Sabtu, 06 April 2019

MEMILIH PEMIMPIN ALA RASULULLAAH

memilih pemimpin ala rasulullaah
Oleh: Silmi Adawiya

Rasulullah SAW merupakan contoh pemimpin paling ideal. Beliaulah orang pertama yang berpengaruh di dunia menurut buku karya Micheal H. Hart. Nabi Muhammad yang berkarir di politik dan keagamaan yang luar biasa, namun tetap seimbang dan serasi. Menurut Michael H. Hart, Nabi Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa dalam mengelolah bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah-belah oleh sentiment kesukuan mampu mengalahkan pasukan romawi yang saat iru merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.

Konsep kepemimpinan Rasulullah itu, tentu bisa diaplikasikan dalam konsep wakil rakyat di Indonesia. Konsep yang dimiliki Rasulullah patut dijadikan kiblat dalam dunia kepemimpinan. Sebagaimana ayat dalam QS Al-Ahzab:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”

Islam mengenal empat sifat yang mutlah dimiliki oleh seorang pemimpin atau wakil rakyat, empat sifat tersebut yang biasa disebut dengan sifat wajib Rasul. Sifat tersebut menjadi sebuah keharusan dalam membentuk tatanan masyarakat. Jika tidak, maka masyarakat akan menjadi korban dari segala kekacauan.

Pertama adalah jujur. Dalam artian seorang pemimpin yang bisa menjalankan segala tugas dengan asa ketebukaan informasi (akuntabilitas) dan tanpa menyembunyikan sesuatu dan kecurangan. 

Bagaimana bisa sejahtera dan maju jika pemimpinnya terbiasa berbohong dengan segudang alasan..? Atau bahkan kerapkali menyembunyikan fakta yang seharusnya diketahui oleh masyarakat..?

Kedua adalah amanah. Artinya seorang pemimpin juga harus bisa menjaga segala sesuatu yang telah dipercayakan keadanya. Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang dituntut untuk selalu bertanggung jawab, kepada Allah dan juga kepada rakyat yang telah memilihnya.

Ketiga adalah cerdas. Dalam hal ini tidak hanya sekedar cerdas intelektual, melainkan juga handal dan taktis dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam masyarakat. Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka pemimpin bisa dan tanggap dalam menemukan solusi terbaiknya. Tidak sekedar menebar janji manis di awal saja.

Keempat adalah menyampaikan. Makna sederhananya adalah komunikatif. Peminpin yang bisa menyampaikan sesuatu dengan jujur, sekaligus bertanggung jawab atas segala tindakan ang diambilnya (transparan). Karena sejatinya seorang pemimpin tidak boleh menutupi kesalahan yang ia perbuat, dalam Islam biasa disebut dengan pemimpin dzalim. Dalam QS Asu-Syura ayat 42 dijelaskan:

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. mereka itu mendapat azab yang pedih”

Keempat sifat diatas jika terpenuhi, maka  kesejahteraan rakyat akan menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya harapan. Namun masyarakat salah memilih hanya karena uang atau benda lain yang telah diberikan, maka masyarakat sendiri yang akan menanggung akibat di waktu akan dating.

Selain berikhtiar dalam memilih pemimpin seperti di atas, kita juga perlu berdoa kepada Allah. Rasulullah pernah membaca doa ini ketika beliau qunut dalam shalatnya. Doa tersebut cocok bagi kita saat pemilihan umum seperti sekarang ini. Doanya adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنا
“Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami karena dosa-dosa kami orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.” 


Semoga Bermanfaat
Subscribe

0 komentar:

Posting Komentar