Sabtu, 22 Maret 2025

Abah Guru Sekumpul, Ulama Kharismatik Asal Kalimantan Selatan

Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Kharismatik Asal Kalimantan Selatan
Siapa itu Guru Sekumpul..? Julukan “Guru Sekumpul” berasal dari nama tempat tinggal seorang ulama di Kalimantan.

Abah Guru Sekumpul adalah tokoh ulama terkenal yang berasal dari Kalimantan Selatan. Nama aslinya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari. Beliau lahir pada 1942 dan wafat pada 2005.

Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul aktif dalam mendakwahkan agama Islam di Kalimantan. Beliau turut mengajarkan berbagai ilmu keislaman dari kitab-kitab kuning karya para ulama kepada jemaahnya. Di sisi lain, kegiatan pengajian lain juga dilaksanakan. Pengajian yang Abah Guru Sekumpul gelar senantiasa dipadati banyak orang. Jemaahnya bahkan datang dari berbagai kalangan dan wilayah.

Kehidupan Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan. Pada awalnya, nama beliau adalah Qusyairi. Setelah beranjak usia, beliau meminta agar namanya diganti menjadi Muhammad Zaini.

Semasa kecil, kehidupan Abah Guru Sekumpul terbilang sederhana. Ayah beliau, Abdul Ghani, berprofesi sebagai tukang gosok intan dengan penghasilan yang pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja terkadang kurang mampu. Pernah pada suatu waktu, keluarga Abah Guru Sekumpul hanya menyantap sebungkus nasi yang dibagi menjadi empat porsi dan sayur gedebok pisang.

Keluarga Abah Guru Sekumpul juga hanya tinggal di rumah tua tanpa kamar dan atap yang berlubang. Kehidupan masa kecil Abah Guru Sekumpul yang demikian membuat beliau memiliki jiwa yang tegar.

Masa muda beliau diisi dengan perjalanan mencari ilmunya dengan berguru kepada sejumlah ulama terkemuka. Hingga pada usia 33 tahun, Abah Guru Sekumpul menikah dengan Juwairiyah binti H. Sulaiman. Pernikahan beliau dengan Juwairiyah tidak dikaruniai keturunan.

Kemudian beliau menikah lagi dengan Noor Laila binti KH. Abdul Muin Kandangan dan di anugerahi 2 anak laki-laki. Saat wafat pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul meninggalkan 3 orang istri dan 2 orang anak.

Pendidikan Abah Guru Sekumpul
Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul mendapatkan pendidikan dasar agama dari keluarganya. Ayahnya, H. Abdul Ghani, dan ibunya, Hj. Masliah, mendidik beliau dengan ajaran Islam yang kuat. Kecerdasan beliau sudah terlihat sejak usianya masih belia. Ibunya sering membimbingnya membaca Al-Qur’an, sementara ayahnya menanamkan nilai-nilai akhlak mulia.

Di usia 7 tahun, Guru Sekumpul sudah mampu menghafal Al-Qur’an dan menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam memahami agama. beliau sudah hafal Al-Qur'an serta berhasil menghafal kitab Tafsir Jalalain karya ulama Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli di usia 9 tahun. Pendidikan awal ini menjadi dasar yang kuat bagi perjalanan ilmunya.

Masa kecil Abah Guru Sekumpul juga di isi dengan belajar di Madrasah Kampung Keraton yang dipimpin oleh paman beliau sendiri, yakni Tuan Guru Muhammad Semman. Kemudian beliau menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Martapura di usia 9 tahun. Di pesantren ini, beliau berguru kepada ulama-ulama terkemuka pada masa itu.

Guru Sekumpul juga belajar kepada beberapa ulama terkenal di Martapura, di antaranya:
Guru Haji Abdush Shamad, yang mengajarkan beliau ilmu tasawuf dan tauhid.
Guru Haji Mahmud, yang membimbingnya dalam ilmu tajwid dan qira’at.
Guru Muhammad Sa’ad, yang mengajarkan berbagai cabang ilmu syariah.

Beliau juga belajar di beberapa pesantren di Kalimantan Selatan untuk mendalami ilmu fiqih, tafsir, dan hadits. Guru Sekumpul melanjutkan pendidikannya dengan berguru kepada ulama-ulama besar di luar Kalimantan, seperti Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi (Solo)

Abah Guru Sekumpul pun menyelesaikan pendidikannya di pesantren selama 12 tahun dengan sangat baik. Pendidikannya tak berhenti di sana, Abah Guru Sekumpul kembali mencari ilmu dari para ulama di sekitar Kalimantan dan merantau ke Pulau Jawa untuk mendalami agama Islam.

Perjalanan Dakwah Abah Guru Sekumpul
Perjalanan dakwah Abah Guru Sekumpul dimulai saat dirinya menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Setelah 5 tahun mengajar, beliau mengajukan pengunduran diri. Kemudian, Abah Guru Sekumpul mulai mensyiarkan Islam lebih luas kepada khalayak umum dengan membuka pengajian di rumah beliau.

Pada awalnya, pengajian kitab-kitab digelar hanya sebagai pelajaran penunjang bagi para santri Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Pengajian beliau pun semakin berkembang dan jemaah yang hadir bukan hanya para santri tapi juga masyarakat umum.

Abah Guru Sekumpul juga mensyiarkan kitab Simthud Durar karangan Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Pengajian kitab maulid ini dibarengi pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan kasidah berisi pujian bagi Nabi Muhammad SAW.

Pengajian yang diadakan Abah Guru Sekumpul semakin besar dengan jamaah yang berasal dari berbagai kalangan. Bahkan jamaahnya juga datang dari wilayah luar Martapura, seperti Banjarmasin, Rantau, Hulu Sungai, serta Kotabaru.

Padatnya jamaah yang menghadiri pengajian sampai membuat beliau memindahkan kediamannya ke wilayah Sungai Kacang. Di rumahnya itu juga menjadi lokasi pusat pengajian Abah Guru Sekumpul yang mampu menampung ribuan jamaah. Dalam keadaan sakit sebelum wafat, Abah Guru Sekumpul bahkan tetap berdakwah dengan menggelar pengajian melalui rekaman layar video dari dalam kamar beliau.

Karya-karya Abah Guru Sekumpul
Sepanjang dakwahnya, Abah Guru Sekumpul membuat sejumlah karya tulisan berupa kitab. Kitab-kitab beliau juga kerap menjadi rujukan dalam ilmu keislaman. Berikut beberapa kitab karangan Abah Guru Sekumpul:
1. Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani
2. Risalatun Nuraniyyah fi Syarhi Tawassulat as-Sammaniyah
3. Nubzah fi Manaqib al-Imam al-'Azham al-Faqih al-Muqaddam
4. Ar-Risalah fi Auradil Mufidah.
5. Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad.

Karomah Abah Guru Sekumpul
Karomah adalah keistimewaan atau kemuliaan yang Allah Swt anugerahkan kepada hamba-Nya yang shaleh. Berikut beberapa karomah yang sering diceritakan oleh para murid tentang Abah Guru Sekumpul:

1. Kemampuan Membaca Hati dan Pikiran Orang
Guru Sekumpul dikenal memiliki kemampuan memahami isi hati dan pikiran seseorang tanpa diberi tahu. Banyak jamaah yang menceritakan bahwa beliau sering memberikan nasihat yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi, meskipun orang tersebut belum sempat mengungkapkannya.

2. Doa yang Mustajab
Doa-doa Abah Guru Sekumpul dikenal sangat mustajab (dikabulkan oleh Allah Swt). Banyak orang yang mendapatkan kesembuhan dari penyakit, kelancaran rezeki, dan penyelesaian masalah setelah memohon doa dari beliau.

3. Keberkahan Majelisnya
Majelis pengajian yang dipimpin oleh Guru Sekumpul selalu dipenuhi ribuan jamaah dari berbagai daerah. Keberkahan majelis ini terlihat dari suasana yang damai, hati jamaah yang tenang, dan banyaknya hidayah yang didapatkan.

4. Selamat dari Bahaya
Abah Guru Sekumpul sering diceritakan selamat dari berbagai situasi berbahaya dengan cara yang tidak masuk akal. Hal ini menunjukkan perlindungan khusus dari Allah Swt atas dirinya.

5. Kehadiran yang Dirasakan Meskipun Tidak Hadir Secara Fisik
Beberapa jamaah menceritakan bahwa mereka merasa seperti ditemui oleh Guru Sekumpul, meskipun beliau secara fisik berada di tempat lain atau bahkan telah wafat. Hal ini dianggap sebagai karomah beliau yang mampu “menghadirkan diri” di berbagai tempat dalam waktu bersamaan.

6. Keharuman Makam Beliau
Setelah wafat, karomah Abah Guru Sekumpul tetap dirasakan oleh masyarakat. Salah satu yang sering disaksikan adalah keharuman di sekitar makam beliau, terutama saat Haul Guru Sekumpul. Keharuman ini diyakini sebagai tanda kemuliaan beliau di sisi Allah Swt.

Wafatnya Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul, ulama besar dari Martapura, Kalimantan Selatan, wafat pada Senin, 10 Agustus 2005 (5 Rajab 1426 H) dalam usia 63 tahun. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam, terutama masyarakat Kalimantan, yang sangat mencintainya.

Abah Guru Sekumpul wafat pada malam Selasa, salah satu hari yang dianggap mulia dalam tradisi Islam. Kepergiannya diyakini sebagai tanda husnul khatimah (akhir hidup yang baik). Pemakaman Abah Guru Sekumpul berlangsung pada hari Selasa, 11 Agustus 2005. Jenazah beliau dimakamkan di kompleks Ar-Raudhah, yang terletak di kawasan Sekumpul, Martapura.

Setelah wafatnya, jamaah dari seluruh Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam secara rutin mengadakan Haul Guru Sekumpul setiap tahun.

Makam Abah Guru Sekumpul
Makam Abah Guru Sekumpul terletak di Kompleks Makam Ar-Raudhah, yang berada di kawasan Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan. Mengetahui siapa itu Guru Sekumpul bagi Muslim bertujuan untuk mengenang, mendapatkan keberkahan, dan melanjutkan perjuangan dakwah melalui perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar