Ijazah Ampuh Shalawat Nariyah dari Mbah Maksum Lasem. KH. Ma’shum atau Mbah Maksum memiliki nama asli KH. Muhammadun, merupakan salah satu ulama yang sangat masyhur dari Lasem Rembang, Jawa Tengah. Beliau adalah pendiri pondok pesantren Al Hidayah, Lasem, Rembang ini merupakan ayahanda dari KH. Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta, Rais Amm PBNU periode 1981 – 1984 M.
Kali ini ada salah satu sholawat yang diijazahkan oleh Mbah Maksum yaitu sholawat Nariyah. Dikalangan masyarakat NU, shalawat Nariyah sangat populer, khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah.
Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya. Sebagaimana dikutip dari NU Online, dibahas tentang ijazah dan rahasia Sholawat Nariyah Mbah Maksum Pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang, Jawa Tengah, oleh Gus Zaim.
Pertama, Dibaca Sebanyak 4.444 kali. Ijazah Sholawat Nariyah adalah sholawat yang sangat populer dari Mbah Maksum Lasem. Jumlah Sholawat Nariyah yang dibaca sebanyak 4.444 kali.
Pernah ditanyakan oleh Kiai Imron Hamzah tentang jumlah bacaan Sholawat Nariyah sebanyak 4.444 kali. Mbah Maksum menjawab bahwa di balik angka 4.444 ada sirr-nya atau rahasia yang terkandung di dalamnya.
Kedua, Di Baca Dalam Satu Majelis. Sholawat Nariyah sebanyak 4.444 kali tersebut boleh dibaca dalam satu majelis, baik 10 orang, 100 bahkan sebanyak 4.444 orang juga diperbolehkan.
Tiga, Bacaannya Harus Fasih. Hal terpenting dalam membaca Sholawat Nariyah adalah kefasihan dalam membaca. Baik ketepatan huruf, panjang pendeknya harus disesuaikan dengan hukum Tajwid. Hal ini tidak boleh diabaikan, apalagi dalam satu majelis tersebut sebaiknya sebelum membaca secara berjamaah harus diberitahu terlebih dahulu agar membaca Sholawat Nariyah harus fasih.
Empat, Harus Dalam Keadaan Berwudhu. Semua orang yang ada di dalam majelis Sholawat Nariyah harus dalam keadaan berwudhu. Jika batal wudhu, maka orang tersebut bisa keluar untuk mengambil wudhu’ dan kembali lagi ke kumpulan majelis. Tidak diperkenankan salah satu jamaah keluar majelis sebelum pembacaan Sholawat Nariyah selesai.
Lima, Bacaan Sholawat Nariyah Tidak Menggunakan Kata ‘Alladzi’. Sholawat Nariyah yang dijazahkan Mbah Maksum ini berbeda dengan yang biasanya. Pada kalimat yang biasanya “Allahumma Sholli Sholatan Kamilatan Wasalllim Salaman Tamman Alaa Sayyidina Muhammadin, Alladzi Tanhallu Bihil Uqodu”.
Diubah menjadi “Allahumma Sholli Sholatan Kamilatan Wasalllim Salaman Tamman Alaa Sayyidina Muhammadin, Tanhallu Bihil Uqodu”. Jadi, menghapus kata Alladzi sesudah kata Muhammadin, sebelum kata Tanhallu.
Berikut bacaan yang dicontohkan Gus Zaim dari Mbah Maksum langsung
“Allahumma sholli sholatan kaamilah, wasallim salaaman tamman, alaa sayyidina Muhamadin tanhallu bihil uqodu, Watanfariju Bihil Kurobu, Watuqdho bihil hawaaiju, watunalu bihir-roghoibu, Wahusnul khowatimi, wayustasqol ghomamu, bi wajhihil karimi, Wa alaa aalihi washohbihi, fii kulli lamhatin wa nafasin bi adadi kulli Ma’lumillak”.
Jadi yang dibaca sukun hanya ada 2, yaitu akhir di kalimat pertama pada kata Kamilah. Dan akhir di kalimat terkahir pada kata Millak.
Enam, Di Baca 40 Kali Majelis. Diusahakan majelis harus secara rutin membaca Sholawat Nariyah bersama paling sedikit sebanyak 40 kali. Gus Zaim menyampaikan agar semua kesulitan dan segala hajat dikabulkan oleh Allah SWT. Juga bertawassul dengan mengirim Al Fatihah kepada Mbah Maksum Lasem.
Menurut Gus Zaim, Sholawat Nariyah tersebut sangat spesial karena selain bisa digunakan sebagai pemberantas kesulitan, uniknya juga bisa membeli tanah. Sholawat Nariyah tersebut bisa melembutkan hati seorang pemilik tanah yang tidak mau menjual tanahnya kepada Mbah Maksum untuk kepentingan pesantren.
Fadhilah atau keutamaan Sholawat Nariyah begitu besar manfaatnya, sholawat tersebut sifatnya multifungsi bisa digunakan untuk menyelesaikan segala kesulitan baik kepentingan dunia maupun akhirat. Terakhir Gus Zaim mengucapkan Ajaztukum, jadi kepada pembaca bisa menerima ijazah ini, dengan mengucapkan “Qobiltu Ijazah”. Dengan demikian pembaca bisa mengamalkannya. Demikian Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar