PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Channel youtube berbagi kumpulan shalawat nabi dan dzikir serta kisah islami

SHALAWAT NAJIYATUL QUBUR

Sholawat penyelamat dari siksa kubur ijazah Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid Simtudduror, diamalkan dibaca satu kali ketika ziarah kubur dan buat yang masih hidup bisa dibaca satu kali setiap hari.

SHALAWAT DARI AL-ARIF BILLAH KH. IMAM KHOLIL BIN SYEKH SYU'AIB BIN ABDUL ROZAQ SARANG REMBANG

Keutamaannya jika dibaca satu kali sebanding dengan membaca kitab Sholawat Dalail Al-Khoirot seratus ribu kali dan membebaskan dari sentuhan api neraka.

FILM-FILM LAWAS INDONESIA

Koleksi berbagai film lawas indonesia era 70 hingga 90an, baik film laga dan komedi

Ijazah Membuka Sesuatu yang tertutup

Ijazah amalan dari Habib Syech untuk membuka sesuatu yang tertutup

KEUTAMAAN DAN BERKAH MANDI DI WAKTU FAJAR

keistimewaan mandi fajar yaitu mandi pada pagi hari sebelum adzan subuh yang sebagian orang tidak mengetahuinya.

HAJAT TERKABUL DENGAN ISTIQOMAH SHALAT TASBIH

Memohon hajat yang sulit agar terkabul dengan barokah melaksanakan shalat tasbih

Minggu, 21 April 2019

Profil Sudharnoto Pencipta Mars Pancasila

Anda pernah mendengar lagu Mars Pancasila, penciptanya adalah Prohar Sudharnoto, lahir di Kendal, 24 Oktober 1925,  dan meninggal 11 Januari 2000 pada umur 74 tahun, salah seorang komponis, ilustrator film Indonesia, pencipta lagu Mars Pancasila yang di kemudian hari dikenal sebagai lagu Garuda Pancasila. Pada saat Soekarno berkuasa, ia termasuk salah satu seniman yang tergabung dalam Lekra.

Prohar Sudharnoto belajar di Universitas Indonesia jurusan Kedokteran (hanya sampai tingkat 2). Ia memiliki ayah seorang dokter pribadi mangkunegara VII di Sala. Beliau gemar bermain gitar, suling, dan biola, sedangkan ibunya mahir bermain akordeon. Dan beliaupun pernah belajar pada sejumlah seniman, Jos Cleber, Daljono, Soetedjo, dan R.A.J. Soedjasmin.

Bersama Orkes Hawaiian Indonesia Muda pimpinan Maladi, ia ikut mengisi siaran RRI (Radio Republik Indonesia) Sala. Kemudian sejak tahun 1952, ia bekerja di RRI Jakarta, bahkan sampai menjabat sebagai kepala Seksi Musik, dan pengisi acara tetap Hammond Organ Sudharnoto. Setelah meninggalkan RRI, ia menjadi penyalur es Petojo, Jakarta, dan menjadi sopir taksi. Pada tahun 1969, Sudharnoto menjadi pianis di restoran LCC dan kemudian Sangrilla.

Beberapa film yang ia isi ilustrasi musiknya:
* Juara Sepatu Roda
* Notaris Sulami
* Baja Membara
* Sayem
* Di Ambang Fajar
* Koboi Cilik
* Anak Emas
* Cintaku Tergadai
* Kabut Sutra Ungu
(memenangkan piala citra tahun 1980)

Musik rekaman yang ia selesaikan, di antaranya:
* Musik Nostalgia Mengenang Ismail Marzuki
* Hidup Indonesia.


Lagu ciptaan prohar sudharnoto diantaranya :
* Bunga Sakura
* Mars Teruna Bangsa
* Keroncong Kewajiban Pemuda
* Pantai Selatan
* Gadis Gunung
* Harum Bunga di Waktu Malam
* Asmara Dewi
* Senja Buta
* Melati Pagi
* Asia Afrika Bersatu
* Maju Sukarelawan
* Garuda Pancasila
(diubah tahun 1956).

Sungguh ironis sekali kisah Sudharnoto, sang penggubah "Mars Pancasila" atau sekarang yang lebih dikenal sebagai lagu "Garuda Pancasila".

Pada saat Orde Baru berkuasa, Sudharnoto termasuk salah satu dari banyak seniman yang menjadi tahanan politik karena dianggap sebagai anggota parpol terlarang saat itu yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI), hal ini dikarenakan Sudharnoto termasuk salah satu Anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi "underbow" atau menginduk pada PKI.

Padahal masih menjadi perdebatan hingga kini, apakah Lekra memang underbow PKI atau bukan, karena Njoto sebagai salah satu penggagas Lekra (meski Njoto sendiri adalah salah satu pembesar PKI)  tetapi dia sendiri menolak untuk memasukkan Lekra sebagai underbow PKI, dan karena itu sempat timbul ketidak harmonisan  antara Dipa Nusantara (DN) Aidit sebagai ketua CC PKI dan Njoto yang menjabat Wakil Ketua CC PKI saat itu.

Tetapi uniknya di saat Orde Baru, Lekra dianggap sebagai underbow PKI, hingga timbul anekdot di kalangan mantan anggota Lekra "DN Aidit yang merupakan salah satu pendiri Lekra dan orang nomor satu PKI tidak mampu meng komunis kan Lekra tetapi Soeharto bisa"

Kembali pada kisah Soedharnoto, sang penggubah "Garuda Pancasila". Lelaki kelahiran Kendal, 24 Oktober 1925,  jebolan Fakultas Kedokteran UI (hingga tingkat dua) dan merupakan salah satu komponis besar di era Soekarno.

Pernah menjadi pengasuh acara di RRI Jakarta kemudian diberhentikan dari jabatannya  karena keterlibatan di Lekra, sempat mencicipi sebagai tapol di Rumah Tahanan Salemba dan  setelah dibebaskan, Sudharnoto menjadi penyalur es di Pabrik Es,  Petojo. Tahun 1969, Sudharnoto beralih profesi lagi menjadi supir taksi kemudian menjadi pianis di restoran LCC dan Shangrilla.

Sudharnoto juga terkenal sebagai illustrator untuk  musik  film, dan sempat meraih piala Citra pada FFI tahun 1979 dalam film "Kabut Sutra Ungu" dan FFI tahun 1983 dalam film "Kartini", kedua film tersebut arahan Sjuman Djaja .  Selama hidupnya Sudharnoto telah menjadi illustrator musik untuk lebih 39 film sejak tahun 1958 (Djuara Sepatu Roda) hingga tahun 1996 (Amrin Membolos).

Nasib beliau masih lebih beruntung dibandingkan beberapa seniman anggota Lekra lainnya dan budayawan serta seniman Banyuwangi pengarang lagu "Genjer-genjer", M. Arif, yang hingga kini tidak ketahuan nasibnya setelah pembersihan anggota PKI.

Bahkan lagu gubahan beliau "Garuda Pancasila" menjadi lagu penyemangat era Orde Baru dalam propaganda anti komunisme dan menjadi salah satu lagu doktrin ideologi Orde Baru.

Sungguh ironi memang bahwa lagu "Garuda Pancasila" yang menjadi lagu doktrin Orde Baru ternyata digubah oleh anggota Lekra yang dianggap oleh Orde Baru sebagai antek komunis. Sudharnoto wafat pada tanggal 11 Januari 2000 dalam usia 74 tahun.

Sumber :
1. Kamus Gestok (Hesri Setiawan, Galang Press, 2003)
2. Majalah Tempo edisi Oktober 2013
3. http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=638457f44085
4. http://www.sinematekindonesia.com/index.php/kronika/listdata/page/80 

Sabtu, 20 April 2019

Penemu Pondasi Cakar Ayam

Prof. Ir. R.M. Sedyatmo. Beliau lahir di Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun 1909 beliau adalah seorang insinyur Indonesia. Ir. Sedyatmo yang sering dijuluki “Si Kancil” karena terkenal karena banyak akalnya menempuh pendidikan di Technische Hogescholl (THS) (sekarang ITB) Bandung. 

Selesai dari THS pada 1934, Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Sedyatmo dikenal sebagai penemu “Pondasi Cakar Ayam” pada tahun 1962. Temuan Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan Apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya, Landasan Bandara Polonia, Medan, dan Landasan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.

Pondasi cakar ayam terdiri dan plat beton bertulang dengan ketebalan 10-15 cm, tergantung dari jenis konstruksi dan keadaan tanah di bawahnya. Di bawah plat beton dibuat sumuran pipa-pipa dengan jarak sumbu antara 2-3 m. Diameter pipa 1,20 m, tebal 8 cm, dan panjangnya tergantung dari beban di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk pipa dipakai tulangan tunggal, sedangkan untuk plat dipakai tulangan ganda.

Sistem pondàsi cakar ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali diterapkan di daerah dimana peralatan modern dan tenaga ahli sukar didapat. Sampai batas-batas tertentu, sistern ini dapat menggantikan pondasi tiang pancang. Untuk gedung berlantai 3-4 misalnya, sistem cakar ayam biayanya akan sama dengan pondasi tiang pancang 12 meter.

Pondasi Cakar Ayam
Namun, Sedyatmo bukanlah ilmuwan yang haus akan penghargaan. Sikap rendah hati dan dedikasinya yang tinggi terhadap bangsa menjadi spirit bagi ciptaannya. Dan uniknya, Sedyatmo selalu menekankan pentingnya intuisi dan pengamatan terhadap alam semesta. Karya cakar ayamnya merupakan bukti bagaimana ciptaannya terilhami oleh akar pohon kelapa.

Beberapa karya Sedyatmo lainnya yang terkenal adalah pompa hidrolis, bendungan Jatiluhur, dan bahkan jembatan Suramadu dibangun berdasarkan konsep awal Sedyatmo. Tak heran, kontribusinya yang luar biasa bagi pengetahuan teknik, menobatkan Sedyatmo meraih sejumlah penghargaan internasional.

Nama Ir. Sedyatmo kemudian di abadikan sebagai nama jalan bebas hambatan (Jalan Tol) dari Jakarta menuju bandara Soekarno-Hatta. Profesor Sedyatmo meninggal dunia di usia 75 tahun pada 1984 dan dimakamkan di Karanganyar. Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra Kelas I kepada Sedyatmo atas jasa-jasanya.


Biografi Ismail Marzuki Sang Mestro Musik


ismail marzuki
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki termasuk pahlawan nasional yang dikenal sebagai salah satu sang maestro musik Indonesia. Dari tangannya, banyak tercipta karya-karya lagu perjuangan yang sampai sekarang terus dinyanyikan oleh rakyat Indonesia. Besarnya jasa Ismail Marzuki membuat pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ismail Marzuki.




Nama : Ismail Marzuki
Lahir : Jakarta, 11 Mei 1914
Wafat : Jakarta, 25 Mei 1958
Orang Tua : Marzuki (ayah), Solechah (ibu)
Istri : Eulis Zuraidah
Anak : Rachmi Aziah
Gelar : Pahlawan Nasional

Ismail Marzuki lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914. Ismail Marzuki yang lebih dikenal dengan panggilan Maing. Ia merupakan anak dari keluarga keturunan Betawi. Ismail Marzuki dikenal memiliki bakat seni yang sulit dicari bandingannya. Sosoknya pun mengagumkan. Ia merupakan anak dari pasangan Marzuki dan Solechah.

Dalam biografi Ismail Marzuki, ia terkenal sebagai pemuda yang berkepribadian luhur dan tergolong anak pintar. Ismail sejak muda senang tampil necis. Bajunya disetrika licin, sepatunya mengkilat dan ia senang berdasi. Darah seni Ismail mengalir dari ayahnya, Marzuki, yang saat itu seorang pegawai di perusahaan Ford Reparatieer TIO.

Ayahnya, Marzuki dikenal gemar memainkan kecapi dan piawai melagukan syair-syair yang bernafaskan Islam. Jadi tidak aneh kalau kemudian Ismail sejak kecil sudah tertarik dengan lagu-lagu.

Orang tua Ismail Marzuki yakni Marzuki dan Solechah termasuk golongan masyarakat Betawi intelek yang berpikiran maju. Ismail Marzuki yang dipanggil dengan nama Ma’ing, sejak bocah sudah menunjukkan minat yang besar terhadap seni musik.

PENDIDIKAN ISMAIL MARZUKI
Ayahnya berpenghasilan cukup sehingga sanggup membeli piringan hitam dan gramafon yang populer disebut “mesin ngomong” oleh masyarakat Betawi tempo dulu. Ismail Marzuki di sekolahkan ayahnya ke sebuah sekolah Kristen HIS Idenburg, Menteng.

Nama panggilannya di sekolah adalah Benyamin. Tapi kemudian ayahnya merasa khawatir kalau nantinya bersifat kebelanda-belandaan, Ismail Marzuki lalu dipindahkan ke Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang. Beranjak dewasa, dia dibelikan ayahnya alat musik sederhana.

Bahkan tiap naik kelas Ismail Marzuki diberi hadiah harmonika, mandolin, dan gitar. Setelah lulus, ia masuk sekolah MULO dan membentuk grup musik sendiri. Di situ dia memainkan alat musik banyo dan gemar memainkan lagu-lagu gaya Dixieland serta lagu-lagu Barat yang digandrungi pada masa itu.

Setelah tamat MULO, Ismail Marzuki bekerja di Socony Service Station sebagai kasir dengan gaji 30 gulden sebulan, sehingga dia sanggup menabung untuk membeli biola. Namun, pekerjaan sebagai kasir dirasakan kurang cocok baginya.

Ia kemudian pindah pekerjaan dengan gaji tidak tetap sebagai verkoper (penjual) piringan hitam produksi Columbia dan Polydor yang berkantor di Jalan Noordwijk (sekarang Jalan Ir. H. Juanda) Jakarta.


Terjun Ke Dunia Musik
Penghasilannya tergantung pada jumlah piringan hitam yang dia jual. Rupanya, pekerjaan ini hanya sebagai batu loncatan ke jenjang karier berikutnya dalam bidang musik.

Selama bekerja sebagai penjual piringan hitam, Ismail Marzuki banyak berkenalan dengan artis pentas, film, musik dan penyanyi, di antaranya Zahirdin, Yahya, Kartolo, dan Roekiah (orangtua Rachmat Kartolo). Pada 1936, Ismail Marzuki memasuki perkumpulan orkes musik Lief Jawa sebagai pemain gitar, saksofon, dan harmonium pompa.

Menciptakan Lagu Sendiri
Tahun 1934, Belanda membentuk Nederlands Indische Radio Omroep Maatshappij (NIROM) dan orkes musik Lief Java mendapat kesempatan untuk mengisi acara siaran musik. Tapi Ismail Marzuki mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu Barat, kemudian menciptakan lagu-lagu sendiri antara lain “Ali Baba Rumba”, “Ohle le di Kotaraja”, dan “Ya Aini”.

Lagu ciptaannya kemudian direkam kedalam piringan hitam di Singapura. Orkes musiknya punya sebuah lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Jaya Islander.

Lagu tersebut tanpa pemberitahuan maupun basa-basi dijadikan lagu pembukaan siaran radio NIROM, sehingga grup musik Ismail Marzuki mengajukan protes, namun protes mereka tidak digubris oleh direktur NIROM.

Pada periode 1936-1937, Ismail Marzuki mulai mempelajari berbagai jenis lagu tradisional dan lagu Barat. Ini terlibat pada beberapa ciptaannya dalam periode tersebut, “My Hula-hula Girl”. Kemudian lagu ciptaannya “Bunga Mawar dari Mayangan” dan “Duduk Termenung” dijadikan tema lagu untuk film “Terang Bulan”.

Awal Perang Dunia II (1940) mulai mempengaruhi kehidupan di Hindia-Belanda (Indonesia). Radio NIROM mulai membatasi acara siaran musiknya, sehingga beberapa orang Indonesia di Betawi mulai membuat radio sendiri dengan nama Vereneging Oostersche Radio Omroep (VORO) berlokasi di Kramat Raya. Antena pemancar mereka buat sendiri dari batang bambu.

Tiap malam Minggu orkes Lief Java mengadakan siaran khusus dengan penyanyi antara lain Annie Landouw. Ismail Marzuki malah jadi pemain musik sekaligus mengisi acara lawak dengan nama samaran “Paman Lengser” dibantu oleh “Botol Kosong” alias Memet.

Karena Ismail Marzuki sangat gemar memainkan berbagai jenis alat musik, suatu waktu dia diberi hadiah sebuah saksofon oleh kawannya yang ternyata menderita penyakit paru-paru. Setelah dokter menjelaskan pada Ismail Marzuki, lalu alat tiup tersebut dimusnahkan. Tapi, mulai saat itu pula penyakit paru-paru mengganggunya.

Membentuk Perikatan Radio Ketimuran (PRK)
Ketika Ismail Marzuki membentuk organisasi Perikatan Radio Ketimuran (PRK), pihak Belanda memintanya untuk memimpin orkes studio ketimuran yang berlokasi di Bandung (Tegal-Lega). Orkesnya membawakan lagu-lagu Barat.

Pada periode ini dia banyak mempelajari bentuk-bentuk lagu Barat, yang digubahnya dan kemudian diterjemahkannya ke dalam nada-nada Indonesia.

Sebuah lagu Rusia ciptaan R. Karsov diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi “Panon Hideung”. Sebuah lagu ciptaannya berbahasa Belanda tapi memiliki intonasi Timur yakni lagu “Als de orchideen bloeien”. Lagu ini kemudian direkam oleh perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV). Kelak lagu ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Bila Anggrek Mulai Berbunga”.

Tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan penyanyi kroncong Eulis Zuraidah. Pada Maret 1942, saat Jepang menduduki seluruh Indonesia, Radio NIROM dibubarkan diganti dengan nama Hoso Kanri Kyoku. PRK juga dibubarkan Jepang, dan orkes Lief Java berganti nama Kireina Jawa.

Menciptakan Lagu Perjuangan
Saat itu Ismail Marzuki mulai memasuki periode menciptakan lagu-lagu perjuangan. Mula-mula syair lagunya masih berbentuk puitis yang lembut seperti “Kalau Melati Mekar Setangkai”, “Kembang Rampai dari Bali” dan bentuk hiburan ringan, bahkan agak mengarah pada bentuk seriosa.

Dalam Biografi Ismail Marzuki diketahui bahwa pada periode 1943-1944, Ismail Marzuki menciptakan lagu yang mulai mengarah pada lagu-lagu perjuangan, antara lain “Rayuan Pulau Kelapa”, “Bisikan Tanah Air”, “Gagah Perwira”, dan “Indonesia Tanah Pusaka”.

Kepala bagian propaganda Jepang, Sumitsu, mencurigai lagu-lagu tersebut lalu melaporkannya ke pihak Kenpetai (Polisi Militer Jepang), sehingga Ismail Marzuki sempat diancam oleh Kenpetai. Namun, putra Betawi ini tak gentar. Perjuangan Ismail Marzuki selanjutnya pada 1945 menciptakan lagu “Selamat Jalan Pahlawan Muda”.

Setelah Perang Dunia II, ciptaan lagu Ismail Marzuki terus mengalir, antara lain “Jauh di Mata di Hati Jangan” (1947) dan “Halo-halo Bandung” (1948). Ketika itu Ismail Marzuki dan istrinya pindah ke Bandung karena rumah mereka di Jakarta kena dihantam peluru mortir.

Ketika berada di Bandung selatan, ayah Ismail Marzuki di Jakarta meninggal. Ismail Marzuki terlambat menerima berita. Ketika dia tiba di Jakarta, ayahnya telah beberapa hari dimakamkan. Kembang-kembang yang menghiasi makam ayahnya dan telah layu, mengilhaminya untuk menciptakan lagu “Gugur Bunga”.

Lagu-lagu ciptaan lainnya mengenai masa perjuangan yang bergaya romantis tanpa mengurangi nilai-nilai semangat perjuangan antara lain “Ke Medan Jaya”, “Sepasang Mata Bola”, “Selendang Sutra”, “Melati di Tapal Batas Bekasi”, “Saputangan dari Bandung Selatan”, “Selamat Datang Pahlawan Muda”.

Lagu hiburan populer yang (kental) bernafaskan cinta pun sampai-sampai diberi suasana kisah perjuangan kemerdekaan. Misalnya syair lagu “Tinggi Gunung Seribu Janji”, dan “Juwita Malam”.

Lagu-lagu yang khusus mengisahkan kehidupan para pejuang kemerekaan, syairnya dibuat ringan dalam bentuk populer, tidak menggunakan bahasa Indonesia tinggi yang sulit dicerna. Simak saja syair “Oh Kopral Jono” dan “Sersan Mayorku”.

Lagu-lagu ciptaannya yang berbentuk romantis murni hiburan ringan, walaupun digarap secara populer tapi bentuk syairnya berbobot seriosa. Misalnya lagu “Aryati”, “Oh Angin Sampaikan". Tahun 1950 dia masih mencipta lagu “Irian Samba” dan tahun 1957 lagu “Inikah Bahagia” suatu lagu yang banyak memancing tanda tanya dari para pengamat musik.

Sampai pada lagu ciptaan yang ke 100-an, Ismail Marzuki masih merasa belum puas dan belum bahagia. Malah, lagu ciptaannya yang ke-103 tidak sempat diberi judul dan syair.

Ismail Marzuki Wafat
Hingga Ma’ing alias Ismail Marzuki komponis besar Indonesia itu menutup mata selamanya pada 25 Mei 1958. Peran Ismail Marzuki terhadap sejarah musik Indonesia sangat vital, khususnya lagu-lagu perjuangan yang ia ciptakan.

Makam Ismail Marzuki di TPU Karet Bivak Jakarta
Karya Lagu Ismail Marzuki
* Aryati
* Gugur Bunga
* Melati di Tapal Batas (1947)
* Wanita
* Rayuan Pulau Kelapa
* Sepasang Mata Bola (1946)
* Bandung Selatan di Waktu Malam (1948)
* O Sarinah (1931)
* Keroncong Serenata
* Kasim Baba
* Bandaneira
* Lenggang Bandung
* Sampul Surat
* Karangan Bunga dari Selatan
* Selamat Datang Pahlawan Muda (1949)
* Juwita Malam
* Sabda Alam
* Roselani
* Rindu Lukisan
* Indonesia Pusaka


Biografi Komodor Yos Sudarso


Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso
Nama Yos Sudarso dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai tokoh pahlawan nasional, dan Namanya banyak abadikan sebagai nama jalan di wilayah Indonesia dan juga sebuah pulau di papua. Beliau  gugur di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun diatas KRI Macan Tutul dalam misi pembebasan Irian Barat (Papua) melalui pertempuran Laut Aru  setelah kapalnya KRI Macan Tutul ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye Trikora.

Dalam banyak buku yang mengulas mengenai biografi maupun profil dari Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso atau lebih dikenal dengan nama Yos Sudarso, beliau dikatakan lahir di wilayah Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 24 November 1925. Ia lahir dengan nama lengkap Yosaphat Soedarso dari pasangan Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam. Ayah Yos sudarso bekerja sebagai seorang polisi ketika masa penjajahan.

Sejak kecil, Yos Sudarso dikenal sebagai sosok yang tenang, cerdas dan juga santun dalam bergaul. Saat masih anak-anak, beliau masuk di sekolah HIS (Hollandsch Inlandsch School) yang setingkat SD, tamat dari situ pada tahun 1940 ia kemudian masuk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Semarang.

Baru lima bulan bersekolah, Jepang kemudian datang menjajah di Indonesia. Yos Sudarso akhirnya kembali ke Salatiga dan memilih melanjutkan pendidikan SMP nya disana hingga tahun 1943. Tamat dari sana, beliau kemudian masuk di sekolah guru di wilayah Muntilan.

Bergabung  Di Angkatan Laut
Namun pendidikan disekolah tersebut ia tidak selesaikan karena pada masa itu terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang. Akhirnya Yos Sudarso masuk di Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang yang ia tempuh selama setahun dan pendidikan opsir di Goo Osamu Butai dan menjadi lulusan terbaik. Prestasinya tersebut membuat ia kemudian dipekerjakan sebagai mualim di kapal Goo Usamu Butai.

Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 agustus 1945, Yos Sudarso kemudian bergabung dengan BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut yang kemudian bernama Tentara Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Disini Yos Sudarso  sering mengikuti misi atau operasi militer dalam memadamkan pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah ketika itu. Walaupu ketika itu armada kapal laut yang dimiliki Indonesia masih sangat minim sekali.

Di tahun 1950, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Yos Sudarso pun diangkat sebagai komandan kapal di KRI Alu. Selanjutkan pindah ke KRI Gajah Mada, KRI Rajawali hingga KRI Pattimura. Yos bahkan sempat menjabat sebagai sebagai hakim pengadilan walaupun hanya 4 bulan saja tepatnya di tahun 1958.

Di tahun 1959, pergolakan internal di tubuh Angkatan Laut mencapai puncaknya. Yos Sudarso berserta kolonel Ali Sadikin dan para perwira lainnya tidak setuju dengan kepemimpinan Laksamana Subiyakto yang ketika itu menjabat sebgai kepala staf angkatan laut.

Konflik tersebut membuat Laksaman Subiyakto akhirnya digantikan oleh Kolonel R.E Martadinata sebagai kepala staf yang baru. Tidak lama setelah itu Yos Sudarso kemudian naik pangkat secara cepat dari Deputi hingga menjadi komodor (laksamana pertama).

Kisah Heroik Yos Sudarso dan Pertempuran Laut Aru Yang Terkenal
Di tahun 1961, konfrontasi Indonesia dan Belanda dalam hal pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda mencapai puncaknya. Presiden Soekarno ketika itu membentuk Tri Komando Rakyat (Trikora) dan tahun berikutnya 1962, Soekarno membentuk Komando Mandala dalam pembebsan Irian Barat dengan markas di Makassar. Yos Sudarso diserahi tugas sebagai Deputi Operasi.

Tugas yang berat bagi Yos Sudarso. Kisah heroik mengenai pertempuran Yos Sudarso akhirnya terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Ketika itu Yos Sudarso melakukan patroli dengan membawa tiga kapal yakni KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau dibawah komandonya.

Operasi senyap tersebut dilakukan di sekitar wilayah perairan laut Aru disekitar wilayah Maluku. Tidak lama kemudian pesawat Neptune Belanda yang melakukan patroli menjatuhkan flare. Keadaan yang ketika itu sunyi dan gelap kemudian berubah terang benderang. Tiga kapal Belanda dengan persenjataan lengkap dan ukuran yang lebih besar kemudian muncul membelah langit malam.

Ketiga kapal Belanda tersebut ternyata sudah menunggu mereka. Tembakan peringatan pertama dilepaskan oleh Belanda dan jatuh disamping KRI Harimau. Kolonel Sudomo kemudian memerintahkan tembakan balasan namun meleset.

Yos Sudarso yang sadar bahwa pertempuran ini bakal tidak seimbang dalam hal persenjataan, beliau kemudian memerintahkan ketiga kapal yang ia komandoi untuk mundur sementara. Manuver 180 derajat kemudian dilakukan ketiga kapal tersebut. Namun naas, KRI Macan Tutul yang ditumpangi oleh Komodor Yos Sudarso macet.

Pihak Belanda mengira bahwa kapal Indonesia akan melakukan manuver untuk menyerang. Belanda kemudian melepaskan tembakan untuk menyerang. KRI Macan Tutul ketika itu berhadapan dengan kapal perusak Belanda. Yos Sudarso kemudian memerintahkan KRI Macan Tutul untuk pasang badan agar dua kapal lainnya bisa bisa meninggalkan medan pertempuran.

Tembakan pertama yang dilakukan kapal perusak Belanda itu meleset mengenai KRI Macan Tutul. Di kesempatan berikutnya, tembakan yang dilakukan kapal perusak Belanda akhirnya tepat mengenai badan kapal KRI Macan Tutul yang bernomor lambung 650 tersebut.

Gugurnya Yos Sudarso
KRI Macan Tutul buatan Jerman Barat itu akhirnya terbakar dan perlahan-lahan karam ke dasar Samudera bersama 24 kru kapal. Kru lainnya yang selamat menjadi tawanan Belanda. Kalimat terakhir dari komodor Yos Sudarso sesaat sebelum kapalnya karam yaitu: 

"Kobarkan Semangat Pertempuran" ia pekikan melalui radio ke dua kapal lainnya yang berhasil selamat.
Komodor Yos Sudarso yang semasa kecil bercita-cita sebagai prajurit itu akhirnya gugur di lautan dalam mempertahankan kedaulatan republik Indonesia. Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Kustini dan lima orang anak. Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Yos Sudarso atas jasa-jasanya. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalanan di berbagai wilayah di Indonesia.

Banyak tabir yang menyelimuti gugurnya Yos Sudarso dalam pertempuran di laut Arafuru. Mulai dari bocornya operasi rahasia tersebut oleh Belanda, kemudian operasi tersebut tersebut tidak diketahui oleh pemerintah seperti Presiden Soekarno seperti yang ditulis dalam buku Konspirasi Dibalik Tenggelamnya Matjan Tutul (2011) oleh wartawan Julius Pour. 

Selain itu, AURI (Angkatan udara) yang dituding sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam insiden tersebut karena tidak memberikan bantuan pesawat udara yang berbuntut pada pencopotan KSAU Laksamana Suryadarma yang digantikan oleh Letkol Omar Dhani yang dikisahkan dalam buku Dan Toch Maar! (2009) yang ditulis oleh Sukono. 

Biografi Husein Mutahar Bapak Paskibraka

Pernahkah anda mendengar lagu Syukur, salah satu lagu nasional indonesia yang sangat syahdu mendengarnya, suatu lagu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan bangsa indonesia yang telah di raih.

Perlu anda ketahui bahwa pencipta lagu Syukur ini salah satu pendiri Paskibra di indonesia yakni Habib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama Husein Mutahar, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 dan meninggal di Jakarta, 9 Juni 2004 pada umur 87 tahun, beliau salah satu seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan anak-anak.

Lagu ciptaannya yang populer adalah Hymne Syukur diperkenalkan Januari 1945 dan Mars Hari Merdeka tahun 1946. Karya terakhirnya, lagu Dirgahayu Indonesiaku, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia. Dan lagu anak-anak ciptaannya, antara lain: "Gembira", "Tepuk Tangan Silang-silang", "Mari Tepuk", "Slamatlah", "Jangan Putus Asa", "Saat Berpisah", dan "Hymne Pramuka".

Beliau sangat aktif dalam kegiatan kepanduan dan tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Dan beliau juga dikenal sangat anti komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Husein Mutahar juga menjadi salah satu tokoh utama didalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI. 

Husein Mutahar
Husein Mutahar mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, dan setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di yogyakarta (1947). Selanjutnya, beliau mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antar departemen. Puncak kariernya adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973). Beliau sangat menguasai paling tidak 6 (enam) bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Sebagai salah seorang ajudan Presiden, Habib Husein Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946. Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.

Pengibaran Bendera Merah Putih 17 Agustus 1946
Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Husein Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka. Dan tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok:

Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu
Kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera
Kelompok 45 sebagai pengawal.

Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Kisah Husein Mutahar, Bapak Paskibraka yang Selamatkan Bendera Pusaka dari Serangan Belanda
Seiring dengan semakin populernya tugas sebagai seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tak banyak yang mengetahui mengenai perjuangan Bapak Paskibraka dalam menyelamatkan bendera merah putih dari serangan Belanda. Pada saat itu, ibukota Indonesia masih berada di Yogyakarta.

Bapak Paskibraka, Husein Mutahar pernah memisahkan bendera pusaka menjadi dua carik kain yang berbeda. Berwarna merah dan putih. Bukan tanpa alasan. Ini dia lakukan demi menyelamatkan bendera pusaka tersebut, setelah Gedung Agung, Yogyakarta dikepung oleh Belanda pada 19 Desember 1948.

Mengutip dari tulisan Purna Paskibraka 1978 Budiharjo Winarno, Presiden Soekarno memanggil Husein Mutahar setelah urusan pemerintahan selesai. Mereka saling bicara di ruangan pribadinya.

Berdasarkan buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Soekarno memberikan sebuah tugas pada Husein Mutahar. Dia ingin agar bendera pusaka dijaga sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Tugas ini diberikannya secara pribadi pada sang ajudan.

"Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," kata Bung Karno saat itu.

"Jika Tuhan mengizinkannya, engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali pada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek," kata Soekarno seperti dikutip dari buku tersebut.

Memisahkan Kain Merah dan Putih
Dia menambahkan, apabila Mutahar meninggal di kala tugasnya, dia ingin Mutahar mewariskan tugas tersebut pada orang lain dan harus diserahkan pada Soekarno seorang.

Setelah melakukan doa dan perenungan di kala serangan masih berlangsung, Mutahar segera mencabut benang jahitan yang menyatukan kain merah dan putih pada bendera itu. Dengan menggunakan jarum dan dibantu oleh Perna Dinata, dia melepaskannya dengan hati-hati.

Bendera yang telah dijahit Fatmawati itu akhirnya berhasil dipisahkan menjadi dua kain yang berbeda. Hal ini untuk menghindari penyitaan oleh Belanda.

Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya di asingkan ke Sumatera. Sementara, Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan juga diasingkan ke Semarang dan ditahan di sana. Namun, dua kain bendera tersebut tetap aman.

Husein Mutahar akhirnya berhasil melarikan diri ke Jakarta. Dia meminta seseorang menjahitkan kembali dua bagian bendera pusaka tersebut untuk kemudian dikirimkan ke Bangka lewat Sujono, seorang delegasi Indonesia.

Sang Saka Merah Putih akhirnya berhasil dikembalikan kepada Soekarno. Bendera buatan istrinya itu berhasil kembali ke tangannya.

H. Husein Mutahar selama hidupnya ia tidak pernah menikah, namun mempunyai 8 anak semang (6 laki-laki dan 2 perempuan). Sebagian merupakan ”se­rahan” dari ibu mereka yang janda atau bapak me­reka beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Adapula bapak/ibu yang sukarela menyerahkan anaknya untuk diakui sebagai anak sendiri. Semua sudah beru­mah tangga dan mempunyai 15 orang cucu (7 laki-laki dan 8 perempuan). Beliau meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, 9 Juni 2004, dan di makamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Sabtu, 13 April 2019

11 Destinasi Wisata Gratis Di Jakarta

Wisata gratis di Jakarta.? Memangnya ada.? Kan, tidak ada yang gratis di Jakarta. Makan, minum bahkan sekadar buang air kecil mau pun besar, semua ada harganya. Jika kamu beranggapan demikian, berarti kamu belum mengenal Jakarta secara keseluruhan. Banyak Wisata di Indonesia yang wajib kamu kunjungi.

Jakarta identik dengan kesibukan dan hiruk pikuk keramaian. Untuk menghilangkan stres dan kepenatan, biasanya penduduk ibukota ramai-ramai berlibur ke luar kota saat akhir pekan.

Tengok saja Puncak dan Bandung. Deretan mobil berpelat nomor B kerap berduyun. Alhasil, kemacetan parah tak bisa dihindari.

Namun sekarang, mindset hanya bisa berlibur di luar ibukota sebaiknya mulai diubah. Liburan tak melulu harus ke luar kota. Kota Batavia ternyata punya obyek wisata menarik yang menawarkan ketenangan.

Faktanya, tidak sedikit hal-hal yang bisa didapatkan dengan murah, bahkan cuma-cuma alias gratis. Hal ini juga berlaku untuk wisata di Jakarta, lho. Yup, meski untuk masuk ke Taman Mini Indonesia Indah, atau Ancol dan Dufan, kamu harus mengeluarkan uang untuk bisa sekadar masuk ke lokasi, ada sejumlah tempat wisata di Jakarta, di mana kamu bisa masuk dan bersenang-senang di dalamnya tanpa harus membayar biaya untuk tiket masuk.

Tertarik liburan dan wisata gratis di Jakarta bersama anggota keluarga atau teman-teman kamu di akhir pekan ini, simak daftar sejumlah tempat yang asyik.

1. Kembali ke masa lalu - Kota Tua Jakarta
Siapa yang tidak tahu Kota Tua Jakarta. Banyak wisata asyik di sana dan pas bagi kamu yang ingin merasakan sensasi ke masa lalu, ke era kolonial, di kala Jakarta masih bernama Batavia.

Bagi penggemar selfie, Kota Tua Jakarta memiliki banyak spot atraktif dan pas untuk dijadikan latar swafoto kamu. Kesan jadul juga bisa kamu dapatkan apabila menyewa wardrobe yang pas dan mendukung, dan untuk yang ini kamu harus bayar ya.

2. Rumah Akar Kota Tua Jakarta
 
Siapa sangka di tengah keramaian hiruk pikuk Jakarta, ada sebuah  tempat wisata kekinian yang begitu unik dan menarik perhatian. Kali ini, Kania ingin mengajak anda untuk mengintip uniknya Rumah Akar Kota Tua yang berada di Kota Tua Jakarta Pusat.

Berlokasi tidak jauh dari Museum Fatahillah atau sekitar 7 menit berjalan kaki, Rumah Akar Kota Tua menyisakan  banyak eksotisme, daya tarik, dan cerita yang bakal bikin kamu berdecak kagum. Yuk kita sambangi Rumah Akar Kota Tua bareng!
Berlokasi tak jauh dari Museum Fatahillah yang terkenal sebagai spot cantik untuk foto-foto, rumah akar sebenarnya juga menarik untuk spot foto-foto juga. Tak hanya itu, Anda bisa menonjolkan masa lampau di bangunan ini karena bangunannya yang unik dan menarik dipenuhi dengan akar-akar pepohonan.
Sebagai pusat pemerintahan Belanda pada masa kolonial, tak heran jika Kota Tua di Jakarta Pusat ini memang dipenuhi dengan suguhan arsitektur rumah gaya Eropa khas Belanda kuno. Ini merupakan ruang kantor perniagaan Belanda di masa lalu. Pernah dijadikan gereja tapi juga lama dijadikan gudang dan ditinggalkan. Suasananya sedikit mencekam karena pohon raksasa di tengahnya, tapi jangan khawatir. Kesinilah kapan-kapan jika anda berlibur.

3. Danau Asyik di Pusat Ibukota - Taman Situ Lembang
Destinasi wisata gratis di Jakarta yang satu ini merupakan salah satu yang paling Hits di ibukota. Beragam wahana asyik dan seru bisa dinikmati dari yang tua hingga muda. Ingin sekedar bersantai, memancing atau berjalan-jalan di sekitar Situ Lembang pun juga menyenangkan.
Tidak hanya itu saja, di momen waktu tertentu, khususnya di sore hari, kamu bisa menikmati suasana yang syahdu dan menenangkan. Hal semacam ini bukan hal yang mudah ditemukan di Jakarta, lho!

4. Taman urban yang aduhai – Taman Suropati
Taman urban selalu menarik untuk didatangi, khususnya yang ada di Jakarta. Bagaimana tidak, selain tempatnya asyik, fasilitasnya juga memadai.

 
Yang diunggulkan dari taman ini adalah suasananya yang teduh. Pohon yang rindang, area yang bersih dan tema tropis yang dikedepankan menjadikan taman Suropati ini menjadi salah satu jujukan favorit masyarakat urban Jakarta.

5. Taman Tabebuya
Seperti yang bisa kita lihat pada gambar, taman ini merupakan destinasi kolam teratai indah yang cukup terkenal di Jakarta. Biasanya destinasi ini dijadikan tempat untuk jogging dan bersantai.

Salah satu spot yang terkenal di sini adalah pohon Tabebuya dari Brasil yang bunganya berwarna merah muda seperti bunga sakura di Jepang. Cantik banget!
Alamat: Jl Moh Kahfi I, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. 

6. Surganya pecinta barang vintage – Pasar Barang Antik, Jalan Surabaya, Cikini
Nah, bagi kamu yang tertarik pada barang-barang jadul, alias vintage, Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya, Cikini adalah jujukan utama untuk berburu. Mulai dari jam antik hingga telepon jadul yang unik, semuanya ada di sini. Ingin memilikinya, silakan uji kemampuan menawar kamu, ya!

Bagi penggemar fotografi, banyak spot di Pasar Barang Antik di Cikini ini yang Instagenik. Malahan, tidak jarang lho orang berfoto prewedding di area ini untuk mendapatkan kesan vintage dan oldies.

7. Museum yang Anti Mainstream - Museum Tengah Kebun
Tidak semua museum menghadirkan nuansa yang membosankan, seperti Museum Tengah Kebun. Mulai dari letaknya, atmosfer hingga barang yang dipamerkan, semuanya asyik, seru dan anti-mainstream.
Namun, untuk menikmati museum ini kamu harus melakukan booking tempat dan kunjungan juga harus berkelompok, antara tujuh dan 12 orang. Biayanya? Gratis kok!


8.  Ruang Hijau Asyik dipinggir Mall – Tribeca Park
Lelah menjelajah Central Park Mall, kamu bisa langsung melipir ke Tribeca Park yang berada di sebelahnya. Dijamin deh, lelah fisik dan hati bisa luntur seketika melihat suasana asri dan menenangkan di lokasi ini.
Beragam tanaman yang berwarna-warni, lanskap taman yang keren, juga kolam dan hewan lucu di dalamnya membuat taman Tribeca ini kerap menjadi jujukan untuk beristirahat sejenak setelah melihat keriuhan kota. Belum lagi semilir angin, yang bisa membujukmu untuk terlelap sejenak, sekaligus membuatmu lupa sedang berada di ibu kota yang terkenal panas.

9. Menikmati sejuknya taman di selatan Jakarta – Taman Ayodya

Saat di Jakarta Selatan, kamu bisa menikmati Taman Ayodya yang hijau, serta danau buatan yang asri. Fasilitas urban yang ditawarkan pun cukup menjanjikan. Ada WiFi nya juga, lho!

Selain itu, kamu juga bisa menikmati nuansa sejuk yang biasanya tidak bisa didapatkan di tengah kota Jakarta. Yang lebih seru lagi, banyak kegiatan komunal dihelat di sini, seperti pertemuan pecinta hewan unik dan masih banyak lagi lainnya di akhir pekan.

10. Menjelajahi Dunia Seni Gaya Baru – Museum Art Mon Decor
Ingin menikmati hasil karya seni dari seniman baru, langsung saja menuju ke Museum Art Mon Decor di kawasan Gunung Sahari. Dari lukisan hingga bentuk New Art, kamu bisa melihat gaya eksentrik senimannya.


Bentuk gedung yang juga tidak biasa membuat museum ini mencolok dari lingkungan sekitarnya. Sayangnya, popularitasnya masih rendah meski apa yang ditawarkan cukup menarik.


11. Hutan Bakau Muara Angke
Banyak yang belum tahu jika di Jakarta ada obyek wisata hutan bakau. Hutan Muara Angke adalah hutan bakau terbesar yang masih ada di Jakarta, Hamparan pepohonan mangrove yang luas memberikan kesejukan tersendiri. Tempat ini sangat cocok untuk melewatkan kebersamaan bersama keluarga atau teman-teman.
 

Mengenal 3 Matra TNI

Tentara Nasional Indonesia atau biasa disingkat TNI adalah nama sebuah angkatan perang dari negara Indonesia. Pada awal dibentuk bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) kemudian berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan kemudian diubah lagi namanya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga saat ini.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima TNI, sedangkan masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan. Panglima TNI saat ini adalah Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Pada masa Demokrasi Terpimpin hingga masa Orde Baru, TNI pernah digabungkan dengan POLRI. Penggabungan ini disebut dengan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan Rancangan Undang-Undang TNI oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 19 Oktober 2004.


1. TNI ANGKATAN DARAT
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (atau biasa disingkat TNI Angkatan Darat atau TNI-AD) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di darat.
TNI ANGKATAN DARAT

TNI Angkatan Darat dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 bersamaan dengan dibentuknya TNI yang pada awal berdirinya bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

TNI Angkatan Darat dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Darat (MABESAD). KASAD saat ini dijabat oleh Jenderal TNI Mulyono.

Kekuatan TNI-AD saat ini terdiri dari 2 komando utama (kotama) tempur yaitu Kostrad, dan Kopassus. Di wilayah TNI-AD memiliki 15 Komando Daerah Militer, 45 Komando Resort Militer yang masing-masing wilayah memiliki satuan tempur tersendiri. Selain komando utama tempur, TNI-AD juga memiliki komando utama pendidikan yang mendidik para perwira dan calon perwira di Akademi Militer, Secapa, Seskoad dan komando utama pengembangan dan doktrin yaitu Kodiklat.

Cikal bakal lahirnya TNI pada awal kemerdekaan Indonesia dimulai dari penggabungan kekuatan bersenjata yang berasal dari para tokoh pejuang bersenjata, baik dari hasil didikan Jepang (PETA), Belanda (KNIL), maupun mereka yang berasal dari laskar rakyat. Hasil penggabungan ini menghasilkan sebuah lembaga yang bermana Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang kemudian berturut-turut berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada masa Orde Baru, Tentara Nasional Indonesia (TNI) digabung dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Penggabungan ini membentuk sebuah badan dengan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Berdasarkan Ketetapan MPR No. VI/MPR/2000 kembali menggunakan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah pemisahan peran antara TNI dan Polri.

Sejak kelahirannya, TNI menghadapi berbagai tugas dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.



2. TNI ANGKATAN LAUT
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (atau biasa disingkat TNI Angkatan Laut atau TNI-AL) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.

TNI ANGKATAN LAUT
TNI Angkatan Laut dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.

TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL). Sejak 23 Mei 2018 KASAL dijabat oleh Laksamana TNI Siwi Sukma Adji yang menggantikan Laksamana TNI Ade Supandi yang memasuki masa pensiun.

Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 3 armada, Armada I yang berpusat di Tanjung Priok, Jakarta, Armada II yang berpusat di Tanjung Perak, Surabaya, dan Armada III yang berpusat di Tanjung Kasuari, Sorong serta satu Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Selain itu juga membawahi Korps Marinir. 

Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) pada masa penjajahan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang.

Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.

Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.

Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.


3. TNI ANGKATAN UDARA
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (atau biasa disingkat TNI Angkatan Udara atau TNI-AU) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di udara.
TNI ANGKATAN UDARA

TNI Angkatan Udara pada awalnya merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat yang dulunya bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR Jawatan Penerbangan). TNI Angkatan Udara dibentuk dan mulai berdiri sendiri pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI Angkatan Udara) sesuai dengan Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.

TNI Angkatan Udara dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini dijabat oleh Marsekal TNI Yuyu Sutisna.

Kekuatan TNI-AU saat ini memiliki tiga komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar, dan Komando Operasi Angkatan Udara III (Koops AU III) yang bermarkas di Biak. 

TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.

Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard, PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.

Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, dan pemburu Lavochkin La-11. Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora.

TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi di bawah dipimpin oleh KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 Bronco, A-4 Sky Hawk, F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon, dan Hawk 100/200.

Mengenal 6 Pasukan Elite dalam Jajaran TNI

Mengenal 6 Pasukan Elite dalam Jajaran TNI
Memiliki spesifikasi yang mumpuni, pertahanan yang kuat, dan mampu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bagian dari ciri-ciri personel Tentara Nasional Indonesia (TNI). TNI yang terbagi dalam Tiga Matra, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. 

Sebagai garda terdepan NKRI, seorang anggota TNI memiliki keunggulan tersendiri. Dalam setiap sub/kesatuan, mereka dilatih cara kepemimpinan dan bahkan teknik bertahan hidup. Dari setiap satuan biasanya memiliki sebuah pasukan khusus yang memikul tugas dan tanggung jawab lebih berat. Pasukan khusus pada masing-masing matra ini dibentuk untuk dihadapkan pada kondisi dan keadaan tertentu. 

Berikut ulasan sejumlah pasukan elite TNI yang Memiliki spesifikasi mumpuni dan terlatih dalam melakukan setiap medan dalam tugas menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. KOPASSUS
Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. 
kopassusTugas Kopasus Operasi Militer Perang (OMP) diantaranya Direct Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus). Selain itu, Tugas Kopasus Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.

Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto "Berani, Benar, Berhasil".

Awalnya, satuan ini berasal dari Kesatuan Komando Tentara Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT) untuk menumpas Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku pada 16 April 1952. Kesatuan ini kemudian menjadi cikal bakal dari terbentuknya Kopassus. 
pasukan kopassus
Sejak 25 Juni 1996, Kopassus memiliki lima Group yaitu:
Group 1/Parakomando, berlokasi di Serang (Banten).
Group 2/Parakomando, berlokasi di Kartasura (Jawa Tengah),
Group 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus, berlokasi di Batujajar (Jawa Barat).
Group 4/Sandhi Yudha, berlokasi di Cijantung (Jakarta Timur)
dan Group 5/Anti Teror, berlokasi di Cijantung (Jakarta Timur). 

Berbagai operasi berhasil dilakukan oleh Kopassus seperti penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur. Selain itu juga berhasil melakukan operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.

2. KOPASKA
Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska didirikan 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. Satuan ini merupakan bagian dari pasukan khusus yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut.

kopaskaSaat ini Kopaska terbagi menjadi 3 Komando, Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Surabaya, dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada III di Sorong. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi. 

pasukan kopaska
Satuan ini memiliki semboyan "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti Tak ada rintangan yang tak dapat diatasi. Saat ini, Kopaska terbagi dalam dua Komando yang berada di Ujung Surabaya dan Satuan Pasukan Katak Armabar di Jakarta Utara. Kopaska telah berhasil melakukan operasi militer seperti pembebasan Papua Barat, Operasi Khusus Kikis Bajak, Operasi Khusus Lusitania Expresso dan berbagai jenis operasi lainnya.

3. DENJAKA
Detasemen Jalamangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen penanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL.
denjaka
Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Denjaka dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. 

Satuan ini berdiri pada 4 November 1982 dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Awalnya, dibentuk untuk menanggulangi ancaman aspek laut seperti terorisme, sabotase dan ancaman lain. Perekrutan dari personel Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang dilatih beberapa aspek laut. 
pasukan denjaka
Karena perkembangan pasukannya begitu mumpuni, berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984 maka terbentuklah nama Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), selain sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir yang berkedudukan langsung di bawah Dankormar, juga sebagai pelaksana utama Panglima TNI. Sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir, Denjaka mempunyai tugas pokok dalam membina kekuatan dan kemampuan satuan Detasemen Jalamangkara. 

Detasemen ini menjadi satuan anti teror di bawah komando pelaksana Korps Marinir untuk melaksanakan operasi antisabotase, antiteror aspek laut, Anti-bajak pesawat udara, perang kota/hutan/pantai/laut/inteligen dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya. Denjaka memiliki moto "Satya Wira Dharma". Pasukan ini menggunakan Seragam warna hitam dan memakai baret ungu.

4. PASKHAS
Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga), merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. 
paskhas

Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya. Memiliki moto "Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana" yang berarti "Bekerja tanpa menghitung untung dan rugi".

Satuan ini berdiri atas usulan dari Gubernur Kalimantan Pangeran Ir. Mohamad Noor yang mengajukan permintaan kepada AURI agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk berbagai tugas pada 1947. Maka pada 17 Oktober 1947, 13 orang dipersiapkan untuk terjun di Kotawaringin. Mereka semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna tentang terjun ini, kecuali teori dan latihan darat saja.
pasukan paskhas
Tanggal penerjunan ini kemudian dijadikan sebagai hari jadi Paskhas TNI-AU. Keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Men/Pangau No.54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967. Operasi Kotawaringin ini menjadi catatan sejarah sebagai operasi pertama pasukan payung di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1952 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sebagai pasukan yang berkualifikasi para (terjun payung militer) dengan personil yang berasal terutama dari PPP. PGT berhasil meraih nama besar tersendiri dengan prestasi-prestasi penugasan tempurnya. Dalam tugasnya, Paskhas telah berhasil melakukan Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, Operasi Trisula dan Penumpasan PGRS/Paraku dan masih banyak lainnya.

Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.

Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.

Warna baret jingga Paskhas terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini dilatih.

5. TONTAIPUR
Pengintaian dan Pertempuran (Taipur) / Peleton Intai Tempur (Intai Tempur) adalah pasukan berkualifikasi intelijen tempur Komando Strategis Angkatan Darat. 

peleton intai tempurPembinaan satuan berada di Batalyon Intelijen Kostrad dan dalam pengoperasian di bawah kendali Panglima Kostrad yang berkemampuan tri matra. Anggotanya direkrut dari satuan-satuan yang berdinas di Kostrad.

Tontaipur memiliki kemampuan tiga matra yang anggotanya direkrut dari Kostrad, gagasan awal pembentukan TONTAIPUR KOSTRAD ini lebih banyak ditimba dari pengalaman di lapangan dan berbagai penugasan tempur. Di situ banyak ditemukan kenyataan bahwa satuan kecil lebih efektif dalam melaksanakan manuver di lapangan. 
pasukan peleton intai tempur
Dengan pengalaman ini maka timbulah sebuah gagasan dari Pangkostrad pada waktu itu, tahun 2001, Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk membentuk satu pasukan kecil yang dilatih khusus dengan keterampilan-keterampilan tempur serta persenjataan dan perlengkapan khusus, seperti alat selam tempur close circuit, kendaraan bawah air dan berbagai jenis senjata canggih lainnya, guna melaksanakan operasi tempur dengan hasil optimal.


6. YONTAIFIB
Batalyon Intai Amfibi atau disingkat YonTaifib adalah satuan elit dalam Korps Marinir yang memiliki spesialisasi dalam operasi Pengintaian Amfibi (Amphibious reconnaissance) dan Pengintaian Khussus (Special reconnaissance). 

yontaifibKesatuan ini sebanding dengan halnya Group 3/Sandhi Yudha Kopassus dalam jajaran TNI Angkatan Darat. Dahulunya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). 

Sejak berdirinya KKO AL setiap penugasan dirasakan perlunya data-data intelejen, serta pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas. Menjawab kebutuhan tersebut, pada tanggal 13 Maret 1961 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komandan KKO AL No.47/KP/KKO/1961 tanggal 13 Maret 1961, tentang pembentukan KIPAM. Pada tanggal 13 Maret 1961, KIPAM berdiri di bawah Yon Markas Posko Armatim-I, para perintis berdirinya KIPAM adalah Bapak Kresno Sumardi, Bapak Untung Suratman, Bapak Moelranto Wiryohuboyo, dan Bapak Ali Abdullah. Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon lntai Para Amfibi. 
pasukan yontaifib
Tanggal 17 November 1971 Yon lntai Para Amfibi berubah menjadi Satuan Intai Amfibi, pada akhirnya berubah menjadi Batalyon lntai Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar di bawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir. Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan peresmian Pasmar I SK Kasal No. Skep/08/111/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi di bawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar), akan tetapi langsung berada di bawah Pasmar. Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya, akhirnya Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini sesuai dengan SK Kasal No. Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Intai Amfibi Korps Marinir.

Untuk menjadi anggota YonTaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun. Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan intai amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mengkara, pasukan elitnya TNI Angkatan Laut. 

Tugas Yontaifib adalah untuk membina dan menyediakan kekuatan amfibi maupun darat serta tugas operasi khusus dalam pelaksanaan operasi amfibi dan satuan tugas TNI AL. Memiliki semboyan "Maya Netra Yamadipati" yang bermakna "Bergerak dengan cepat, rahasia dan mematikan dalam setiap pertempuran". Yontaifib memakai baret ungu khas Marinir. Namun, yang membedakan dengan Marinir pada umumnya adalah penggunaan Brevet "Tri Media" di samping Pataka Korps Marinir. Berawal dari Taifib, nantinya akan dipilih dan diseleksi beberapa orang yang akan masuk ke dalam Denjaka bersama prajurit Kopaska.