Rasulullah SAW merupakan contoh pemimpin paling ideal. Beliaulah orang pertama yang berpengaruh di dunia menurut buku karya Micheal H. Hart. Nabi Muhammad SAW yang berkarir di politik dan keagamaan yang luar biasa, namun tetap seimbang dan serasi. Menurut Michael H. Hart,
Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa dalam mengelola bangsa yang awalnya Egoistis, Barbar, Terbelakang dan Terpecah-belah oleh sentiment kesukuan mampu mengalahkan pasukan romawi yang saat iru merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.
Konsep kepemimpinan Rasulullah SAW itu, tentu bisa diaplikasikan dalam konsep wakil rakyat di Indonesia. Konsep yang dimiliki Rasulullah patut dijadikan kiblat dalam dunia kepemimpinan. Sebagaimana ayat dalam QS Al-Ahzab:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”
Islam mengenal empat sifat yang mutlah dimiliki oleh seorang pemimpin atau wakil rakyat, empat sifat tersebut yang biasa disebut dengan sifat wajib Rasul. Sifat tersebut menjadi sebuah keharusan dalam membentuk tatanan masyarakat. Jika tidak, maka masyarakat akan menjadi korban dari segala kekacauan.
Pertama adalah jujur. Dalam artian seorang pemimpin yang bisa menjalankan segala tugas dengan asa ketebukaan informasi (akuntabilitas) dan tanpa menyembunyikan sesuatu dan kecurangan.
Bagaimana bisa sejahtera dan maju jika pemimpinnya terbiasa berbohong dengan segudang alasan..? Atau bahkan kerapkali menyembunyikan fakta yang seharusnya diketahui oleh masyarakat..?
Kedua adalah amanah. Artinya seorang pemimpin juga harus bisa menjaga segala sesuatu yang telah dipercayakan keadanya. Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang dituntut untuk selalu bertanggung jawab, kepada Allah dan juga kepada rakyat yang telah memilihnya.
Ketiga adalah cerdas. Dalam hal ini tidak hanya sekedar cerdas intelektual, melainkan juga handal dan taktis dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam masyarakat. Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka pemimpin bisa dan tanggap dalam menemukan solusi terbaiknya. Tidak sekedar menebar janji manis di awal saja.
Keempat adalah menyampaikan. Makna sederhananya adalah komunikatif. Peminpin yang bisa menyampaikan sesuatu dengan jujur, sekaligus bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (transparan). Karena sejatinya seorang pemimpin tidak boleh menutupi kesalahan yang ia perbuat, dalam Islam biasa disebut dengan pemimpin dzalim. Dalam QS Asu-Syura ayat 42 dijelaskan:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. mereka itu mendapat azab yang pedih”
Keempat sifat diatas jika terpenuhi, maka kesejahteraan rakyat akan menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya harapan. Namun masyarakat salah memilih hanya karena uang atau benda lain yang telah diberikan, maka masyarakat sendiri yang akan menanggung akibat di waktu akan datang.
Selain berikhtiar dalam memilih pemimpin seperti di atas, kita juga perlu berdoa kepada Allah. Rasulullah pernah membaca doa ini ketika beliau qunut dalam shalatnya. Doa tersebut cocok bagi kita saat pemilihan umum seperti sekarang ini. inilah Doa Jelang Pemilihan Umum agar tak salah pilih pemimpin.
Hingga kini masih ada diantara masyarakat yang beranggapan kalau proses memilih pemimpin hanya urusan dunia dan tak ada sangkut pautnya dengan urusan akhirat. Padahal, memilih seorang pemimpin tak hanya urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Tegasya, Islam tidak mengenal dikotomi atau sekulerisasi yang memisahkan antara dunia dan akhirat, termasuk dalam memilih pemimpin.
Untuk itu, masyarakat harus paham dan mengerti tentang tatacara memilih pemimpin, baik presiden, gubernur, bupati, walikota dan calon legislatif. Kenapa..? Karena sosok seorang pemimpin merupakan faktor penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Tegasnya, jika seorang pemimpin punya kepribadian sederhana, jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyat atau masyarakat akan hidup makmur. Sebaliknya jika seorang pemimpin tidak jujur, korupsi, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara dan menderita.
Cara memilih pemimpin dalam islam kini menjadi kata kunci yang paling banyak di cari dan dianggap menjadi issue yang cukup kontroversial. Terlebih lagi dengan dengan momentum Pemilihan Presiden dan Wakil Rakyat sebentar lagi.
Konsep islam tentang kepemimpinan sebenarnya sudah ideal. Contoh paling ideal pemimpin islam tentu saja Nabi Muhammad Saw. Ia merupakan seorang yang memimpin dengan hati. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).
Sebagai agama yang sempurna, islam juga memiliki tata cara bagaimana memilih pemimpin yang baik sebagaimana cara memilih pemimpin menurut islam.
Sebagai rakyat indonesia yang mayoritas beragama islam, tentu syarat pertama atau utamanya si calon pemimpin yang akan dipilih itu seorang muslim yang beriman kepada Allah (mukmin). Maksudnya, seorang calon pemimpin itu harus memiliki dua sifat, seperti disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 55, “hafizhun ‘alim. Hafizhun” artinya adalah seorang yang pandai menjaga. Yakni, seorang yang punya integritas, kepribadian yang kuat, amanah, jujur dan akhlaknya mulia, sehingga patut menjadi teladan bagi orang lain atau rakyat yang dipimpinnya sebagai dasar kepemimpinan dalam islam.
Kemudian calon pemimpn yang akan dipilih itu orangnya amanah. Maksudnya, seorang pemimpin yang amanah akan berusaha sekuat tenaga untuk mensejahterakan rakyatnya, walaupun sumber daya alamnya terbatas.
Sebaliknya jika pemimpin yang dipilih khianat, so pasti yang bersangkutan akan sibuk memperkaya diri sendiri dan keluarga serta kolega-koleganya, dan membiarkan rakyatnya tak berdaya, sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan; "Sifat amanah akan menarik keberkahan, sedangkan sifat khianat akan mendorong kefakiran"
Selanjutnya seorang pemimpin itu haruslah alim. Maksudnya, seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk memimpin rakyatnya dan membawa mereka hidup lebih sejahtera.
Berikutnya seorang pemimpin tersebut haruslah seseorang yang rajin melaksanakan ibadah shalat lima waktu, sesibuk apapun perkerjaannya. Kenapa.? Karena shalat bisa dikatakan barometer akhlak seseorang. Tegasnya, pemimpin yang baik dan layak dipilih adalah pemimpin yang menegakkan yang taat dalam melaksanaan shalat, karena shalat melahirkan tanggung jawab sebagai seorang hamba Allah.
Pemimpin adalah hal penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, menentukan pilihan terhadapnya nyaris sama dengan menentukan masa depan mereka. Karena itu masa menjelang pemilihan umum (pemilu), baik pilpres, pileg, ataupun pilkada menjadi momen krusial untuk berupaya menjatuhkan pilihan kepada yang terbaik. Selain mencermati dengan akal sehat, menghindari politik uang atau praktik kotor lainnya, seyogianya ikhtiar berupa doa juga dipanjatkan oleh calon pemilih. Doanya adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنا
ALLOHUMMA LAA TUSALLITH ALAINA BI-DZUNUUBINAA MAN LAA YAKHOFUKA YARHAMUNA
“Ya Allah Ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami karena dosa-dosa kami orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.”
Doa ini pernah disampaikan KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) pada 1 Desember 2015. Gus Mus menganjurkan untuk membaca istighfar sebelum berdoa. (Mahbib
0 komentar:
Posting Komentar