan bahwa sholat yang tidak disertai al-Fatihah adalah sholat yang “tidak sempurna”. Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:
“Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah.”
Dalam pelaksanaan sholat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan doa Iftitah dan dilanjutkan dengan “AMIN” dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur’an (pada rakaa’at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam sholat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur’an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.
Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga selesai membacanya. Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddin dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.
Dalam sholat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata “Amin”. “Amin” dalam sholat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian diikuti oleh makmum. Pembacaan “Amin” diharuskan dengan suara keras dan panjang. Dalam hadits disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan “amin” karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “amin” diucapkan apabila imam mengucapkannya.
Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam sholat ada yang membacanya keras dan ada yang lirih. Hal itu tergantung dai sholat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam sholat. Sholat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga akhir sholat, disebut Sholat Sir (membaca tanpa suara). Sholat Sir contohnya adalah Sholat Zuhur dan Sholat Ashar dimana seluruh bacaan sholat dalam sholat itu dilirihkan.
Selain sholat Sir, terdapat pula sholat Jahr, yaitu sholat yang membaca dengan suara keras. Sholat Jahr contohnya adalah sholat Subuh, sholat Maghrib, dan sholat Isya’. Dalam sholat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam sholat.
Sedangkan pada saat itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya. Sementara dalam Sholat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih.
Al-Fatihah Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/أمّالقرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّالكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبعالمثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat. (Arab: الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surah pertama dalam al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran.
BERIKUT BEBERAPA CONTOH APLIKASI SURAH AL FATIHAH UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN…
IKHTIAR MENGHILANGKAN PENYAKIT FISIK DAN METAFISIK BERAT
tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada piring putih dan suci lalu dihapuskan dengan air. Lalu baca doa…
“Duh Gusti Allah, kulo nyuwun panjenengan ilangke loro bala bencono soko dongane Nabi-Mu ingkang al- Amin soko kersaning panjenengan”.
Atau boleh pakai bahasa Indonesia
"Ya Allah, hilangkan daripada orang ini keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu”.
dan berikan minum pada orang yang SAKIT, maka ia akan SEMBUH dengan izin Allah SWT.
Bila penyakit fisik dan metafisik yang tergolong ringan cukup baca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali dan tiupkan ke piring berisi air dan air itu diusap-usapkan pada kedua belah tangan, kedua belah kaki, muka, kepala dan seluruh badan, lalu diminum, Insya Allah menjadi sembuh.
HILANGKAN SAKIT GIGI
Untuk dirinya sendiri caranya sbb: sediakan air yang dicampur garam lalu membaca Al-Fatihah dan berdoa sebanyak 7 kali:
“Duh Gusti Allah, kulo nyuwun panjenengan ilangke loro bala bencono soko dongane Nabi-Mu ingkang al- Amin soko kersaning panjenengan”.
Selesai berdoa tiupkanlah ke air yang bercampur garam tersebut dan pakai untuk berkumur sekitar 3 menit lalu buang air tersebut. Insya allah sakit akan segera hilang.
HILANGKAN SIFAT PELUPA
Ikhtiar menghilangkan sifat pelupa Tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada piring putih dan suci lalu dihapuskan dengan air dan berikan minum pada orang yang pelupa, maka ia akan hilang sifat pelupanya dengan izin Allah SWT.
SEMUA HAJAT AKAN TERKABUL
Membaca surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali berturut-turut MENJELANG SHOLAT SUBUH kemudian memohon kepada Allah dengan doa sebagai berikut:
INNAMA AMRUHU IDZA ARODA SYAIAN AYYAQULA LAHU KUN (SAMPAIKAN HAJAT ANDA DENGAN BAHASA YANG ANDA MENGERTI) FAYAKUN.
Insya Allah semua hajat anda akan dipenuhi oleh Allah SWT.
Pembuka Rezeki, Pangkat Derajat, Mudahkan Urusannya, Hilangkan Kesusahan, Barokah Dan Kemuliaan, Berwibawa, Berpangkat Luhur, Berpenghidupan Baik, Anak-Anak Terlindung Dari Kemudharatan Dan Kerusakan Serta Dianugerahkan Kebahagiaan
Baca Al-Fatihah sebanyak 20 kali setiap selesai sembahyang fardhu lima waktu.
DEMIKIAN SEDIKIT YANG BISA DISAMPAIKAN, DAN MASIH BANYAK LAGI SAMUDRA AL FATIHAH YANG BISA DISELAMI SEHINGGA KITA BISA MENDAPATKAN MANFAAT SECARA NYATA DAN MENCINTAI AL FATIHAH INI DENGAN SEPENUH HATI. TERIMA KASIH.
SINGKAP: SANG RAJA JIN YANG SETIA MENGABDI PADA MBAH
ISKANDAR
Di balik perjalanan sejarah panjang Indonesia, terdapat kisah-kisah mistis yang masih hidup dalam ingatan mereka yang percaya pada kekuatan gaib.
Salah satunya adalah kisah Singkap, sang raja jin yang menaruh kesetiaan pada Mbah Iskandar, seorang tokoh pejuang Muslim dari kelompok Hisbullah. Keberadaan Singkap yang sebelumnya adalah pengikut Mbah Iskandar, diceritakan kepada saya serta di ingatan yang mengalir di kalangan orang-orang yang mengenal sang pejuang.
Pada tahun 1948, saat Mbah Iskandar terpaksa bersembunyi di sebuah gua di Gunung Tangis, Sine, Ngawi, peristiwa yang tak biasa terjadi. Mbah Iskandar, yang tengah dikejar oleh PKI Madiun, memilih untuk bertapa di dalam gua tersebut. Namun, dalam kesunyian itu, ia tidak sendiri. Singkap, sang raja jin dari Nusa Tenggara Barat, muncul untuk menguji keteguhan hati Mbah Iskandar dalam menjalani takdirnya.
Kisah ini berawal dari upaya-upaya yang dilakukan oleh Singkap untuk membujuk Mbah Iskandar agar meninggalkan gua dan kembali ke dunia luar. Dengan kecerdikannya, Singkap menyamar dalam berbagai bentuk untuk menggoda Mbah Iskandar.
Pada bujukan pertama, Singkap menyamar sebagai seorang nenek yang datang dengan membawa kabar bahwa anaknya sedang sakit. Ia menyarankan Mbah Iskandar untuk turun dan menolong sang anak. Namun, Mbah Iskandar yang telah dilatih dalam kesabaran dan dzikir, tetap bertahan dan menolak untuk mengikuti bujukan tersebut.
Tidak menyerah, Singkap kembali mencoba dengan cara yang berbeda. Pada bujukan kedua, ia menyamar sebagai tentara yang mengancam akan menembak jika Mbah Iskandar tetap berada di gua. Meski ancaman maut mengintai, Mbah Iskandar tetap teguh pada pendiriannya. Ia memilih untuk terus bermunajat kepada Tuhan, tidak tergoda oleh kemarahan atau ancaman apapun.
Bujukan ketiga datang ketika Singkap menyamar sebagai seorang pencari kayu. Dengan penuh keyakinan, ia mengingatkan Mbah Iskandar bahwa hutan di sekitar gua akan terbakar, dan menyarankan agar ia segera turun untuk menghindari bahaya tersebut. Namun, sekali lagi, Mbah Iskandar menolak godaan ini. Ia lebih memilih untuk terus berzikir, menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.
Keteguhan hati Mbah Iskandar akhirnya membuahkan hasil. Setelah gagal dengan tiga bujukannya, Singkap pun muncul dengan wujud aslinya, seorang jin raja yang memiliki kekuatan luar biasa. Dalam pertemuan tersebut, Singkap mengungkapkan niatnya untuk mengabdi pada Mbah Iskandar seumur hidup, bahkan hingga keturunan Mbah Iskandar kelak. Sebagai seorang jin yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, Singkap berjanji untuk setia mengikuti dan membantu Mbah Iskandar dalam segala hal yang diperlukan.
Perjanjian ini bukan sekadar sebuah janji, melainkan sebuah ikatan spiritual yang mendalam antara seorang manusia dan jin raja. Mbah Iskandar, yang dikenal sebagai sosok yang sangat dekat dengan Tuhan, tidak hanya berhasil mengalahkan godaan duniawi, tetapi juga memperoleh kekuatan gaib yang akan membantunya dalam perjuangan hidup. Singkap, yang memiliki kedudukan tinggi di dunia jin, menjadi sekutu setia bagi Mbah Iskandar dalam menjalani takdir dan perjuangan.
Kisah Singkap dan Mbah Iskandar ini tidak hanya mengisahkan tentang keajaiban gaib, tetapi juga tentang keteguhan iman dan tekad dalam menghadapi cobaan. Di tengah-tengah tekanan dan ancaman dari berbagai pihak, Mbah Iskandar memilih untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang diyakininya, tanpa tergoyahkan oleh apapun. Singkap, sang raja jin, hanya menjadi simbol kesetiaan dan kekuatan yang datang sebagai hasil dari kesabaran dan keteguhan hati.
Kisah ini tetap hidup dalam ingatan mereka yang mengenal Mbah Iskandar, sebagai pengingat bahwa dalam perjuangan hidup, tidak ada godaan yang terlalu besar untuk ditolak, dan tidak ada kekuatan yang terlalu kuat untuk dikalahkan oleh tekad yang bulat.
Fadhilah/manfaat: untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT sebuah perkara yang dilematis. Kita ragu-ragu untuk memilih, oleh karenanya kita perlu memohon petunjuk darinya.
Berikut kami ijazahkan Ilmu Hikmah Istikhoroh. 1. SHOLAT ISTIKHOROH (2 Rokaat) Rokaat pertama Al Kafirun Rokaat kedua Al Ikhlas. Sholat selesai dan baca doa usai sholat istikharah:
Allohumma shalli wa sallim alaa sayyidina Muḫammadin, Alḫamdulillahi rabbil aalamîn. Allohumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudrotika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa la aqdiru, wa ta’lamu wa la a’lamu, wa anta allamul ghuyuub.
Allohumma fa-in kunta ta’lamu haadzal amra khairun li fii diinii wa dun-yaya wa aaqibati amri aajilihi wa ajilihi faqdurhu li wa bârik li fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa aaqibati amri aajilihi wa âjilihi fashrifni ‘anhu washrfhu ‘anni waqdur liyal khaira haitsu kaana ainamaa kaanu innaka ala kulli syai-in qadir. Wa shallalloohu alaa sayyidina Muḫammadin, walḫamdulillahi robbil aalamiin.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.”
“Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.”
“Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.”
2. BUKA AL QURAN, pilih satu lembar kanan mana saja lalu hitunglah: Huruf KHO (Khoir = BAIK) atau SYIN (Syar = Buruk). Silahkan dihitung hurufnya, kalau banyak huruf KHO berarti BAIK. Kalau banyak Syin berarti BURUK.