Saudaraku, tentunya anda mengetahui setiap manusia Allah berikan suatu kelebihan dan kekurangan, dan tidak ada manusia yang seutuhnya sempurna. Dari hal itu jugalah kita bisa mengacu bahwa semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri manusia merupakan kuasa dan kehendak Allah Swt.
Kelebihan dan kekurangan yang Allah Swt titipkan kepada kita itu dapat berupa fisik, materi, Ilmu, kedudukan, jabatan, keturunan, harta dan lain-lain. Allah Swt sendiri telah menyebutkan bahwa manusia diciptakan beragam, hal ini dengan tujuan agar dapat saling mengenal.
Mungkin ada yang menyangka bahwa yang paling mulia adalah yang kaya harta, dari golongan konglomerat, yang cantik rupawan, yang punya jabatan tinggi, berasal dari keturunan Arab atau bangsawan. Namun, Allah sendiri menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
Ayat yang patut jadi renungan saat ini adalah firman Allah Ta’ala,
Kelebihan dan kekurangan yang Allah Swt titipkan kepada kita itu dapat berupa fisik, materi, Ilmu, kedudukan, jabatan, keturunan, harta dan lain-lain. Allah Swt sendiri telah menyebutkan bahwa manusia diciptakan beragam, hal ini dengan tujuan agar dapat saling mengenal.
Mungkin ada yang menyangka bahwa yang paling mulia adalah yang kaya harta, dari golongan konglomerat, yang cantik rupawan, yang punya jabatan tinggi, berasal dari keturunan Arab atau bangsawan. Namun, Allah sendiri menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
Ayat yang patut jadi renungan saat ini adalah firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian wahai manusia adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21: 386).
Kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita merupakan nikmat. Dan nikmat-nikmat itu sendiri bisa menjadi ujian dan cobaan bagi yang memilikinya.
Dalam konteks ujian, kelebihan yang kita miliki dapat berubah menjadi positif atau negatif. Jika kelebihan yang kita miliki menjadikan kita sombong, angkuh, meremehkan orang lain, menzholimi orang lain, maka justru kelebihan itu akan membinasakan diri kita sendiri. Lain halnya jika kelebihan yang kita miliki dapat membuat kita menjadi lebih bersyukur, lebih taat kepada Allah serta memanfaatkannya secara luas untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain, maka kelebihan tersebut bersifat positif karena kita mampu mengelolanya dengan baik.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Sesungguhnya kalian bisa mulia dengan takwa dan bukan dilihat dari keturunan kalian” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 169)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata :
Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian wahai manusia adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21: 386).
Kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita merupakan nikmat. Dan nikmat-nikmat itu sendiri bisa menjadi ujian dan cobaan bagi yang memilikinya.
Dalam konteks ujian, kelebihan yang kita miliki dapat berubah menjadi positif atau negatif. Jika kelebihan yang kita miliki menjadikan kita sombong, angkuh, meremehkan orang lain, menzholimi orang lain, maka justru kelebihan itu akan membinasakan diri kita sendiri. Lain halnya jika kelebihan yang kita miliki dapat membuat kita menjadi lebih bersyukur, lebih taat kepada Allah serta memanfaatkannya secara luas untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain, maka kelebihan tersebut bersifat positif karena kita mampu mengelolanya dengan baik.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Sesungguhnya kalian bisa mulia dengan takwa dan bukan dilihat dari keturunan kalian” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 169)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata :
كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى
“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi. (Ma’alimut Tanzil, 7: 348)
Banyak hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.
Banyak hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ .
قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ
اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ
عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى »
. قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ
خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia..?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab beliau. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab..?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ «
انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ
أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى »
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad, 5: 158. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari sanad lain).
SaudaraKu, Setiap kelebihan atau keutamaan yang telah Allah berikan kepada kita seyogyanya kita sadari bahwa itu merupakan anugerah, bukan untuk di sombong sombongkan hingga sampai meremehkan orang lain. Bahkan ketika kita merasa lebih utama atau mulia karena sudah menjadi seseorang yang rajin melakukan amal ibadah, itu sendiripun sebenarnya tidak akan banyak berarti apa-apa karena kita tidak pernah tahu apakah Allah Swt sudah menerima atau belum amal ibadah kita tersebut.
Sedikit Hikmah :
============
Ada seorang guru mengajari muridnya yang benar-benar taat kepada gurunya, sampai gurunya menyuruh membaca ini dan itu, menghafal ini dan itu berdzikir ini dan itu. Semuaaa ditaati oleh muridnya yang taat itu.
Suatu saat sang murid mengamalkan suatu amalan yang bisa bikin dia berjalan diatas air, semua petunjuk gurunya dipraktekkan oleh si murid dan diamalkan oleh murid yang taat tersebut.
Suatu hari sang Guru berpergian bersama murid yang taat, ingin berdakwah ke desa seberang yang harus melewati sungai yang sangat besar, lalu sampailah mereka ke tepi sungai,
Lantas sang guru bertanya kepada muridnya yang taat ini, bagaimana kita mesti menyebrang...?, mana jembatannya...??.
Lalu murid yang taat itu menjawab: "Oh kita tidak perlu jembatan, kan ustad mengajarkan amal yang terus saya jalankan hingga saya bisa berjalan diatas air". Lalu si murid mempraktekkan, dengan tenangnya dia berjalan diatas air seperti berjalan diatas tanah hingga selama sampai seberang, tinggal sang guru yang bingung. Akhirnya dia putuskan untuk ikut menyebrangi sungai menyusul muridnya yang taat.
Tapi apa yang terjadi..?, Sang guru tenggelam, karena dia bisa menyarankan, mengajarkan, tapi dia sendiri tidak mengamalkan.
Subhanallah, Jika kita memang ingin meniru akhlak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, bahwa Rasulullaah Saw selalu tawadhu, rendah hati, tidak ada kesombongan sedikitpun, Selalu tersenyum, Ramah dengan siapapun.
Manusia zaman sekarang berbeda, sering mengganggap orang lain rendah, gak level, merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi ilmunya, lebih banyak sedekahnya, dan lain sebagainya, Na'udzubillah.
Jadi Saudaraku, jadikanlah diri kita untuk selalu taat kepada Allah Swt, dengan sebenar-benarnya takwa, dan bila kita ahli dalam hal apapun jangan merasa bangga dan ujub walau sekecil apapun.
Orang yang ujub dengan diri dan amalannya merasa tinggi dan mulia dihadapan yang lain, padahal hakekatnya dialah yang paling rendah dihadapan Allah Swt.
Semoga Allah Swt menjadikan kita semua hamba Allah yang menyadari bahwa segala kelebihan yang telah Allah berikan merupakan titipan sekaligus anugerah dan semoga Allah tidak menjadikan kita sombong karenanya.
Semoga pelajaran tentang ayat yang mulia diatas bermanfaat dan bisa menjadi renungan.
ALLOHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ALAA AALIHII WASHOHBIHII WA UMMATIHII WASALLIM
Semoga Bermanfaat
SaudaraKu, Setiap kelebihan atau keutamaan yang telah Allah berikan kepada kita seyogyanya kita sadari bahwa itu merupakan anugerah, bukan untuk di sombong sombongkan hingga sampai meremehkan orang lain. Bahkan ketika kita merasa lebih utama atau mulia karena sudah menjadi seseorang yang rajin melakukan amal ibadah, itu sendiripun sebenarnya tidak akan banyak berarti apa-apa karena kita tidak pernah tahu apakah Allah Swt sudah menerima atau belum amal ibadah kita tersebut.
Sedikit Hikmah :
============
Ada seorang guru mengajari muridnya yang benar-benar taat kepada gurunya, sampai gurunya menyuruh membaca ini dan itu, menghafal ini dan itu berdzikir ini dan itu. Semuaaa ditaati oleh muridnya yang taat itu.
Suatu saat sang murid mengamalkan suatu amalan yang bisa bikin dia berjalan diatas air, semua petunjuk gurunya dipraktekkan oleh si murid dan diamalkan oleh murid yang taat tersebut.
Suatu hari sang Guru berpergian bersama murid yang taat, ingin berdakwah ke desa seberang yang harus melewati sungai yang sangat besar, lalu sampailah mereka ke tepi sungai,
Lantas sang guru bertanya kepada muridnya yang taat ini, bagaimana kita mesti menyebrang...?, mana jembatannya...??.
Lalu murid yang taat itu menjawab: "Oh kita tidak perlu jembatan, kan ustad mengajarkan amal yang terus saya jalankan hingga saya bisa berjalan diatas air". Lalu si murid mempraktekkan, dengan tenangnya dia berjalan diatas air seperti berjalan diatas tanah hingga selama sampai seberang, tinggal sang guru yang bingung. Akhirnya dia putuskan untuk ikut menyebrangi sungai menyusul muridnya yang taat.
Tapi apa yang terjadi..?, Sang guru tenggelam, karena dia bisa menyarankan, mengajarkan, tapi dia sendiri tidak mengamalkan.
Subhanallah, Jika kita memang ingin meniru akhlak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, bahwa Rasulullaah Saw selalu tawadhu, rendah hati, tidak ada kesombongan sedikitpun, Selalu tersenyum, Ramah dengan siapapun.
Manusia zaman sekarang berbeda, sering mengganggap orang lain rendah, gak level, merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi ilmunya, lebih banyak sedekahnya, dan lain sebagainya, Na'udzubillah.
Jadi Saudaraku, jadikanlah diri kita untuk selalu taat kepada Allah Swt, dengan sebenar-benarnya takwa, dan bila kita ahli dalam hal apapun jangan merasa bangga dan ujub walau sekecil apapun.
Orang yang ujub dengan diri dan amalannya merasa tinggi dan mulia dihadapan yang lain, padahal hakekatnya dialah yang paling rendah dihadapan Allah Swt.
Semoga Allah Swt menjadikan kita semua hamba Allah yang menyadari bahwa segala kelebihan yang telah Allah berikan merupakan titipan sekaligus anugerah dan semoga Allah tidak menjadikan kita sombong karenanya.
Semoga pelajaran tentang ayat yang mulia diatas bermanfaat dan bisa menjadi renungan.
ALLOHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ALAA AALIHII WASHOHBIHII WA UMMATIHII WASALLIM
Semoga Bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar